Kalbar – Setiap bulan Ramadhan, tim mubaligh dan dai Jemaat Ahmadiyah Kalimantan Barat mengadakan Safari Ramadhan, menjangkau pedalaman, daerah rawan banjir, perbatasan Indonesia-Malaysia, serta wilayah kumuh.
Di antara wilayah yang dikunjungi adalah Sintang, Kapuas Hulu, Melawi, dan Sanggau hingga daerah perbatasan Indonesia-Malaysia (Serawak). Perjalanan ini bukan sekadar silaturahmi, tetapi juga misi kemanusiaan, membawa cahaya Ramadhan ke pelosok negeri. Tim terdiri Mln. Sajid Ahmad Sutikno, Mln. Abdul Nasir, Mln. Nur Khoer, Mln. Murbayudin Qoyyum, Mln. Mukhlis Ahmad (Sabiq), Mln. Budi Rahman, Mln. Sulthonul Qalam dan beberapa Ahmadi lainnya.
Merangkul Semua Lapisan Masyarakat
Tim Safari Ramadhan hadir untuk semua, tidak hanya warga Muslim Ahmadiyah, tetapi juga umat Muslim lainnya, non-Muslim, serta masyarakat pedalaman dari berbagai etnis. Dengan kehangatan dan ketulusan, mereka membangun jembatan persaudaraan tanpa melihat perbedaan.
Dalam perjalanan, mereka berbaur dengan masyarakat, menginap di rumah warga, serta membersamai mereka di ladang saat musim tanam (nugal) dan musim panen (mengetam). Mereka juga mengunjungi daerah kumuh dan masyarakat kurang mampu, memberikan dukungan moral dan kebersamaan kepada mereka yang jarang mendapatkan perhatian.
Menyusuri Medan yang Penuh Tantangan
Perjalanan Safari Ramadhan bukanlah hal yang mudah. Para mubaligh dan dai harus melewati jalan berlumpur, tanah kuning, jalur tak beraspal, menyeberangi sungai tanpa jembatan, hingga melintasi jembatan gantung yang rapuh.
Seperti saat ini, banjir besar terjadi di banyak tempat, memaksa perjalanan menembus genangan air atau bahkan tertunda hingga kondisi memungkinkan. Namun, semua tantangan ini dihadapi dengan semangat dan keikhlasan demi menyampaikan pesan kebaikan.
Berbagi Kebersamaan dan Ilmu
Di setiap tempat yang dikunjungi, tim berbuka puasa bersama warga, berbagi kebersamaan dengan mualaf, non-Muslim, dan suku pedalaman. Malam hari diisi dengan tausiyah (Dars Ramadhan) dan shalat tarawih di masjid, surau, serta rumah-rumah mualaf, memperkuat nilai spiritual dan kebersamaan.
Mereka juga menemani warga saat bekerja di ladang, berbincang santai, serta berbagi kisah inspiratif dengan anak-anak. Dengan penuh kasih, mereka menyampaikan cerita-cerita yang membangkitkan semangat dan menanamkan nilai-nilai kebaikan sejak dini.
Membantu Mualaf yang Belum Terbina
Salah satu momen paling mengharukan adalah saat mengunjungi mualaf yang belum pernah mendapatkan pembinaan agama. Banyak di antara mereka yang sudah puluhan tahun masuk Islam tanpa pernah belajar berwudhu, shalat, atau memahami makanan halal dan haram. Dengan penuh kesabaran, para mubaligh dan dai mengajarkan tata cara ibadah, membaca Al-Qur’an, serta memberikan bekal dasar Islam.
Menjalin Silaturahmi dan Harmoni
Tim Safari Ramadhan juga menjalin silaturahmi dengan tokoh adat dan pemuka agama setempat, menciptakan harmoni di tengah keberagaman. Mereka membuktikan bahwa Islam adalah agama yang penuh kasih, yang menghargai perbedaan dan menjunjung tinggi persaudaraan.
Disambut dengan Hangat oleh Masyarakat
Sambutan masyarakat begitu hangat dan penuh antusiasme. Mereka menerima dengan tangan terbuka dan senyuman tulus. Lebih dari sekadar bantuan materi, yang mereka butuhkan adalah perhatian dan kepedulian. Terkadang, sebuah sapaan hangat lebih bermakna daripada sekadar pemberian.
Menebar “Love for All, Hatred for None”—cinta untuk semua, tanpa kebencian terhadap siapa pun. Semua adalah saudara sebangsa Indonesia, apa pun agama dan sukunya.
Safari Ramadhan ini bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi perjalanan hati—menebarkan kedamaian, kepedulian, dan keberkahan Ramadhan di setiap sudut negeri.