Yogyakarta- Jemaat Ahmadiyah Yogyakarta menerima kunjungan akademik dari mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (S2) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga dalam rangka kuliah tamu untuk mata kuliah Intertekstualitas Al-Qur’an dan Kitab Suci Agama-Agama.
Kegiatan ini berlangsung pada Sabtu, 10 Mei 2025, pukul 09.30 hingga 12.30 WIB, bertempat di Aula Masjid Fadhli Umar.
Kuliah tamu ini dimoderatori oleh Dosen Pengampu, Dr. Nina Mariani Noor, M.A. Acara dibuka secara resmi dengan sambutan dari Mubaligh Daerah Yogyakarta, Mln. Murtiyono Yusuf Ismail, yang menyampaikan apresiasi atas kunjungan akademik tersebut sebagai langkah membangun dialog dan pemahaman antar umat beragama.
Sesi pertama diisi oleh Mubaligh Jemaat Ahmadiyah Piyungan, Mln. Dildaar Ahmad Dartono, yang memaparkan dasar-dasar keyakinan Ahmadiyah, termasuk penjelasan tentang Imam Mahdi, sosok pendiri Jemaat Ahmadiyah, Hadzrat Mirza Ghulam Ahmad, serta peran khalifah dalam kepemimpinan spiritual Jemaat Ahmadiyah.
“Muslim Ahmadiyah percaya bahwa Imam Mahdi telah datang. Jemaat Ahmadiyah adalah organisasi Islam terbesar di dunia yang dipimpin oleh Khalifah, dan Jemaat Ahmadiyah merupakan organisasi Islam terdepan yang menentang terorisme. Pendiri Ahmadiyah dengan tegas menentang jihad dengan pedang, dan membela Islam dengan jihad Intelektual,” tegasnya.
Selain sejarah dan ajaran, Mln. Dildaar juga menjelaskan peran penting Jemaat Ahmadiyah dalam membangun perdamaian global serta kontribusi keislaman yang menekankan toleransi dan pendidikan.
Sesi kedua diisi oleh Pendeta Kristi dari Srikandi Lintas Iman yang membahas konsep Tritunggal dalam kekristenan: Bapa, Anak, dan Roh Kudus.
“Tritunggal bukan berarti Tuhan tiga, melainkan satu Tuhan dengan tiga peran yang berbeda,” jelasnya. Ia juga menjelaskan bahwa dalam doktrin Kristen, Allah hadir dalam wujud manusia melalui Yesus bukan dalam makna biologis, tetapi spiritual.
Sesi tanya jawab berlangsung hangat dengan antusiasme mahasiswa yang tinggi. Berbagai pertanyaan diajukan, mulai dari mekanisme pemilihan Khalifah Ahmadiyah, pendekatan yang digunakan dalam mempelajari Al-Quran dan Hadits, hingga pandangan Jemaat Ahmadiyah terhadap konsep dajjal dan khilafah rohani.
Tak sedikit pula pertanyaan mengenai ajaran Kristen seperti makna Perjanjian Lama dan Baru, hingga konsep Trinitas dan Tuhan menjadi manusia.
Beberapa mahasiswa menyampaikan kesan positif terhadap kegiatan ini.
“Saya sangat bersyukur bisa hadir dalam kuliah ini dan mempelajari Ahmadiyah langsung dari sumbernya,” ujar salah satu mahasiswa. Sementara mahasiswa lainnya menyatakan bahwa ia mendapatkan banyak pemahaman baru dan mampu mengklarifikasi informasi yang selama ini simpang siur mengenai Jemaat Ahmadiyah.
Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya Jemaat Ahmadiyah Yogyakarta dalam memperkuat peran sebagai mitra strategis dalam pendidikan lintas agama, memperluas wawasan keislaman yang moderat, serta mendukung kerukunan antar umat beragama di Indonesia.
Diharapkan, kerja sama seperti ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan di masa mendatang. *
Kontributor: Rifqi Arianto Qasid Ahmad
Editor: Talhah Lukman A