Jakarta – Masjid Istiqlal merupakan masjid yang populer di Indonesia dan sudah sering dikunjungi tokoh-tokoh dunia, mulai dari Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, hingga Bill Clinton.
Masjid Istiqlal merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara dan disimbolkan sebagai lambang toleransi beragama. Pasalnya, masjid berkapasitas mencapai 200 ribu orang ini berdekatan dengan Gereja Katedral, Jakarta. Pun dalam proses pembangunannya, masjid ini dirancang oleh seorang arsitek Kristen bernama Friedrich Silaban.
Secara singkat, pembangunan masjid ini dimulai atas izin Presiden Soekarno setelah Indonesia merdeka. Nama Istiqlal sendiri bermakna ‘merdeka’.
Dilansir dari berbagai sumber, berkisar antara tahun 1955, rumah ibadah untuk umat Islam juga masih sedikit, sehingga untuk merepresentasikan jumlah penganutnya, masjid ini dibangun berukuran sangat besar.
Penuh Perdebatan dan Kurang Anggaran
Selama proses perencanaan hingga mulai pembangunan, masjid ini sempat menuai kontroversi dan perdebatan.
Perdebatan pertama terjadi perihal lokasi. Saat itu, terdapat tiga lokasi yang menjadi pertimbangan. Tetapi, Soekarno bersikukuh masjid itu akan dibangun di area bekas Taman Wilhelmina.
Dulunya, areal tersebut merupakan benteng pertahanan Belanda ketika melawan Inggris. Begitu Indonesia merdeka dari Belanda, Soekarno ingin menunjukkan bahwa Indonesia berdaulat atas tanahnya sendiri. Secara eksplisit, Soekarno memaknai Taman Wilhelmina adalah simbol penjajahan, sehingga berdirinya Masjid Istiqlal dimaknai sebagai simbol kemerdekaan.
Kedua, perdebatan terjadi perihal arsitektur. Perdebatan ini mendasari Soekarno untuk membuat sayembara. Namun, Friedrich Silaban sebagai pemenang sayembara ini kembali menimbulkan kontroversi. Sebab, dia merupakan Kristen Protestan dan anak dari seorang pendeta.
Perdebatan ini berangsur-angsur mereda karena para tokoh dan ulama tidak mempermasalahkannya.
Terakhir, perdebatan kembali terjadi perihal anggaran. Pembangunan Masjid Istiqlal mulai dilakukan ketika Indonesia merdeka, sehingga Indonesia tidak memiliki cukup dana dan membuat pembangunan ini tertunda sementara.
Maka, para pengurus berinisiatif membuka donasi. Jadi, meskipun Istiqlal merupakan masjid negara, namun hampir 90 persen pembiayaan berasal dari swadaya masyarakat.
Jalan terjal pembangunan Istiqlal yang penuh perdebatan akhirnya rampung pada 1978. Masjid yang diresmikan langsung oleh Presiden Soeharto ini menghabiskan dana pembangunan sebesar Rp7 miliar.
Jemaat Ahmadiyah Jakarta sebagai Penyumbang Pertama
Masyarakat yang berpartisipasi menyumbangkan dana untuk pembangunan Istiqlal berasal dari beragam latar belakang, termasuk di dalamnya etnis Tionghoa dan Jemaat Ahmadiyah Indonesia.
“Pada 24 Agustus 1961, Presiden Soekarno memulai pembangunan Masjid Istiqlal Jakarta, dengan ceremony penancapan tiang pancang. Presiden menyerukan masyarakat Indonesia untuk gotong royong dalam pembangunan tersebut. Seruan ini segera disambut oleh anggota Ahmadiyah dengan menyumbang sejumlah dana,” kata Sekretaris Isyaat (Informasi dan Publikasi) PB JAI, Ekky Sabandi, Selasa, 22 Februari 2022.
Diketahui, Pengurus Ahmadiyah Jakarta menjadi organisasi pertama yang menyumbangkan dana sebesar Rp. 5.600.
Hal tersebut dibuktikan dengan kwitansi pembayaran dari pengurus panitia Masjid Istiqlal tertanggal Agustus 1961.
Selain penuh sejarah, Masjid Istiqlal adalah saksi bisu Jemaat Ahmadiyah yang senantiasa selalu berkiprah untuk tanah air.
MasyaAllah..