Bandung – Kembali merebaknya kasus cacar monyet di belahan dunia dan mulai masuk ke Indonesia sejak bulan Agustus lalu menimbulkan keresahan di masyarakat. Menjawab ini, Asosiasi Tenaga Kesehatan Ahmadiyah (AMMA) dan Pengurus Besar Jemaat Ahmadiyah Indonesia (PB JAI) kembali mengadakan Health Talk AMMA ke-3 dengan pembicara ahli dr. Dewi Lestarini, Sp.KK. Sekitar 80 orang menyimak acara online tersebut pada Minggu, 1 September 2024.
Cacar monyet merupakan penyakit emerging zoonosis (penyakit yang berasal dari hewan kera ke manusia) disebabkan oleh monkeypox virus (MPXV) sehingga cacar ini dinamakan ‘Cacar Monyet/monkey pox’. Kemudian WHO mengumumkan pergantian nama penyakit yang semula Monkeypox menjadi ‘Mpox’ untuk menghindari rasisme dan stigmasisasi.
Indonesia sendiri bukan merupakan negara endemis mpox, dimana virus mpox yang ditemukan di Indonesia tidak menimbulkan tingkat fatalitas yang tinggi.
Faktor Risiko dan Gambaran Mpox
Seseorang yang terinfeksi mpox umumnya mengalami gejala ringan dalam waktu 6-13 hari seperti demam, diikuti muncul ruam khas terutama di daerah genital/kelamin, selangkangan atau di dalam mulut, berawal dari wajah dan/atau genital yang berlangsung selama 2-4 minggu. Namun pada anak-anak, ibu hamil, dan orang dengan gangguan sistem imun, dapat menyebabkan komplikasi hingga membutuhkan perawatan madis. Berikut beberapa gejala umum penderita Mpox
Beberapa gejala umum pada penderita Mpox antara lain demam ringan suhu dapat mencapai di atas 38 C, nyeri kepala, badan pegal dan terasal lelah, dan muncul gejala pernapasan seperti batuk pilek.
Selain itu penderita juga dapat mengalam ruam lebih padat di wasaj dan anggota badan serta pembersaran kelenjar getah bening.
“Mpox ini lebih sering menginfeksi pasien dewasa terutama dengan perilaku seksual berisiko dan orang yang daya tahan tubuhnya rendah, jarang menyebar ke anak-anak karena jalur penularannya. Sebenarnya gejala penyakitnya tidak terlalu berat,” jelas dr. Dewi.
Cara Penularan dan Pencegahan Mpox
Penularan di daerah non-endemis seperti Indonesia utamanya terjadi dari manusia ke manusia, sementara penularan dari hewan jarang ditemukan. Virus masuk lewat kulit terbuka, saluran pernafasan, selaput lendir, oleh karena itu, orang yang berinteraksi termasuk pasangan seksual juga memiliki risiko lebih besar untuk terinfeksi. Rute penularan yang telah dipastikan yaitu:
Kontak langsung dari cairan tubuh atau lesi kulit orang yang terinfeksi, kontak tidak langsung pada benda yang terkontaminasi seperti pakaian, tempat tidur, handuk, atau peralatan makan, dan melalui droplet dalam jarak dekat pada kontak erat dalam waktu yang lama.
Masa penularan dapat bervariasi, namun pada umumnya masa penularan dimulai saat muncul gejala hingga lesi kulit/keropeng mengelupas. Dengan mengetahui cara penularan Mpox, masyarakat dapat mencegah diri dari terpapar virus tersebut.
“Sebagai upaya pencegahan vaksin khusus belum disarankan untuk umum. Selama kita tetap menjaga kebersihan dengan rajin cuci tangan, menerapkan pola hidup sehat, dan mulai kembali menggunakan masker terutama di tempat keramaian yang tertutup sudah cukup untuk mengurangi risiko penularan. Konsumsi suplemen tertentu bukan keharusan, intinya bagaimana kita menjaga daya tahan tubuh tetap kuat, jangan terlalu cape,” dr. Dewi menghimbau para audiens.
Untuk memastikan diagnosis penyakit Mpox, seseorang perlu memeriksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat, dan ada beberapa prosedur laboratoris yang akan dijalani.
Pemeriksaan laboratorium untuk konfirmasi kasus Mpox terdapat di 15 laboratorium yang telah ditunjuk pemerintah seperti tertera dalam buku pedoman dari Kementerian Kesehatan. Jika terdeteksi kasus positif Mpox, maka perlu dilaporkan ke petugas yang berwenang lalu dilakukan surveilans. Orang yang sakit penting untuk menjalani isolasi agar tidak menjadi sumber penularan.
“Tidak usah terlalu takut dengan Mpox, tapi tetap berjaga-jaga. Dan jika terkena sakit beristirahat,” pungkasnya.
Acara ditutup dengan menyampaikan kepada audiens yang membutuhkan informasi atau konsultasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor kontak AMMA: 0823-1075-1927 / 0819-2024-240. *
Kontributor: Amatul Shafi
Editor: Talhah Lukman A