MAULANA Rakeeman R.A.M. Jumaan berada di Manislor, sebuah desa yang terletak di kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Ahad (22/12). Hari itu, Manislor menjadi tempat sebagai kelanjutan dari acara Workshop Lintas-Iman dan “Youth Interfaith Camp” (YIC) 2013 yang diselenggarakan oleh Jaringan Kerja Antar Umat Beragama (JAKATARUB) dan Sinode Gereja Kristen Pasundan (GKP) Bandung di Padepokan “Karang Tumaritis” Lembang akhir November 2013 lalu.
Sehari sebelumnya, ada lima anggota Pemuda Lintas Iman (PELITA) Cirebon sengaja berkunjung ke desa Manislor untuk bertemu Rakeeman pada Sabtu (21/12) malam.
Kelima aktifis PELITA tersebut dipimpin ketuanya, Devida. Mereka berboncengan mengendarai tiga buah sepeda motor, berangkat dari Cirebon selepas magrib. Perjalanan Cirebon-Manislor ditempuh selama sekitar tigapuluh menit. Di bawah guyuran hujan lebat dan jalanan yang licin, mereka berjuang untuk sampai Manislor sesegera mungkin.
Sementara itu, pada waktu yang bersamaan, sambil menunggu kedatangan rekan-rekan dari PELITA Cirebon, penulis juga mengikuti acara silaturahim antara anggota dan pengurus Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) Kemang-Markaz dengan pengurus JAI Manislor, bertempat di Masjid Al-Hikmah sesuai jadwal acara Wisata Tarbiyat. Oleh sebab itu, dalam komunikasi sebelumnya via ponsel, rombongan dari PELITA juga diarahkan ke tempat ini sesampainya di Manislor nanti.
Sekitar pukul 20.30 WIB, akhirnya rombongan tiba di Masjid Al-Hikmah, Manislor. Sambil menunggu Rakeeman selesai mengikuti acara di lantai atas, rombongan dipersilakan istirahat sejenak sambil menikmati santap malam yang sudah disediakan di rumah missi Kelompok Al-Hikmah.
Akhirnya pukul 21.00-lewat sedikit, Maulana Rakeeman baru bisa menemui rombongan PELITA. Tampak Devida terkena flu berat akibat hujan-hujanan sepanjang perjalanan. Selain Ketua PELITA, tampak hadir juga Williyanto (Kepala Divisi Kajian Sosial & Masyarakat) dan juga Abdurrahman Sandhriyanie Wahid (Kepala Divisi Bulanan).
Beberapa topik pembicaraan pun mulai dibahas. Namun, karena rombongan kelihatan tampak lelah, akhirnya disepakati besok pagi pembicaraan akan dilanjutkan kembali. Maulana Rakeeman sendiri, malam itu, kembali ke tempat menginap di salah satu rumah pemukiman Ahmadi, ‘Kelompok Al-Jihad’–satu dari sekian banyak kelompok jamaah Ahmadiyah di Manislor. Sedangkan rombongan PELITA akan menginap di rumah missi JAI, sebelah Masjid Al-Nur.
Pagi hari, usai mengimami salat Subuh, dan menyampaikan daras terkait “Resep membina keluarga yang ‘sakinah, mawaddah, wa Rahmah'” di Masjid Al-Nur, Maulana Rakeeman ke rumah missi untuk melanjutkan diskusi. Tampaknya, Ketua PELITA sudah mempersiapkan bahan-bahan untuk dibicarakan. Termasuk materi yang hanya bisa diperlihatkan saja–saking “rahasianya”.
Pembicaraan selama hampir satu jam itu banyak membahas mengenai eksistensi kegiatan lintas-iman yang ada di Cirebon dan sekitarnya, termasuk di Kuningan serta Indramayu. Pemetaan potensi juga sudah dilakukan oleh PELITA. Ketua PELITA akhirnya banyak berkonsultasi mengenai hal-hal tersebut kepada Maulana Rakeeman, termasuk ingin mengenal lebih dalam aliran-aliran dalam agama lain.
Sarapan pagi di aula Fazle Umar yang terletak di sebelah SMP “Amal Bhakti” Manislor, menjadi pemutus pembicaraan. Usai sarapan, akhirnya masing-masing berpamitan. Maulana Rakeeman sendiri akan melanjutkan acara Wisata Tarbiyat JAI Kemang. Sedangkan rombongan dari PELITA Cirebon akan melanjutkan perjalanannya mengunjungi Gereja Katolik di Cirebon sekaligus kembali ke “markas”-nya. [RRAMJ]
–
MAULANA Rakeeman R.A.M. Jumaan berkhidmat dan mewakafkan diri di dalam JAI sebagai muballigh; pegiat dialog antar/lintas-iman; pemilik sekaligus pengelola dari Griya Bambu/Taman Bacaan/Pusat Kajian “DAAR EL-JUMAAN” (Rumah Mutiara); pekerjaannya sebagai dosen bagi para mahasiswa calon muballigh di Kampus Mubarak Kemang, Bogor. “DAAR EL-JUMAAN” merupakan sebuah perkumpulan nirlaba dan lintas-iman. Rakeeman tinggal di desa Pondokudik, kecamatan Kemang, kabupaten Bogor, provinsi Jawa Barat.