Komunitas Muslim Ahmadiyah Marshall mengikuti aliran Ahmadiyah, . Aliran ini percaya bahwa Allah mengirim penyelamat dalam bentuk manusia.
Radio Australia. Suasana Ramadan terasa juga di Kepulauan Marshall, yang terletak di kawasan Pasifik, meskipun yang merayakannya hanya sekitar 150 orang. Itulah jumlah anggota komunitas Islam di negara kepulauan tersebut.
Di Kepulauan Marshall, waktu berpuasa dimulai sekitar jam 5 pagi dan berakhir jam 7 malam.
“Selama siang hari, selain tidak makan dan minum, umat Muslim dilarang menyombongkan diri, bertengkar, berkelahi, atau apapun yang di bawah harga diri seseorang yang benar-benar beriman,” jelas Matiullah Joyia, imam masjid di Majuro.
“Yang berpuasa merasakan sendiri lapar, kemiskinan, kesepian dan ketidaknyamanan yang dialami anggota masyarakat yang kurang beruntung.”
Komunitas Muslim di kepulauan Marshall mengikuti aliran Ahmadiyah, yang berawal di tahun 1889. Aliran ini percaya bahwa Allah mengirim penyelamat dalam bentuk manusia Mirza Ghulam Ahmad untuk mengakhiri perang agama dan membawa kedamaian.
Gerakan Ahmadiyah Marshall pada tahun 1990an oleh sejumlah pemuka agama dari Fiji.
Pada tahun 2001, aliran ini diakui secara resmi oleh negara. Masjid pertama komunitasnya dibuka tahun 2012.
Menurut Joyia, awalnya penduduk setempat ketakutan melihat pembangunan Masjid pertama, tapi keadaannya makin baik.
“Penduduk setempat mulai sadar bahwa ada umat Muslim yang mendakwah dan mempraktekkan Islam untuk menjadi agama yang toleran,” ceritanya.
Tips Joyia untuk umat Muslim yang berpuasa di udara tropis kepulauan Marshall adalah banyak minum air saat sahur, agar tidak dehidrasi.
“Dan makan sebanyak mungkin. Bukan berarti rakus, tapi makan secukupnya,” ucapnya.
Joyja menjelaskan ucapan ‘Ramadan Mubarak’ pada ABC. “Ramadan Mubarak berarti Selamat, sudah Ramadan. Pada dasarnya, kami menyelamati karena kami bersemangat menyambut ini, dan juga berkah yang dibawanya.”
Sumber Radio Australia