Bandung – Sebagai forum yang dibentuk oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah dalam rangka membangun, memelihara, dan memberdayakan umat beragama untuk kerukunan dan kesejahteraan, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jawa Tengah mengunjungi Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) di Kota Bandung pada Rabu (9/2/2022).
Kunjungan tersebut bertujuan untuk bersilaturahmi, berdiskusi, dan saling bertukar informasi mengenai eksistensi FKUB maupun JAI.
Pemaparan tentang Ahmadiyah disampaikan Sekretaris Isyaat PB JAI, Ekky Sobandi.
Ia menjelaskan mengenai sumbangsih Ahmadiyah untuk negeri dan perkembangan Ahmadiyah di dunia.
Menurut Ekky, Ahmadiyah telah berdiri dilebih dari 205 negara di dunia. Untuk menguatkan pernyataannya, ia menampilkan slide foto masjid yang dikelola Ahmadiyah di berbagai Negara tersebut. Selain itu, Ekky pun menegaskan bila Jemaat Ahmadiyah Indonesia telah resmi berbadan hukum sejak 1953 yang kemudian diperbaharui pada 2020.
“Jemaat Ahmadiyah Indonesia telah berbadan hukum sejak 1953,” tegas Ekky.
Ketua FKUB Jawa Tengah, KH. Taslim Syahlan dalam kunjungannya menjelaskan bahwa FKUB di provinsi dan kota/kabupaten kepengurusannya sudah ditentukan oleh pimpinan pusat. Di provinsi terdiri dari 21 pengurus dan kota/kabupaten 17 pengurus. Jumlah 21 pengurus itu rekrutmen FKUB dari 6 agama di Indonesia, yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu. Islam diwakili Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Walau sudah ditentukan perwakilan di dalam FKUB yang hanya terdiri dari 6 unsur agama, akan tetapi dalam konteks Indonesia, faktanya ada Penghayat, Syiah dan Ahmadiyah.
Menurut KH.Taslim Syahlan yang juga menjabat sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) Pimpinan Pusat (PP FKUB), walau dirinya baru mengenal Ahmadiyah, namun ia menyatakan jika banyak belajar dan menelaah tentang Ahmadiyah setelah dipertemukan dengan Mln. Saifullah Ahmad Farouk oleh Pdt. Setyawan Budhy, Koordinator Persaudaraan Lintas Agama (PELITA) Jawa Tengah.
“Setelah dari Markaz JAI di Parung, dan menyatakan bahwa Ahmadiyah itu muslim, dari situ saya dipanggil oleh organisasi induk MUI Jawa Tengah, diinterogasi. Saya menjawab dengan tenang dan menjelaskan tentang Ahmadiyah,” ungkap KH. Taslim.
“Saya merasa telah disidang dan lulus.” Imbuhnya.
Selanjutnya KH. Taslim Syahlan mengatakan, jika mulai saat itu forum yang dikomandoinya harus berijtihad (berkreasi) membentuk Generasi Muda (GEMA) FKUB Jawa Tengah. Menurutnya, hal tersebut merupakan yang pertama kali dilakukan di Indonesia.
“Karena imbauan dari Kementerian Dalam Negeri di 2013, “Generasi muda harus diberi wadah oleh FKUB”, kami berikan Surat Keputusan (SK) yang terbaru dari Ketua FKUB dan mulailah masuk teman-teman dari PELITA, Ahmadiyah, dan Penghayat,” ucap KH. Taslim.
“Kreasi-kreasi itu justru membuat kementerian agama merespon baik atas apa yang telah kami lakukan. Ahmadiyah Jawa Tengah secara resmi telah diundang oleh Kementrian Agama, artinya keberadaan JAI telah diakui,” lanjutnya.
KH. Taslim Syahlan kemudian meyampaikan kegiatan lain yang telah dilakukan FKUB selama ini. Mulai dari dialog terkait keberagaman sampai silaturahmi kebangsaan yang dilaksanakan di tengah masyarakat. Kegiatan dialog tersebut tidak hanya dilakukan di hotel, bahkan digelar di pemukiman korban penggusuran. Selain itu, perbincangan kepada tokoh-tokoh masyarakat, termasuk dari Gusdurian, Ahmadiyah, Penghayat dan yang lain pun terus dilakukan FKUB.
Selanjutnya, KH. Tashlim Syahlan berharap kebersamaan yang dibangun harus dapat saling menguatkan dan tidak menjadikannya sebagai sumber pertikaian dalam perbedaan. Ia pun menyatakan jika sudah mempresentasikan kebersamaan yang dibangun di Jawa Tengah dalam forum nasional yang diikuti oleh FKUB dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia.
“Kita saling memahami sebagai warga negara bahwa yang kita pegang adalah NKRI, UUD, dan Pancasila, sehingga dari kebersamaan kami, sekitar 44 organisasi mendeklarasikan dan menandatangani piagam “Gerakan Kebangsaan”,” ujar KH. Taslim.
“Mestinya teman-teman FKUB di mana pun harus bergerak seperti FKUB yang ada di Jawa Tengah,” pungkasnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua DPD JAI Bandung, H. Entang Rasyid mengucapkan rasa terima kasihnya atas kunjungan rombongan FKUB Jawa tengah juga kepada para peserta dari FLADS, IJABI, dan Jakatarub yang turut hadir dalam pertemuan tersebut. Ia pun mengharapkan agar pengalaman di Jawa Tengah dapat ditularkan ke Jawa Barat, khususnya di Bandung, karena menurutnya Jawa Barat masih termasuk salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki tingkat intoleransi cukup tinggi.
“Semoga pengalaman di Jawa Tengah bisa ditularkan di Jawa Barat,” kata H. Entang.
Kontibutor: Liana S. Syam
Editor: Firmansyah
Semoga informasi ini membuka pikiran orang orang yang lg mencari kebenaran tentang Ahmadiyah