Kalimantan Barat, 5 sd 8 Oktober 2018, tepatnya di Pontianak menjadi kota ke-6 terselenggaranya Pelatihan Juru Bicara Pancasila.
Pelatihan yang digelar di Neo Hotel by Aston ini dihadiri oleh 40 peserta yang berasal dari wilayah Kalbar dan dari berbagai macam lembaga, mewakili pemuda dari Jemaat Ahmadiyah Wilayah Kalbar, turut hadhir yaitu Mln. Abdul Quddus Anom dan Mln. Rustandi, terseleksi menjadi peserta pelatihan.
Menjadi peserta pelatihan ini pun tidak lah mudah karena para peserta terlebih dahulu harus mengisi Formulir yang terlampir dalam link google form.
Muhammad Isnur selaku fasiltator dalam pembukaannya mengungkapkan bahwa adanya fenomena gerakan anti Pancasila, dimana dalam 13 tahun terakhir dukungan pada pancasila menurun dan dukungan NKRI bersyariah pun naik. Sehingga perlunya membangkitkan kesadaran masyarakat untuk kembali membangkitkan nilai-nilai pancasila adalah suatu keharusan.
Hal senada juga disampaikan oleh Ibu Andy Yentriyani selaku fatner local Wilayah Kalimantan Barat. Dalam sambutannya Ibu Andy menyampaikan dari hasil survei yang dikeluarkan oleh Lingkaran Survei Denny JA, yang menunjukkan bahwa Selama 13 tahun terakhir, dukungan terhadap Pancasila terus mengalami penurunan.
Pada tahun 2005 dukungan kepada Pancasila mencapai 85,2 persen dan pada 2018 menurun menjadi 75,3 persen atau turun sebesar 10 persen.
Fakta inilah yang mendorong Komunitas Bela Indonesia ini untuk kembali menguatkan Pancasila sebagai Dasar Negara, agar Indonesia dengan keragamannya dapat direkatkan kembali.
Pelatihan selama empat hari akan membekali para peserta dengan berbagai keahlian teknik untuk melakukan kampanye. Diantaranya para peserta latihan diajarkan untuk belajar tehnik berdebat, menulis, dan juga belajar untuk memanfaatkan media sosial yang kerap dijadikan orang-orang yang anti pancasila ini untuk memuat konten-konten dalam kontan sara dan hoaxs, artinya dalam materi ini peserta dipersiapkan agar peserta mampu menguasai teknik dalam memaksimalkan penggunaan media sosial terlebih untuk kampanye konten positif.
Yang lebih menarik adalah pada acara terkhir yang bertajuk afterhours yang mana sebelumnya peserta pelatihan disuguhkan sebuah video dokumenter yang berisi tentang kisa seorang aktivis yang telah banyak mengadvokasi hak-hak kebebasan beragama yang menimpa Ahmadiyah, beliau adalah Muhammad Isnur yang adalah sebagai fasilitator dari Jakarta dimana belia telah banyak malang melintang menyelesaikan banyak konflik social dan kemanusian di antaranya di cabang jemaat ahmadiyah Ciamis, Sukawening, Cisalada, Jatibening dan terakhir di Lombok.
Pada sesi acara ini yang banyak dibahas adalah berkenaan dengan penindasan yang di rasakan oleh Ahmadiyah, namun disisi lain Isnur (panggilan akrab Muahmmad isnur) banyak menjelaskan mengenai kayakinan ahmadiyah yang memiliki persamaan dengan Islam pada umumnya, sehingga dia menegaskan saking dekatnya beliau dan seringnya mengadvokasi kekerasan terhadap ahmadiyah maka Isnurpun sering disebut sebagai ahmadi.
Banyak dari antara peserta yang sangat tertarik dengan pengalaman saudara Muhammad Isnur ini, sehingga mereka menginginkan agar merekapun dapat mengikuti jejak dari perjuangan Muhammad Isnur ini. Dan seperti kita ketahui bersama bahwa Muhammad Isnur ini memang cukup dikenal dikalangan internal Jemaat Ahmadiyah terutama dikenal dikalangan anggota yang sering terkena konflik sosial keagamaan dan kemanusiaan.
Dan terakhir untuk memenuhi rasa kerinduan beliau kepada komunitas Ahmadiyah ini, tengah malam sekitar pukul 24.00 WIB setelah acara berakhir, kami dari perwakilan peserta Pelatihan (JAI) membawa beliau singgah ke mesjid Ahmadiyah Pontianak.
Kontributor : Mln. Rustandi Innayatullah