Komunitas Bela Indonesia mempunyai program mencetak 1.000 juru bicara Pancasila di 25 Kota besar di seluruh Indonesia. Salah satunya adalah di kota Palangkaraya.
Tepat pada hari Jum’at 21 September 2018, sebanyak 40 peserta dari beragam komunitas, tokoh agama, akademisi, guru, bahkan ibu rumah tangga hadir disana tepatnya di Hotel Fovere Jl. G obos Palangkaraya.
Dari hasil seleksi yang dilakukan oleh panitia setempat, Alhamdulillah terpilih dua orang dari Jemaat Ahmadiyah Kalimantan Tengah yaitu Mln Fahri Ahmad Rusdi (Muballigh Pangkoh) dan Mln Musa Syaiful Islam (Muballigh Seruyan).
Pembukaan dilaksanakan pada pukul 14.00 waktu setempat, Sdr Nashir Hayatul Islam SH selaku Koordinator KBI (Komunitas Bela Indonesia) wilayah Kalimantan Tengah mengatakan, bahwa sekarang ini Indonesia sudah mulai krisis pengurangan nilai-nilai Pancasila. “Untuk itulah kalian (40 peserta Juru Bicara Pancasila) sebagai perwakilan tiap daerah yang akan kembali mengangkat nilai-nilai Pancasila.” tegasnya.
Selain sesi demi sesi jadwal yang dibuat panitia, seperti pelatihan menulis, pelatihan debat, oleh para trainer dan fasilisator, kami juga melakukan doa lintas Iman untuk saudara-saudara kita di Palu, Sigi dan Donggala. Doa dari perwakilan Muslim dipimpin oleh Mln Musa Syaiful Islam, kemudian doa dari perwakilan Nasrani dipimpin oleh Ibu Ersi dan doa dari perwakilan Hindu dipimpin oleh Sdri Rini. Dengan khusyu seluruh peserta, trainer, fasilisator dan panitia berdoa untuk Palu, Sigi dan Donggala.
Kenapa acara ini dilaksanakan? Karena dari tahun ke tahun nilai Pancasila semakin tergerus zaman untuk itulah dibutuhkan Juru Bicara disetiap daerah untuk paling tidak nilai Pancasila semakin meninggi kembali.
Yang menarik dari acara KBI (Komunitas Bela Indonesia) adalah pesertanya beragam profesi dan keyakinan berkumpul, bersatu, saling bertukar pikiran, menyatukan pandangan untuk menaikan kembali pamor Pancasila dibumi Indonesia yang kita cintai ini.
Buya Elza Tahir yang akrab dipanggil, sangat banyak sekali memberikan nasihat, pelajaran. Kemudian Gus Sholah yang akrab dipanggilnya, menyampaikan bagaimana cara menulis yang benar. Beliau mengutip dari Imam Syafi’I bahwa “Ilmu itu adalah panennya sedangakan menulis adalah ikatannya” maksudnya adalah manusia menuntut ilmu dari mulai TK s/d Perguruan Tinggi tetapi jika tidak dituangkan kedalam tulisan maka akan hilang ilmu tersebut.
Tak terasa empat hari sudah dilalui, diakhir sesi adalah refleksi dimana masing-masing peserta bisa merefleksikan perasaan kepada peserta yang lain, bagaimana emosi kekeluargaan yang selama empat hari bersama-sama. Selain itu juga acara ini menjadi ajang rabtah bagi kami peserta dari Jemaat Ahmadiyah Kalimantan Tengah karena tidak hanya berakhir disaat itu saja tetapi silaturrahmi terus berlangsung hingga saat ini.
Kontributor : Mln. Fahri Ahmad Rusdi