Tasikmalaya- Jemaat Ahmadiyah Tasikmalaya menghadiri dialog kebangsaan bertema, “Dialog Lintas Iman dalam Mengantisipasi Politik Identitas Menjelang Pemilu.” Bertempat di Gedung Pertemuan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Cipasung, Singaparna, Tasikmalaya. Pada, Minggu (11/12/2022)
Ketua DPD JAI Kota/Kab Tasikmalaya Herisdiana menilai dialog kebangsaan yang diinisiasi Pengurus Cabang Fatayat NU Kab. Tasikmalaya merupakan suatu pertemuan untuk menjalin suatu komunitas guna memperkuat tali persaudaraan demi tetap terjalinnya hubungan harmonis antar berbagai pihak.
“Pertemuan disertai dialog dapat membangun kesepahaman bersama, akan terjalin saling menghormati dan menghargai antar pemeluk agama dan kepercayaan,” katanya.
Jika komunikasi telah terjalin dengan baik maka akan terbentuk sebuah komitmen dalam menangani serta mengatasi isu politik identitas dengan tidak mudahnya terprovokasi.
“Sehingga isu politik identitas yang biasanya diemhuskan musiman menjelang pemilu, setidaknya bisa dicegah dan diatasi bersama,” sambungnya.
Adapun, Ketua PC Fatayat NU Kab. Tasikmalaya
Lilik Latifah dalam sambutannya menegaskan bahwa arah dari pergerakan Fatayat tidak menaruh alergi terhadap suatu perbedaan.
“Fatayat harus siap hidup dalam perbedaan, tidak alergi terhadap perbedaan,” ucapnya.
Oleh karen itu, Latifah pun menyampaikan kebahagiaan dirinya dapat duduk bersama dengan ragam komunitas lintas iman, dalam upaya menyatukan prespektif agar terjalin suatu komitmen serta menemukan sebuah solusi untuk menangani isu politik identitas yang dapat menimbulkan perpecahan.
“Kami bahagia bisa duduk bersama komunitas lintas iman, lintas pemahaman, untuk mencari solusi bagaimana kita meredam gejolak-gejolak yang menimbulkan perpecahan di masyarakat terutama menjelang Pemilu 2024,” jelas Latifah.
Sementara itu, perwakilan dari Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) KH. Edeng ZA turut memberikan tanggapan dengan mengingatkan kembali bahwa Indonesia bukan negara agama maupun sekuler. Maka dari itu sudah seharusnya menerima perbedaan dengan kesadaran penuh.
“Indonesia bukanlah negara agama, bukan pula negara sekuler. Karena itu setiap warga negara seharusnya mempunyai kesadaran dan kedewasaan dalam menyikapi setiap perbedaan,” ujarnya.
Sedangkan, perwakilan dari MUI Kab. Tasikmalaya Hj. Neng Ida menaruh harapan serta perhatian penuh kepada seluruh perwakilan dari ragam komunitas yang hadir dalam dialog kebangsaan tersebut. Untuk turut menjaga kesatuan dan persatuan demi kota Tasikmalaya lebih toleran.
“Berharap agar tidak terjadi praktek politik identitas yang memecah belah persatuan dan menghilangkan toleransi di Tasikmalaya.
Adapun, Kesbangpol Tasikmalaya Piping Noviati mewanti-wanti kepada seluruh tamu undangan yang hadir dalam dialog kebangsaan untuk tetap waspada, mengingat dari data yang ditemukan konflik akan meningkat 4 bulan pra pemilu dan 2 bulan pasca pemilu itu sendiri.
“Dari data yang ditemukan bahwa konflik cenderung meningkat 4 bulan pra pemilu dan 2 bulan pasca pemilu,” pesannya.
Piping pun menyarakan agar dialog kebangsaan dapat menghadirkan generasi milenial yang dikhawatirkan rentan terdampak black campaign dan dapat berujung perseteruan.
“Dialog kebangsaan yang membahas politik seperti ini dapat ditindak lanjuti dengan menghadirkan generasi milenial,” ucapnya.
“Karena di Tasikmalaya sendiri, 45% pemilih pada Pemilu 2024 berasal dari generasi milenial yang dikhawatirkan akan rentan terhadap black campaign yang berujung pada perpecahan persatuan dalam kehidupan bermasyarakat,” sambungnya.
Dan untuk mewujudkan kerukunan, keharmonisan, serta persatuan itu sendiri memerlukan peran dari berbagai pihak dengan sama-sama merawat hubungan baik agar cita-cita hidup rukun dapat terwujud.
Maka dari itu, Pengurus Wilayah (PW) Fatayat NU Jawa Barat, Hirni Kifa Hazefa mengajak kepada segenap pengurus maupun anggota Fatayat untuk bersatu menggandeng komunitas, organisasi, maupun pemerintah dalam mewujudkan cita-cita bersama hidup rukun, damai, harmonis, tanpa perseteruan yang berujung perpecahan.
“Tidak ada langkah keseribu jika tidak ada langkah pertama. Fatayat sebagai organisasi dinamis perlu bersatu, bukan hanya di internal Fatayat NU saja, tapi bersatu bersama seluruh masyarakat, pemerintah, serta organisasi yang lain,” ajaknya.
Sebagai penutup dalam dialog kebangsaan Ketua Forum Bhineka Tunggal Ika, Asep Rizal Asyari mengutarakan pesannya bahwa DNA bangsa Indonesia itu beragam dan selamanya akan ada perbedaan.
“Indonesia dibangun dari DNA keragaman, sampai kiamat pun akan terus ada perbedaan. Semoga Bhineka Tunggal Ika akan terus terjaga, jangan sampai menjadi Bhineka Tunggal Luka,” pesan Asep.
Kontributor : Rahma Candra
Editor : Rizal