Yogyakarta- Rafi Assamar Ahmad, seorang pemuda Ahmadiyah terpilih untuk mengikuti program pelatihan yang bertujuan untuk mendorong toleransi dan mempromosikan keberagaman.
Program ini diselenggarakan oleh Jaringan Gusdurian bekerja sama dengan International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) dan berlangsung di Yogyakarta pada Sabtu hingga Senin, 1-3 Juni 2023.
Menggunakan modul “Muda Toleran” dan diikuti oleh 30 peserta, Rafi Assamar Ahmad dipilih sebagai salah satu peserta karena keterlibatannya dalam berbagai inisiatif lintas agama, serta upaya mengembangkan komunitas “Majabaca” di kampung halamannya.
Dalam wawancaranya, Rafi membagikan motivasinya untuk mengikuti pelatihan fasilitator ini.
“Saya percaya pada pentingnya menjunjung tinggi nilai-nilai kebangsaan, mengingat Indonesia terdiri dari beragam suku, budaya, agama, ras, dan warna kulit. Oleh karena itu, keberagaman dalam negeri ini harus dijaga dan dirawat oleh setiap individu, terutama oleh generasi muda,” katanya.
“Inilah yang mendorong saya untuk berpartisipasi dalam Pelatihan Fasilitator yang diselenggarakan oleh Jaringan Gusdurian dan INFID,” lanjut Rafi Assamar Ahmad.
Mengenai rencana masa depan, ia menyatakan niat untuk membentuk komunitas Gusdurian di Majalengka, mengikuti upayanya sebelumnya dalam mendirikan dan mendeklarasikan komunitas Gusdurian di Bogor beberapa tahun lalu.
Rafi juga berharap agar para pemuda Ahmadiyah di Cabang Sadasari Majalengka Jawa Barat, dapat aktif berpartisipasi dalam misi Indonesia damai yang menjunjung nilai keberagaman.
Ia percaya bahwa motto Ahmadiyah, Love for all hatred for none (cinta untuk Semua, kebencian tidak untuk siapapun), harus terdengar tidak hanya di kalangan internal, tetapi juga dirasakan oleh orang khalayak masyarakat.
“Sebagaimana yang pernah saya lakukan di Kota Bogor beberapa tahun kebelakang membentuk dan mendeklarasikan gusdurian kota Bogor, mungkin dalam waktu secepatnya akan membentuk gusdurian di majalengka, bersama rekan-rekan komunitas yang memiliki orientasi yang sama dalam sebuah pergerakan sosial,” terangnya.
Perjalanan Rafi sebagai fasilitator dimulai dengan essai berjudul “Dibalik Persekusi Terhadap Jemaat Ahmadiyah” untuk acara “Youth Camp Muda Toleran” pada tahun 2022.
Essainya terpilih sebagai salah satu dari 30 peserta yang ikut dalam camp tersebut, dari total 535 pendaftar.
Setelah mengikuti youth camp, Rafi juga mengirimkan essai sebagai syarat mengikuti pelatihan fasilitator dengan judul “NGELAPAK: Pendekatan Budaya untuk Menarik Minat Literasi pada Anak dan Remaja oleh Komunitas Majabaca di Desa Maja Selatan, Majalengka, Jawa Barat”.
Essainya menggambarkan peran pelengkap dari komunitas Majabaca dalam gerakan literasi yang lebih luas di Kecamatan Maja.
Sebelumnya, essai Rafi yang berjudul “Gus Dur Akan Tetap Hidup” juga menjadi salah satu dari 30 finalis dalam acara Tunas Gusdurian pada 2o22 lalu.
Essai tersebut menggambarkan keterlibatan Pemuda Ahmadiyah Kemang Bogor dalam deklarasi komunitas Gusdurian di Bogor, serta dukungannya terhadap berbagai kegiatan Gusdurian di kota tersebut.
Perjalanan Rafi sebagai seorang fasilitator dan partisipasinya yang aktif dalam inisiatif lintas agama menunjukkan komitmennya dalam mempromosikan toleransi dan keberagaman di Indonesia.
Dengan terlibat dalam program seperti Pelatihan Fasilitator yang diselenggarakan oleh Jaringan Gusdurian dan INFID, Rafi berharap dapat memberikan kontribusi dalam menciptakan perdamaian dan memperkuat pemahaman antar generasi muda terhadap perbedaan.
“Sehingga fokusnya tidak hanya memperjuangkan kelompok sendiri melainkan rumah kita bersama yakni Indonesia,” pungkasnya.
Kontributor: Amatul Noor