Jakarta – Media Center Nasional (MCN) Jemaat Ahmadiyah Indonesia mengunjungi Kantor Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara (PPMN), Kamis (24/11).
Selain bersilaturahmi, kunjungan itu juga menjajaki kerjasama antara kedua pihak dalam bidang jurnalistik.
Ketua MCN yang juga Juru Bicara Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI), Yendra Budiana memperkenalkan MCN kepada pengurus PPMN. Ia menjelaskan, MCN JAI memiliki program yang fokus mengisi web Warta Ahmadiyah sebagai portal berita kegiatan non-teologi.
“Media Center Nasional ini khusus menggarap web Warta Ahmadiyah sebagai portal berita kegiatan bersifat non-teologis. Dan berupaya dalam mendorong pengembangan dari media itu sendiri, dengan melakukan kerjasama dalam pengembangan media serta kesadaran bermedia di ranah internet terhadap anggota Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI),” tuturnya.
Selanjutnya, Yendra mengatakan bahwa MCN yang merupakan humas dari JAI hanya memuat pemberitaan seputar kegiatan organisasi yang bersifat non-teologis.
“Dan kami pun merupakan humas dari JAI. Oleh karena itu Warta Ahmadiyah hanya memuat konten pemberitaan yang bersifat non-teologis,” tambahnya.
Dalam pertemuan tersebut, hadir Deputy Director of Program Fransisca Ria Susanti yang menyambut kehadiran tim MCN JAI.
Susanti menceritakan, pihaknya pernah meliput beberapa program JAI seperti donor mata.
“Sempat melakukan liputan berkenaan dengan Jemaat Ahmadiyah, salah satunya kegiatan donor mata,” katanya.
Selain itu, Susanti menaruh perhatian terhadap narasi media yang terjebak dalam pemberitaan benar dan salah. Menurutnya, narasi di media harus lebih mendorong pemberitaan dalam hal kewarganegaraan dan seharusnya narasi itu diperjuangkan media.
“Isu akidah sangat sensitif di Indonesia, media harus mendorong kewarganegaraan bukan malah terlibat di antara benar dan salah. Dan narasi ini harusnya diperjuangkan oleh media,” jelasnya.
Dalam hal ini, Yendra sepakat dan merespon agar media berperan menyebarkan isu keberagaman.
“Media dan media sosial punya peran penting dalam menginfluncer kelompok milenial yang rentan terprovokasi untuk cenderung serta bersikap lebih menerima perbedaan,” ungkapnya.
Adapun, Pimpinan Redaksi Warta Ahmadiyah Usama Ahmad Rizal menilai bahwa dalam beberapa kasus di lapangan ketika isu toleransi marak dibicarakan banyak yang bersikap menerima perbedaan, namun sedikit yang bersuara dalam pemenuhan hak warga negara.
“Contohnya saat pengrusakan masjid Jemaat Ahmadiyah, sedikit sekali yang mau bersuara untuk pemenuhan hak sebagai warga negara,” ucapnya.
Dalam pertemuan tersebut juga membahas program kolaboratif yang mungkin kedepannya dapat dilakukan oleh MCN dan PPMN, terutama pengembangan sumber daya di ranah jurnalistik.
Yendra mengutarakan, tempat JAI terbuka bagi siapapun untuk melakukan kegiatan, dengan catatan tidak digunakan untuk politik praktis.
“Non Government Organization (NGO) biasa mengadakan kegiatan di tempat kami, dan baru kemarin di Wisma Rahmat Ali mengadakan kegiatan nonton bersama film dokumenter berjudul “Before You Eat”. Asalkan tidak berkaitan dengan politik praktis,” ungkapnya.
Menyikapi itu, Susanti mengatakan kesediaannya untuk berkolaborasi bersama JAI.
“Kebetulan kami kerap mengadakan pelatihan dan untuk sekarang akan berlangsung di Kota Malang. Mungkin untuk kedepannya bisa di tempat Jemaat Ahmadiyah di Jakarta atau di kota lainnya,” ucapnya.
Di akhir, Ketua MCN JAI menghadiahi tiga buah judul buku kepada Deputy Director of Program sebagai cinderamata dari Jemaat Ahmadiyah Indonesia.
Kontriburor: Rafi Assamar
Editor: Mubarak