“Apa yang dimaksud dengan Huzur? Apa bedanya dengan Khalifah? Dan mengapa para anggota Ahmadiyah harus taat kepada Khalifahnya?” tanya salah seorang mahasiswi bernama Bernadetta.
YOGYAKARTA – Sabtu (14/5), Lajnah Imaillah Yogyakarta kedatangan tamu mahasiswa program studi Bahasa Inggris Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada. Kedatangan 22 mahasiswa dan 2 orang dosen tersebut merupakan salah satu bagian dari pembelajaran di luar kelas, kunjungan lapangan. Dosen pengampu Cross Cultural Understanding I, Andri Handayani, S.S, M.A, dalam sambutannya mengungkapkan tujuan kedatangan mereka agar mahasiswa mendapat wawasan baru khususnya mengenai Lajnah Imaillah Yogyakarta.
baca juga: [feed url=”http://warta-ahmadiyah.org/tag/yogyakarta/feed/” number=”3″]
Setelah doa pembuka yang dipimpin Mln. Firman Alisyah, acara dimulai dengan pemaparan singkat mengenai Ahmadiyya Muslim Community oleh Dr. Nina Mariani Noor, S.S, M.A. Pemaparan yang disampaikan dalam bahasa Inggris ini secara garis besar mengenalkan apa itu Jamaah Muslim Ahmadiyah, perkembangannya, serta keberadaannya di Indonesia.
Pengenalan terhadap Lajnah Imaillah disampaikan secara khusus oleh dr. Fetty Fathiyah, ketua Lajnah Imaillah DIY. Para mahasiswa beserta dosen mendengarkan bagaimana Lajnah Imaillah itu bisa terbentuk, partisipasinya di dalam maupun di luar lingkungan Jamaah Ahmadiyah, sekaligus tantangan-tantangan yang harus dihadapi.
Dalam sesi tanya jawab, mahasiswa yang sedikit malu bertanya di awal, menjadi antusias mengambil kesempatan ini. Salah satu mahasiswa, Taufik, sedikit menjelaskan bahwa pertanyaannya agak sedikit klise, tapi ia mengaku sudah bertanya-tanya akan hal itu sejak awal tiba di Aula Arif Rahman Hakim hari itu.
“Mengapa Ahmadiyah harus membuat/mendirikan jamaahnya sendiri?” tanyanya. Ia juga bertanya, “Saya ingin tahu bagaimana opini Dr. Nina dan dr. Fetty mengapa Ahmadiyah sangat ditentang di Indonesia?“
Selain itu, beragam pertanyaan lain diajukan mahasiswa lainnya seperti apakah anak dari anggota Ahmadiyah harus berbaiat ke dalam Jamaah Ahmadiyah dan lain sebagainya.
“Apa yang dimaksud dengan Huzur? Apa bedanya dengan Khalifah? Dan mengapa para anggota Ahmadiyah harus taat kepada Khalifahnya?” tanya salah seorang mahasiswi bernama Bernadetta.
Beragam pertanyaan tersebut dijawab oleh kedua narasumber dan saling melengkapi. Terlihat raut wajah mahasiswa yang semakin ingin bertanya setelah mendapat penjelasan dari pertanyaan-pertanyaan sebelumnya. Dr. Nina dan dr. Fetty menjelaskan dengan sederhana serta berbagi pengalaman dan contoh yang sekiranya mudah dipahami para mahasiswa. Pengurus Lajnah Imaillah juga memberikan lembar syarat bai’at dan menayangkan Muslim Television Ahmadiyya (MTA) di sela-sela penjelasan .
Sekitar pukul 15.30 WIB, acara yang sudah berlangsung dua jam lebih itu diakhiri. Dewi Cahya Ambarwati SIP, M.M selaku dosen mengucapkan terima kasihnya dan berharap mahasiswa dapat mengambil banyak pelajaran dan hubungan baik tidak hanya berhenti sampai di sini. Para narasumber dari Lajnah Imaillah juga berharap agar para mahasiswa yang sudah mengetahui dari sumbernya langsung dapat menjadi agen-agen penyebar informasi yang benar menenai Ahmadiyah.
Kontributor : Husna Farah
Editor : Talhah Lukman Ahmad