Medan, (10/02/2020). Sejumlah siswa-siswi SMU Katolik Santo Thomas II dengan berseragam putih biru mengunjungi Masjid Mubarak, Medan.
Kedatangan mereka adalah untuk studi banding tentang Islam dan mengenal komunitas Islam Ahmadiyah dari dekat. Mereka mendapatkan tugas untuk belajar tentang Islam langsung dari sumbernya supaya ada interaksi secara langsung serta untuk membangun dialog antar umat beragama.
Kedatangan mereka disambut oleh Mln. Muhammad Idris dan Mardiansyah mewakili AMSA Medan.
Sonia, demikian nama ketua rombongan yang berjumlah enam orang langsung membuka acara dialog ini. “Kami datang langsung dari Sekolah, makanya kami minta waktu sore hari untuk bisa datang ke Masjid ini”.
“Inisiasi program ini adalah dari Guru kami, Pak Petrus Saragi yang meminta kami untuk menghubungi Pak Ustadz untuk belajar tentang Islam dari Bapak. Ada beberapa kelompok yang akan datang ke Masjid ini, satu kelompok bisa terdiri dari 6-8 orang siswa yang akan datang bergiliran ke Masjid Mubarak ini”, demikian ungkap Sonia menjelaskan.
Lalu Mln. Idris meminta Sonia untuk memperkenalkan satu persatu kawan-kawannya yang hadir. Mereka semua tingkat XlI, satu kelas bidang studi IPA.
Mln. Idris mengucapkan terima kasih atas kedatangan mereka semua dan menjelaskan bahwa Bapak Petrus Saragi, Guru mereka itu kawan beliau di gerakan Kopi Toleransi. Satu gerakan yang peduli dengan isu-isu perdamaian dan toleransi di kota Medan.
Program ini adalah salah satu aplikasi langsung dari pembumian nilai-nilai toleransi yangmana salah satu tujuannya adalah untuk membangun dialog antar umat beragama supaya satu sama lain dapat saling mengenal.
Tak kenal maka tak sayang, kalau sudah mengenal diharapkan dapat tumbuh sikap saling mengasihi yang merupakan modal utama untuk dapat mewujudkan sikap toleran terhadap keberagaman, demikan penjelasan Mln. Idris.
Dialog diawali dengan permintaan mereka untuk menjelaskan sekilas mengenai sejarah Islam, bagaimana awal mulanya Islam bisa berkembang di jazirah Arab hingga sampai ke Indonesia.
Pertanyaan seputar bagaimana ritual ibadah dari umat Islam serta apa makna dari waktu sholat dan gerakan sholat juga ditanyakan.
Mereka juga meminta penjelasan mengenai perayaan hari besar dalam Islam hingga ke masalah hubungan antar agama yakni antara Islam dan Kristen.
Mereka juga meminta penjelasan mengenai Jamaat Ahmadiyah dan sekilas sejarahnya. Menariknya lagi mereka juga menanyakan tentang ajaran toleransi dalam Islam.
Satu persatu pertanyan dijawab oleh Mln. Idris. Acara berlangsung kurang lebih 3 jam sempat terjeda juga dengan sholat ashar sejenak, kemudian dilanjutkan kembali dengan diskusi sesi kedua. Mln. Idris juga menceritakan pengalaman beliau bertugas di Tuvalu.
Islam sebagai minoritas disana dan pemeluknya kerap kali mendapatkan kesulitan disebabkan isu-isu negatif yang menerpa Islam terkait aksi-aksi radikalisme dan terorisme yang mengatasnamakan Islam.
Oleh karena itu ruang perjumpaan seperti ini dimana dialog antar agama dilakukan untuk saling mengklarifikasi informasi hoax yang berkembang dan beredar dengan sangat cepat di era milenial ini.
Kata kuncinya adalah tanyakan langsung kepada sumbernya, dan tidak langsung mengamini info-info negatif yang diviralkan oleh orang ataupun sekelompok orang yang tidak menyukai dunia dalam keadaan aman, damai, dan harmonis.
Islam artinya kedamaian, keamanan, kasih sayang dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Muslim yang dalam dirinya tidak tercermin makna dari kata “Islam” maka dia bukan seorang Muslim yang benar.
Di sesi terakhir Mln. Idris mengajak peserta diskusi untuk berjalan-jalan melihat suasana di dalam Masjid karena ternyata mereka semua baru pertama kalinya berkunjung ke Masjid.
Beberapa siswa terlihat mengambil foto suasana di dalam Masjid. Setelah itu mereka meminta untuk diadakan sesi foto bersama di luar Masjid Mubarak, lalu mereka pamit menuju ke rumah masing-masing mengingat waktu sudah menjelang maghrib.
Kontributor: Gunawan