Minggu, 8 Maret 2020.
Jarum jam merujuk di angka sepuluh pagi. Pelatihan susu kedelai pun segera dimulai. Para peserta yang berasal dari kaum ibu, bapak-bapak dan juga remaja yang berjumlah 35 orang sudah mengambil posisi duduk dengan kenyamanannya masing-masing.
Semua tampak semangat. Promosi yang disebarkan oleh Sekr. Sanat wa Tijarot cabang, yang dibantu oleh Sekretaris Kewirausahaan di badan-badan, rupanya cukup menarik minat para anggota untuk datang menghadiri kegiatan yang sarat manfaat ini.
Sekr. Sanat wa Dastkari (SWD) LI Jakarta Utara, Firlian Janianty, menganggap penting keterampilan sekecil apapun. Untuk itu, Ia menggantungkan sebuah harapan dari kegiatan pelatihan ini agar menjadi jalan dan inspirasi para anggota Lajnah untuk membuka pintu-pintu rezeki.
Setelah sebelumnya, anak-anak Nashirat diperkenalkan dengan materi komputer dasar dan mempraktekannya secara langsung. Kini Ia mengupayakan agar para ibu-ibu pun bisa ikut serta meningkatkan keterampilannya.
Pelatihan dibuka dengan Talkshow yang sangat menarik lagi inspiratif. Membuat para peserta tetap terjaga selama sesi ini. Kang Rizky, selaku narasumber bercerita banyak mengenai jatuh bangunnya usaha yang ia rintis.
Satu pertanyaan yang menarik adalah mengapa lebih memilih wirausaha, sementara pekerjaan sebagai karyawan jauh lebih memberi kepastian?
Jawabannya cukup mengejutkan. Ia hanya tak ingin ketinggalan untuk melaksanakan sholat Jumat. Baginya shalat Jumat adalah yang utama. Ia lebih memilih meninggalkan zona nyamannya ketimbang harus meninggalkan shalat Jumat.
Satu ayat yang menjadi sandaran kuatnya adalah “Ud’uni astajiblakum”, yang artinya berdoalah maka Aku akan kabulkan. Itulah yang menjadi pijakan utamanya disaat Ia mulai merintis usaha apapun.
Ia seperti membuat peserta tersadar bahwa untuk memulai usaha yang paling utama yang harus dimiliki adalah keyakinan yang kuat terhadap Wujud Allah Ta’ala.
Sebelum menggeluti usaha susu kacang kedelai yang kini telah mempunyai 3 lapak utama, Kang Rizqy memulai usahanya dengan menjual bubur ayam.
Dengan modal seadanya, juga keterampilan yang minim, ia membuat model bubur ayam yang beda dari yang lain. Tapi, bukan itu yang membuat jualannya laris. Ia menceritakan bahwa setiap kali Ia mengaduk nasi menjadi bubur, bibirnya tak pernah kering dari do’a. Bahkan do’a yang ia panjatkan spesial berbahasa Sunda. Semata-mata untuk meraihkan kedekatan dan ridha-Nya.
Hingga akhirnya, Ia memilih susu kacang kedelai pun dengan tanpa direncanakan. Bermula dari membuatnya untuk keluarga. Lalu ada banyak sisa. Sisa susu tersebut dibagikan kepada tetangganya. Tidak ada trik-trik khusus dalam pembuatannya. Tapi rupanya susu tersebut terasa lezat di lidah tetangga-tetangganya. Barangkali, Itulah cara Allah yang begitu khas, memberikan petunjuk kepada hamba-Nya.
Satu motivasi kuatnya untuk menjadi pengusaha yang sukses sangat sederhana. Ia berkeinginan untuk berkhidmat kepada Jemaat bukan hanya dengan tenaga dan waktu. Ia juga ingin berkhidmat kepada Jemaat dengan hartanya.
Itulah kini yang mengantarkan pria yang sebentar lagi akan lauching kedai minuman yang bersama “Soya Shake”, dari candah dua puluh ribu rupiah kini sudah naik berkali-kali lipat jadi satu juta rupiah untuk wasiyatnya saja.
Setelah acara talkshow selesai. Peserta mulai menuruni anak tangga menuju lantai 1 Masjid Nurrudin. Mereka tak sabar untuk mengikuti praktik membuat susu kacang kedelai. Mereka terlihat sibuk memegang dan melihat-lihat peralatan yang tersedia.
Beberapa tips yang disebut oleh narasumber sebagai “rahasia perusahaan” pun diungkap disana. Mulai dari lamanya perendaman. Penggunaan air yang tepat. Sampai kepada masalah penyaringan dan lama perebusan. Ia pun begitu sabar menanggapi setiap pertanyaan.
Kegiatan pelatihan yang bertempat di Masjid Nuruddin Jakarta Utara ini menjadi begitu lengkap. Sebab, tak hanya bekal keterampilan membuat susu kacang kedelai saja yang diberikan. Tapi juga motivasi untuk bisa menjadi seorang pengusaha yang sukses ala “Jemaat”.
Begitu luarbiasanya kegiatan ini. Sehingga menguras semangat setiap peserta. Terutama ibu-ibu LI yang mempunyai keinginan untuk menambah penghasilan kecil-kecilan tanpa harus meninggalkan tugas utama sebagai ibu rumah tangga ataupun hanya sekedar bisa membuatnya dirumah.
Meski hari semakin sore, peserta masih terlihat riang terlebih saat mereka telah puas mencicipi susu kedelai hasil kreasinya namun mereka juga masih mendapat sekantung susu untuk dibawa pulang.
Kontributor: Riyanti