TENGAH hari, Sabtu pukul 12 siang, 4 Januari 2014. Serombongan orang membawa satu anak berusia 12 tahun ke klinik “Asih Sasama”. Anak itu, sebagai pasien, lantas ditangani dokter Is dan mantri Arif. Tampak darah mengucur dari lengan kanannya. Rupanya, ia terkena pecahan beling.
Pasien itu datang bertepatan dengan diselenggarakannya kegiatan bakti sosial atau baksos yang didukung Humanity First (HF) Indonesia. Baksosnya berupa khitanan dan pengobatan massal.
Lokasi baksos berada di desa Ngloro, kecamatan Saptosari, kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kegiatan ini dihadiri camat Saptosari dan dua lurah termasuk pribumi, Lurah Ngloro. Saat akan berlangsungnya baksos tersebut, salah seorang panitia, Maulana Abdul Rozzaq, sedang memberikan sambutannya.
Tercatat ada 270 pasien yang berobat, termasuk ada enam anak yang sukses menjalani khitanan massal. Baksos diramaikan oleh para pengurus dan puluhan warga JAI Yogyakarta. Sejumlah 36 sukarelawan hadir. Mereka ada yang berasal, selain dari Yogyakarta kota, pula Gunung Kidul, Cibinong (Bogor, Jawa Barat), Tangerang, dan Jakarta. Acara berjalan lancar. Antusias masyarakat yang datang benar-benar di luar dugaan dan melebihi yang diharapkan. Bahkan ada yang datang dari luar desa Ngloro untuk berobat.
Humas PB JAI–pula merupakan Ketua HF Indonesia–Haji Kandali Ahmad Lubis mengatakan, terlaksananya baksos adalah berawal dari harapan Khalifah Islam Ahmadiyah Hadhrat Mirza Masroor Ahmad atba. di London pada September 2012 silam. Kepada Amir Nasional JAI Haji Abdul Basith, Khalifah mengharapkan agar Ahmadiyah di Indonesia bisa mengkhidmati kemanusiaan dengan mengupayakan pendirian rumah sakit. Sehingga para dokter Ahmadi bisa berkhidmat untuk sosial kemasyarakatan.
Semenjak itu, ungkap Haji Kandali, bapak Amir Nasional menggodok apa yang menjadi harapan baik Khalifah tersebut. Survey dilakukan ke beberapa daerah di seluruh Indonesia. Sejumlah nama-nama daerah menjadi sasaran, antara lain Sintang, Atambua, juga Wonosobo. Namun, karunia itu jatuh ke daerah Gunungkidul di DIY.
Pendirian rumah sakit sakit masih embrio. Karenanya dibentuklah klinik dalam beberapa bulan ke depan mudah-mudahan akan terwujud. Nama kliniknya akan bernama “Asih Sasama.”
Haji Kandali mengatakan bahwa nama untuk klinik Asih Sasama (baca: Asih Sasomo) itu sendiri diajukan oleh Maulana Abdul Rozzaq yang merupakan terjemahan dari “Love for All”, yakni Cintakasih untuk Semua. Awalnya, nama klinik akan dinamakan dari Bahasa Arab. Tapi belakangan, atas pertimbangan, nasihat, dan saran tokoh pemerintah desa setempat, nama klinik “Asih Sasama” menjadi pilihan jitu.
Dengan animo masyarakat yang baik dan SDM yang siap serta berdedikasi tinggi, termasuk kesiapan dokter Gianne Panji Putri yang mewakafkan diri demi kemanusiaan di Ngloro, semoga menjadi landasan dan fondasi yang kuat demi terwujudnya ranah pengkhidmatan kemanusiaan yang lebih luas lagi.
Baksos mendapatkan apresiasi positif. Website media lokal SorotGunungKidul.com memberitakan kegiatan baksos ini. Diberitakannya, acara ini digelar atas kerjasama antara Pemerintah Desa Ngloro dengan Yayasan Utama Kemanusiaan dari Jakarta.
Kepala Desa Ngloro, Saptosari, Gunungkidul, Heri Yulianto mengatakan sejak pagi acara ini dimulai, sudah berdatangan warga yang ingin memanfaatkan pengobatan gratis. Mengingat biaya kesehatan di kawasan tersebut terbilang mahal. Selain untuk berobat, belasan anak laki-laki juga antre untuk dikhitan massal.
“Untuk khitanan lumayan banyak juga, tadi jam 08.00 WIB sudah ada 10 anak lebih. Apalagi pengobatan gratisnya, sampai saat ini masih ramai. Saya merasa senang, karena setelah acara ini selesai, mereka (Yayasan Utama Kemanusiaan) tetap akan membantu mengentaskan masalah kesehatan di Desa Ngloro bahkan Kecamatan Saptosari. Rencananya akan membangun klinik di Desa Ngloro. Mengingat di Ngloro hanya ada 1 Puskesmas pembantu saja,” kata Heri Yulianto.
Dia juga mengatakan, acara ini walaupun pelaksanaannya di Desa Ngloro, tapi panitia tidak membatasi peserta yang datang. “Kemarin sudah koordinasi dengan Pak Camat, siapa saja boleh mengikuti,” tandasnya.
Sementara itu, salahsatu warga yang ikut dalam kegiatan pengobatan gratis dan khitanan massal, Biyem (30) warga Karangnongko, Ngloro, Saptosari mengaku senang dengan kegiatan sosial ini. “Anak saya Kolip Kusmediyanto (13) dari dulu ingin sunat, akhirnya kesampaian juga. Saya juga berobat sekalian, mumpung ada acara seperti ini ikut berobat gratis. Mudah-mudahan masyarakat bisa lebih sehat kedepannya,” ucapnya.
Suyitno, tokoh masyarakat setempat, mengucapkan selamat datang kepada tim Humanity First yang terdiri dari delapan dokter dan beberapa tim medis. Suyitno mengucapkan terimkasih dan berjanji akan membantu dokter Gianne sebagai petugas tetap di Ngloro yang nantinya akan menetap di Gunung Kidul mengabdikan diri di daerah dekat pantai ini.
Demikian pula dari Camat Saptosari. Camat menghimbau penduduknya untuk hidup higienies dengan mendirikan jamban dan tidak sembarangan buang air kecil.
Acara baksos yang sejak pagi pukul 08.15 diawali pemberkatan doa oleh Maulana Shagir Ahmad, maka pada pukul 15.22, bersamaan dengan lengangnya sekitar lokasi baksos, ia berakhir.[]
—
QA/ARH|KAL|DMX
Foto: Iin, Ridha, & Hidayatullah