SEJAK pukul 10 pagi, Senin (6/1/2014), rumah dinas ketua umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Andreas Anangguru Yewangoe mulai terlihat ramai. Bapak Pendeta Yewangoe mengadakan open house dalam rangka syukuran awal tahun baru masehi 2014 dan juga karena masih segarnya suasana hari raya natal 2013.
Ada lebih dari sepuluh mobil yang parkir di pinggir jalan maupun di sebuah pekarangan kosong seberang rumah bapak pendeta Yewangoe. Rumah dinas pendeta Yewangoe berada pada kawasan hijau yang asri dan tenang di Jalan Anggur III Nomor 31, kelurahan Cipete Selatan, kecamatan Cilandak, kodya Jakarta Selatan. Saat kita memasuki jalan masuk, ada portal yang dijaga dua orang satpam. Cukup bilang “Rumahnya bapak pendeta Yewangoe di mana?” maka mereka akan dengan sangat ramah menunjukkannya.
Open house diawali dengan sambutan selamat datang yang diwakili oleh Jeirry Sumampow. Ia adalah Sekretaris Eksekutif Bidang Diakonia PGI.
Jeirry menyebut bahwa open house tak hanya dihadiri sebagian besar jamaah kristen. Ia didatangi dari pelbagai kalangan lintas iman termasuk beberapa alirannya yaitu Khatolik, Hindu, Buddha, Konghucu, maupun Islam yang diwakili NU, Muhammadiyyah, dan Ahmadiyah (JAI).
Dari kalangan JAI tampak hadir tujuh orang warga Ahmadiyah–empat laki-laki serta tiga perempuan–pula Haji Agus Mubarik Ahmad yang pernah menjabat Sekretaris Ummur Kharijiah (Humas) PB JAI periode yang lalu.
Open house diisi dengan ibadah kebaktian yang diikuti segenap hadirin yang kebetulan berasal dari Kristen. Kebaktian dipimpin oleh ibu pendeta Lisje Sumampouw. Pendeta Lisje adalah Sekum dari Gereja Protestan Indonesia (GPI). Kebaktian disaksikan oleh para tamu luar Kristen dengan khidmat sambil duduk di tempat.
Dalam kesempatan memberikan sambutan, Ketua PGI Yewangoe antara lain mengatakan bahwa open house ini sekaligus sebagai yang terakhir di masa kepengurusannya. Pada 2014 ini, masabakti pendeta Yewangoe sebagai ketua umum PGI akan selesai. Di tahun ini juga, PGI merencanakan mukernasnya di Nias, Sumatera Utara.
Sebelum open house berakhir dengan ramah tamah dan makan siang bersama, para tamu disuguhkan dengan tayangan film pendek tentang intoleransi yang menimpa anak bangsa dari kalangan Kristen, Khatolik, muslim Syiah, dan muslim Ahmadiyah.[]
DMX