DENPASAR – Ikatan Mahasiswa Jamaah Islam Ahmadiyah Indonesia atau biasa disebut Ahmadiyya Moeslem Students Association (AMSA) wilayah Bali menggelar diskusi terbuka bersama beberapa organisasi kemahasiswaan seperti HMI, KAMMI, dan PHDI Singaraja, Sabtu (26/12). Tema yang diangkat bukan berkaitan dengan teologi namun dari aspek sosial yang dapat menguatkan toleransi beragama.
Diskusi yang digelar di Masjid Baitul Mujib ini menghadirkan tiga pembicara, yaitu Muballigh JAI Wilayah Bali Maulana Yudi Wahyudin, Pendeta Bintal Kodam V Brawijaya Bapak Witantos-Th., dan Pendeta Gereja Apostolik Nusa Dua Bapak Javerson Moningkas-Th..
Maulana Yudi Wahyudin menyampaikan makalah berjudul “Natal dalam Perspektif Islam: Sebuah Kajian Sosial untuk Menciptakan Perdamaian.” Ada empat perspektif berkenaan dengan konsep Muslim sebagai pembawa kedamaian. Keempat perspektif tersebut meliputi kemampuan masyarakat Muslim berintegrasi dalam masyarakat Barat, pesan perdamaian yang disampaikan Khalifah Islam Ahmadiyah Kelima Hadhrat Mirza Masroor Ahmad-atba. kepada Shri Paus Benedictus XVI serta Pemegang Dua Kota Suci Raja Kerajaan Saudi Arabia, dan pendapat berkenaan pengamalan ucapan selamat Natal menurut Almarhum Khalifah Islam Ahmadiyah Keempat Hadhrat Mirza Tahir Ahmad-r.h. beserta ulama-ulama muslim lain.
Pada kesempatan yang sama, Pendeta Witanto dan Javerson Moningka lebih banyak menyoroti sejarah Natal yang salah kaprah. Menurut keduanya, Natal yang dirayakan pada saat ini merupakan kebiasaan yang sebenarnya tidak diajarkan dalam Al-Kitab. Keduanya juga menyampaikan bahwa 25 Desember bukanlah hari kelahiran Yesus yang sebenarnya; melainkan, merupakan sebuah tradisi yang diadakan untuk mengganti perayaan dewa matahari pada masa dinasti Konstantin Romawi. Selain mengenai sejarah Natal, keduanya juga membicarakan mengenai pentingnya menyampaikan pesan perdamaian kepada seluruh umat manusia seperti apa yang diajarkan Yesus Kristus sebagai aksi sosial yang nyata.
Dalam sesi tanya jawab, salah seorang perwakilan HMI bertanya mengenai cara mewujudkan perdamaian terlepas dari berbagai kepentingan individu dan golongan berdasarkan sudut pandang Islam dan Kristen. Sementara dari KAMMI, dibahas seputar perbedaan pandangan mengucapkan Natal serta bertanya mengenai sejarah hari-hari raya lain dalam agama Kristen.
Hadir pula sebagai undangan mahasiswa dari beberapa organisasi kemahasiswaan, antara lain HMI, KAMMI, dan PHDI Singaraja. Dari Ahmadiyah, hadir Ketua JAI beserta pengurus Sekretaris Tabligh dan ketua pemuda atau Qaid Majelis Khuddamul Ahmadiyah dari cabang Denpasar.
Diskusi diakhiri dengan doa, foto-foto, serta makan siang bersama.
Perwakilan AMSA Bali pula memberikan buku “Krisis Dunia dan Jalan Menuju Perdamaian” karya Hadhrat Mirza Masroor Ahmad-atba. kepada narasumber. Diharapkan, dengan diskusi tersebut, dapat menjadi awal bagi AMSA Bali untuk dapat terus menjalin silaturahmi dan kerjasama dengan berbagai lapisan masyarakat serta menyiarkan dakwah Islam yang sesungguhnya.
_
Kontributor dan foto: Dani Sunjana
Editor: Talhah Lukman Ahmad