Berlin, (22/10). Khalifah Muslim Ahmadiyah menyampaikan pidato bersejarah di hadapan anggota parlemen, politisi, tokoh agama, para intelektual dan aktivis di Berlin, Jerman dengan tema, “Islam and Europe : A clash of civilisations?”.
Kehadiran Khalifah Muslim Ahmadiyah, Hazrat Mirza Masroor Ahmad (aba), menandai resepsi penting ini segera dimulai dengan pembacaan ayat suci al-Qur’an, surat al-Hujurat ayat 13 dan 14
Abdullah Wagishauser, Pimpinan Nasional Ahmadiyah Jerman, kemudian memberikan sambutan sekaligus pengenalan tentang sejarah dan kontribusi Ahmadiyah di Jerman.
Tak lama berselang, beberapa tokoh Berlin lantas memberikan sambutannya. Frank Heinrich, anggota parlemen Jerman menyampaikan, “Jemaat Ahmadiyah mengamalkan setiap ajaran yang tersimpulkan dalam moto “Love for all, Hatred for none”. Ahmadiyah mengembangkan semangat demokrasi, toleransi dan kasih sayang. Ahmadiyah sama sekali tidak memiliki agenda politik, militer dan gerakan ekstrem”.
Niels Annen, ‘Minister of State’, menyinggung ragam budaya telah menjadi kekayaan negara Jerman dan tentunya terus berkembang melalui konstitusi. Terkait proses pengenalannya terhadap Islam, beliau bercerita bahwa melalui dakwah Muballigh Ahmadiyah, Sheikh Nasir Ahmad Sahib, yang kala itu menyampaikan dakwahnya via radio beliau akhirnya memahami Islam. Beliau menegaskan bahwa para Ahmadi di Jerman dengan ragam kontribusinya telah menciptakan ‘kilauan’ yang indah dalam kehidupan sosial”.
Setelah itu Hazrat Mirza Masroor Ahmad (aba) menyampaikan pidatonya dengan mengawali ucapan terima kasih atas kehadiran para tamu undangan. Selanjutnya beliau menerangkan terkait isu kontroversial yang dalam beberapa waktu terakhir senantiasa menjadi perdebatan panas yakni masalah imigran.
Hazrat Mirza Masroor Ahmad (aba) menyampaikan bahwa siapapun harus memahami perbedaan makna antara peradaban dan budaya.
Peradaban adalah bentuk materi dari sebuah kemajuan dan perkembangan suatu masyarakat. Adapun budaya adalah manifestasi atau perwujudan dari sebuah nilai atau cara pandang serta tindakan dalam masyarakat mengenai kehidupan sosialnya. Budaya akarnya adalah nilai, moral, ajaran agama dan tradisi suatu masyarakat. Adapun peradaban berkaitan erat dengan kemajuan teknologi dan intelektual suatu masyarakat.
Terkait kehadiran para imigran secara massal ke benua Eropa. Beberapa kalangan dari masyarakat Eropa merasa khawatir atas peradaban dan budaya mereka akan terkontaminasi.
Beliau menyampaikan bahwa pada kenyataannya, negara-negara di dunia ketiga sudah terbiasa dengan peradaban Eropa bahkan telah mengadopsinya. Oleh karenanya rasa khawatir ini tidaklah tepat.
Di lain pihak terjadi pula kekhawatiran pada sebagian masyarakat bahwa dengan semakin meluasnya tingkat imigrasi ini akan mempengaruhi budaya, nilai dan moralitas dunia mereka.
Hazrat Mirza Masroor Ahmad (aba) menegaskan, di Eropa saat ini, orang dengan mudahnya meninggalkan agama dan di lain pihak meningkatnya Ateisme. Sejatinya Ateisme inilah yang harus menjadi perhatian karena ia telah mempengaruhi nilai moral dan budaya dunia Barat dalam seribu tahun terakhir. Selain itu beliau mengingatkan agar masyarakat di dunia Barat menjaga seluruh warisan nilai, budaya dan generasi mendatang atas serangan gerakan Ateisme ini lalu menegakkan kembali pondasi keimanan pada nilai ketuhanan.
Hazrat Mirza Masroor Ahmad (aba) menjelaskan bahwa turunnya nilai keagamaan di dunia Barat lah yang menjadi penyebab utama rasa takut dan khawatir terhadap agama Islam. Padahal agama Islam dengan pendirinya, Yang Mulia Nabi Muhammad (saw) mengajarkan berbagai nilai kemulian terkait kemanusiaan dan kebebasan sehingga tiada alasan lagi untuk membenci agama Islam.
Gerakan para ekstrimis yang terjadi selama ini sama sekali tidak mempresentasikan agama Islam, karena agama Islam tidak mengizinkan tindakan pemaksaan dan kekerasan.
Dalam kesempatan pidato tersebut Hazrat Mirza Masroor Ahmad (aba) mengetengahkan beberapa ajaran Islam yang mulia, diantaranya, nilai ketuhanan (Tauhid), berbakti kepada orang tua, mencintai sesama manusia, memajukan pendidikan, mengentaskan kemiskinan, menghormati tetangga, berterima kasih pada sesama. Lantas ajaran mulia seperti itu akankah membahayakan peradaban di Eropa?
Hazrat Mirza Masroor Ahmad (aba) bersabda, “Merupakan hal yang kontra produktif jika orang Islam dan agama Islam tidak memiliki hak tinggal di bagian dunia ini, jika orang Islam hadir di sini bagi kemajuan masyarakat maka hal tersebut merupakan sesuatu hal yang harus diapresiasi”.
Beliau pun melakukan klarifikasi atas kesalah pahaman pihak Barat mengenai konsep Jihad, kemuliaan kaum perempuan, dan lain-lain.
Mengakhiri pidatonya, Hazrat Mirza Masroor Ahmad (aba) mengajak seluruh pihak untuk bersatu, menyebarkan semangat kepaduan dalam masyarakat, saling menghormati, toleransi dan kasih sayang. (IAG)