Semarang– Mahasiswa pasca sarjana UIN Walisongo Sidik Pramono, apresiasi upaya Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) dalam menggelar berbagai dialog untuk mengedepankan kemanusiaan dalam konflik Palestina-Israel.
Hal ini diungkapnya seusai menjadi pembicara dalam diskusi publik bertema “Menggali Akar Konflik Palestina-Israel: Sejarah, Identitas, dan Peran Komunitas Internasional dalam Mencari Solusi” pada Senin, 4 Desember 2023.
“Tentu kerja-kerja dari kawan-kawan JAI adalah hal positif yang perlu dilanjutkan dan disebarluaskan,” ungkapnya pada Warta Ahmadiyah pada Selasa, 5 Desember 2o23.
Diskusi yang digelar di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Walisongo Semarang itu menghadirkan pembicara utama, Amir Nasional JAI Mln. Mirajudin Sahid, Wakil Rektor III UIN Walisongo Dr. Achmad Arief Budiman.
Hadir pula berbagai narasumber dari berbagai latar belakang diantaranya, PB JAI Mahmud Mubarik, pegiat linta agama kristen ortodoks Risdo Simangungso, dan akademini UIN Walisongo M. Saekan Muchith.
Menurut Sidik, diskusi tersebut sangat bermanfaat baginya guna menambah wawasan dan pemahaman tentang konflik Palestina-Israel.
Ia juga mengapresiasi upaya JAI dalam membangun dialog lintas iman untuk mencari solusi damai bagi konflik tersebut.
“Dialog semacam ini perlu dilakukan di berbagai tempat, agar memandang konflik Israel-Palestina tidak dibaca sebagai konflik agama. Padahal konflik ini adalah persoalan yang sangat kompleks, dan merupakan kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh Israel,” kata Sidiq.
Ia menilai bahwa kerja-kerja JAI dalam membantu saudara-saudaranya di Palestina adalah hal positif yang perlu dilanjutkan dan disebarluaskan.
“Di samping melakukan tindakan untuk membantu saudara di Palestina, kegiatan diskusi ini perlu diadakan, karena lewat diskusi seperti ini kita dapat merekonstruksi pemikiran banyak orang atas konflik Israel-Palestina,” ujar Sidik.
Lebih lanjut ia berharap, agar diskusi-diskusi serupa dapat terus digelar di berbagai tempat, agar semakin banyak orang yang menyadari bahwa konflik Palestina-Israel adalah masalah kemanusiaan yang harus segera diselesaikan.
“Kebanyakan konflik ini dipandang dari sisi keagamaan saja dan menafikan masalah kemanusiaan. Lewat diskusi ini, kita disadarkan bahwa titik penting yang perlu disadari adalah adanya masalah kemanusiaan,” tutup Sidik.