Jakarta- Prof Musdah Mulia, Ketua Umum Indonesian Conference on Religion for Peace (ICRP) periode 2007-2023, mengungkap pertemuan dengan Khalifah Ahmadiyah dalam Jalsah Salanah UK tahun 2003.
Ia terkesima saat melihat secara langsung persatuan dan keberagaman umat muslim dari seluruh dunia, di bawah pimpinan Khilafah Ahmadiyah.
Hal ini diungkapnya saat pertemuan dengan Amir Nasional Ahmadiyah, Maulana Mirajuddin Sahid di Wisma Rahmat Ali, Jakarta Pusat pada Sabtu, 22 Juli 2023.
Diketahui, dirinya akan menghadiri kembali Jalsah Salanah UK bersama para tokoh Nasional lainnya pada 28-30 Juli 2023 mendatang setelah selang 20 tahun.
“Alhamdulillah saya merasakan betapa banyak sekali pengalaman, saya belajar banyak dari kehadiran di Jalsah Salanah di London, terutama dalam konteks bagaimana saya melihat keberagaman umat Islam di seluruh dunia,” kata Prof Musdah Mulia pada Warta Ahmadiyah.
Pengalaman ini telah memberikannya pelajaran berharga tentang keberagaman dalam Islam dan persaudaraan antar umat Muslim yang menjadi momen penting dalam perjalanan spiritualnya.
“Alhamdulillah saya merasakan betapa banyak sekali pengalaman, saya belajar banyak dari kehadiran di Jalsah Salanah di London, terutama dalam konteks bagaimana saya melihat keberagaman umat Islam di seluruh dunia,” ungkapnya penuh haru.
“Saya belajar tentang keberagaman umat Islam, tentang keberagaman persaudaraan sesama umat Islam, karena pertemuan ini adalah pertemuan di mana seluruh, Jemaat Ahmadiyah itu dari seluruh dunia berkumpul di sana dan juga mengundang berbagai tokoh-tokoh dan orang-orang di luar Ahmadiyah untuk menyaksikan kegiatan Jalsa yang merupakan pertemuan umat Ahmadiyah se-dunia,” lanjut Prof Musdah Mulia.
Ia juga berkesempatan berbicara langsung dengan Huzur, pemimpin Jamaah Ahmadiyah pada saat itu, Hazrat Mirza Tahir Ahmad.
Prof Musdah Mulia bercerita, Huzur menunjukkan minat besar terhadap situasi keagamaan di Indonesia, termasuk mengenai Gus Dur Presiden ke-4 RI yang merupakan salah satu tokoh Islam NU di Indonesia.
“Saya sangat terkesan, pertemuan dengan Huzur pada tahun 2003 tersebut, beliau sangat tertarik dengan pembicaraan, beliau bertanya tentang Gus Dur, bertanya tentang bagaimana kondisi umat agama di Indonesia, dan saya menjelaskan banyak hal dalam konteks saya sebagai Ketua Umum ICRP,” kenangnya.
Prof Musdah Mulia menjelaskan bagaimana Indonesia sedang membangun demokrasi yang berlandaskan kebebasan beragama untuk semua umat beragama.
Namun, ia mengakui bahwa tantangan masih ada, terutama dari kelompok-kelompok yang memperlihatkan sikap intoleran dan eksklusif dalam beragama.
Oleh karena itu, ICRP berupaya mengajak semua kelompok, termasuk Ahmadiyah, untuk bersama-sama membangun sikap inklusif melalui penguatan literasi beragama di Indonesia.
“Saya menjelaskan banyak hal tentang bagaimana Indonesia juga sedang membangun demokrasi yang berasaskan kebebasan beragama bagi semua umat beragama di Indonesia,” jelas Prof Musdah Mulia.
“Memang tidak mudah, karena masih ada kelompok-kelompok yang menginginkan sikap-sikap intoleran, sikap-sikap eksklusif, dan itulah yang harus kita perbaiki. Itulah sebabnya kenapa ICRP mengajak semua kelompok, termasuk di dalamnya Ahmadiyah, untuk bersama-sama membangun sikap inklusif melalui upaya-upaya penguatan literasi beragama di Indonesia,” terangnya.
Bagi Prof Musdah Mulia, keberagaman adalah fondasi kuat dalam membangun Indonesia, seperti yang ditetapkan dalam Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
Pandangan inklusif dan toleran adalah inti dari ajaran semua agama, termasuk Islam. Ia mengajak masyarakat untuk bersikap inklusif dan toleran, karena keyakinannya bahwa inilah yang akan membawa keberkahan bagi bangsa Indonesia dan mengantarkan ke masa depan peradaban kemanusiaan yang lebih baik.
Prof Musdah Mulia menyadari tugas ini tidaklah mudah, namun perlu diupayakan melalui pelatihan, pendidikan, dan edukasi agar masyarakat semakin mampu menjalin kedamaian dan kesetaraan persaudaraan di tengah-tengah perbedaan agama.
“Ya memang nggak mudah, tetapi harus kita usahakan, karena itu upaya pelatihan, pendidikan, edukasi, mengajak masyarakat kita untuk bersikap inklusif, bersikap toleran. Karena saya yakin itulah intisari dari ajaran semua agama termasuk Islam, bagaimana kita menjadi rahmatan lil’alamin,” pungkasnya.