MATARAM – Seluruh warga negara Indonesia sedang merayakan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-75, baik yang berada di dalam maupun luar negeri. Begitu juga dengan komunitas Muslim Ahmadiyah Indonesia (JAI) yang masih mengungsi di Asrama Transito Mataram NTB.
Pada tahun ini ada suasana berbeda di pengungsian yang telah ada sejak 15 tahun silam tersebut. Biasanya mereka merayakannya dengan menyelenggarakan upacara pengibaran bendera di lapangan asrama pengungsian, namum sekarang tidak tampak hal demikian. Mereka tidak mengadakan upacara pengibaran bendera dikarenakan masih dalam suasana pandemi covid-19.
“Upacara 17 Agustus 2020 tidak diadakan di asrama Transito karena Mataram termasuk dalam zona merah. Sebagai gantinya kami memsasang spanduk-spanduk kemerdekaan sesuai instruksi dari Pengurus Besar JAI. Sikap warga Transito dalam menghadapi pandemi covid-19 sangat kooperatif terhadap protokol kesehatan,” ujar Udin, Ketua DPW JAI NTB, saat dihubungi warta-ahmadiyah.org.
Meskipun demikian kemeriahan HUT RI tahun ini memberikan kesan tersendiri bagi para pengikut Ahmadiyah yang berada di pengungsian Transito. Mereka memaknai hari kemerdekaan dengan berbagai arti. Di sisi lain tersimpan harapan yang mendalam terhadap negeri ini.
Syamsul Hadi (22) memaknai kemerdekaan merupakan kebebasan, selama tidak mengganggu orang lain.
“Bagi saya kemerdekaan adalah kebebasan atas diri sendiri. Bebas melakukan segala sesuatu selama itu tidak melanggar hak orang lain ataupun melanggar kewajiban kita sebagai individu yang baik dalam masyarakat,” jelasnya.
Hadi juga berharap agar Indonesia mendapat kemerdekaan yang seseungguhnya khususnya bagi para anggota Ahmadiyah.
“Semoga Indonesia kedepannya benar-benar mendapatkan kemerdekaannya, khususnya untuk anggota Ahmadiyah semoga benar-benar mendapatkan kemerdekaan dan mendapatkan hak-haknya sebagai warga negara yang sudah merdeka,” tegasnya.
Selanjutnya Yuni Syahibatun Nur (19) menjelaskan arti kemerdekaan adalah perdamaian. Dia juga mempunyai harapan terhadap kemerdekaan itu sendiri.
“Kemerdekan menurut saya ialah ketika kita dan bangsa ini bisa merasakan damai sesama manusia yang berbeda pulau, suku, ras dan keyakinan. Saya berharap, semoga pada hari ini kita bisa merdeka dari hoax, permusuhan antar masyarakat dan bangkit dari masa pandemi ini,” jelasnya.
Kemudian Hadim Ahmad (16) menyampaikan bahwa kemerdekaan merupakan kebebasan dan hak negara.
“Kemerdekaaan adalah hari kebebasan dari penjajah dan itu hak negara. Harapannya segala jenis penjajahan di dunia ini harus dihapuskan agar dunia terbebas dari penjajah,” ungkapnya.
Tiara Raysha Naurin Damanik (16) menaruh harapan terhadap bangsa ini untuk lebih maju dari sebelumnya.
“Semoga bangsa Indonesia menjadi lebih maju dan semoga covid-19 Cepat berakhir,” kata wanita keturunan batak tersebut.
Hal senada disampaikan Badrussani (37) yang mengharapkan pandemi covid-19 segera berlalu supaya ekonomi rakyat bisa segera normal.
Seorang pengikut Ahmadiyah lainnya, Muhammad Azmi Salim (16) mengingatkan agar warga Indonesia harus melwan penjajah masa kini.
“Sebagai warga NKRI kita harus bisa melawan penjajah masa kini seperti keburukan-keburukan yang muncul dari gadget, serta meningkatkan mutu pendidikan yang ada di negara kita,” pungkasnya.
Dari makna kemerdekaan dan juga harapan-harapan yang diungkapkan oleh beberapa pengikut Ahmadiyah yang masih mengungsi di asrama Transito tersebut dapat terlihat kecintaan mereka terhadap negeri ini. Meskipun mungkin saja mereka belum merdeka seutuhnya karena tidak mendapatkan beberapa hak yang seharusnya dimiliki oleh mereka.
Kontributor: Sadiq Ahmad
Editor: Mubarak Mushlikhuddin