TASIKMALAYA – Maraknya tindak intoleransi, sejumlah organisasi masyarakat dan agama yang tergabung dalam Forum Bhinneka Tunggal Ika Tasikmalaya mengadakan pertemuan di Hotel Mangkubumi Indah, Kota Tasikmalaya (22/10). Kegiatan yang diisi dengan diskusi ini bertujuan untuk penguatan komunitas dan warga yang concern terhadap isu agama dan keyakinan.
Perwakilan Lakpesdam NU, Ajat Sudrajat dari menyebut Tasikmalaya sebagai salah satu daerah yang intoleran terhadap minoritas atau kelompok tertentu. Hal ini mengacu pada survei yang dikeluarkan Setara Institute.
“Miris ketika Tasik yang mempunyai julukan Kota Santri yang harusnya toleran, tapi pada prakteknya banyak tindakan intoleransi,” ungkapnya.
Ajat menambahkan, tindakan seperti penyegelan masjid, tidak dicatatnya pernikahan anggota Jemaat Ahmadiyah masih terjadi di Tasikmalaya.
“Sampai saat ini misalnya, masjid yang dikelola oleh Jemaat Ahmadiyah di Cigalontang masih disegel,” tandasnya.
Sementara itu, Usama Ahmad Rizal dari Majelis Khuddamul Ahmadiyah Indonesia menyampaikan bahwa dirinya dan anggota Ahmadiyah lainnya mempunyai sebuah janji, yaitu akan mengkhidmati agama, nusa, dan bangsa.
“Memperjuangkan hak yang dijamin oleh undang-undang dan melawan segala bentuk tindakan intoleransi adalah bagian dari perwujudan janji kami”, ujar pria yang dikenal sebagai aktivis tersebut
Senada dengan Rizal, Asep Rijal Asyari selaku ketua Forum Bhinneka Tunggal Ika Tasikmalaya mengkritisi pemerintah yang cenderung mengabaikan tindakan intoleransi.
“Orang yang mencintai NKRI kok dilarang, tapi orang yang anti NKRI dibiarkan, negara harus tegas dan bertanggung jawab dalam menindak segala bentuk tindakan intoleransi dan diskriminasi”, tuturnya
Sejumlah organisasi yang ikut serta dalam forum ini antara lain Gerakan Pemuda Ansor, PMII, Indonesia Sejahtera, Syiah, Jemaat Amadiyah dan Sundawani.
Kontributor : Usama Ahmad Rizal
Editor : Talhah Lukman Ahmad