Bogor – Media Center (MC) Nasional menggelar workshop media di Baitul Afiyat Kemang Bogor. Pelatihan media selama 2 hari, 26 sampai 27 Maret itu melibatkan para anggota lintas badan-badan yang ada di Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI). Mereka berasal dari beberapa daerah yang ada di Jawa Barat dan Banten.
Menurut Ketua MC Nasional, Yendra Budiana kegiatan workshop tersebut guna meningkatkan kesadaran bermedia para anggota Ahmadiyah sekaligus sebagai upaya peningkatan kapasitas dalam bidang jurnalistik. Bahkan, kegiatan workshop diharapkan mampu untuk menjaring bakat-bakat muda di JAI yang akan menjadi Ketua MC Daerah.
Selanjutnya, ia menyampaikan terkait peranan media yang begitu besar pengaruhnya dalam kehidupan sosial masyarakat sekarang ini. Yendra pun menyatakan jika MC harus mampu menjadi sarana untuk mempublikasikan informasi yang tepat tentang Ahmadiyah.
“Media dalam konteks publikasi, saat ini mempengaruhi setiap lini kehidupan,” ujar Yendra.
“Kehadiran MC sebagai sarana untuk mempublikasikan informasi yang tepat soal Ahmadiyah,” imbuhnya.
Lebih jauh, Yendra pun berharap agar ilmu yang didapat selama pelatihan bisa berguna dan bermanfaat bagi masyarakat. Mereka yang telah mengikuti pelatihan harus mampu mengangkat potensi-potensi yang ada di tempat asal masing-masing.
Sementara itu, Gunawan seorang praktisi dan konsultan media yang menjadi trainer dalam workshop kali ini memaparkan bahwa sekarang adalah era terbalik, dimana sumber informasi berasal dari media sosial. Kini, media mainstream banyak mengambil informasi dari media sosial.
Ia lantas mengatakan bahwa di era digital saat ini jarak tidak lagi menjadi masalah karena siapa saja bisa mempublikasikan informasi apapun, dimanapun, dan kapanpun. Masyarakat dapat mengetahui suatu peristiwa dengan cepat, walaupun terjadi di pelosok.
“Sekarang terbalik, sumber informasi berasal dari medsos. Semua informasi yang diambil media mainstream diambil dari medsos,” kata Gunawan.
“Tidak ada tempat tersembunyi di dunia ini,” lanjutnya.
Gunawan mengingatkan kepada para peserta untuk memahami terlebih dahulu apa itu informasi sebelum terjun menjadi pewarta. Sebab, menurutnya media mainstream pun masih sering salah dalam menginformasikan sesuatu, terutama video news. Sehingga berita yang tayang dapat dikategorikan tidak layak untuk dikonsumsi publik.
Hal tersebut terjadi karena karakteristik video yang tidak bisa menjelaskan semua hal. Video yang disusun biasanya akan memunculkan banyak arti bagi orang yang menontonnya. Untuk itu diperlukan naskah (voice over) atau teks (grafis) dengan mengacu pada metode jurnalistik 5w1h. Sehingga naskah yang dibuat akan mampu menjelaskan apa yang tidak terlihat di dalam video.
Masya Allah kemajuan yg sangat luar biasa?? semoga banyak ghair yg simpatik terhadap Ahmadiyah.