Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Jawa Tengah bersama rombongan selama 3 ( tiga) hari pada tanggal 17-18-19 Januari 2020 melakukan cek fakta, wawancara dan observasi ke Kantor Pusat Ahmadiyah di Parung, Bogor dan Komunitas Muslim Ahmadiyah di Desan Manislor – Kuningan, Jawa Barat.
Berikut adalah wawancara Jurnalis Warta Ahmadiyah dengan ketua FKUB Jawa Tengah periode 2018 – 2023 Drs. KH. Taslim Sahlan M.Si , pada hari Senin 20 Jauari 2020 pasca acara observasi tersebut.
Apa motivasi utama FKUB Jateng berkunjung ke kantor Pusat Ahmadiyah?
Motivasi FKUB Jateng berkunjung ke Pusat Ahmadiyah tentu memiliki pertimbangan mendasar. Pertama, bahwa FKUB mempunyai tugas dan fungsi untuk menguatkan silaturrahim dan dialog dengan semua pihak. Termasuk Ahmadiyah.
Kedua, FKUB saya sebut sebagai “Jembatan kecil” yang harus “Lapang dada” dengan semua kelompok-kelompok yang berkhidmah dalam agama. Sehingga yang selama ini faktanya masih banyak pihak yang saling “curiga” satu dengan lainya, maka dengan jembatan kecil FKUB, ke depan kesalingcurigaan, perseteruan dan lain-lain menjadi sebuah potensi untuk bersama-sama membangun peradaban manusia.
Ketiga, tentu FKUB sangat berkepentingan bahwa Kerukunan Umat Beragama harus dikuatkan. Perbedaan dalam keberagamaan tidak boleh mejadi pemantik perpecahan. Namun harus menjadi penguat persatuan. Karena itu kami dengan tulus merasa penting untuk bersilaturrahmi dengan saudara-saudara kami Muslim Ahmadiyah.
Mengapa FKUB Jateng berani melawan opini umum yang takut berkunjung ke komunitas Ahmadiyah yang persepsikan sesat selama ini?
FKUB hemat saya tidak boleh bersikap hanya berdasarkan opini. tetapi kami harus bersikap berdasarkan fakta yang empirik hari ini. Tentu kami tidak bermaksud melawan opini kebanyakan pihak. Tapi justeru melangkah untuk membangun persaudaraan berdasarkan fakta fakta yang sesungguhnya diaamalkan oleh Ahmadiyah.
Kami harus terus mengedapankan toleransi, berdialog, memberi ruang dan saling belajar. Kami pun tidak mau gegabah bersikap berdasarkan persepsi. Apalagi mempersepsikan saudara saudara kami Ahmadiyah sebagai aliran sesat. Kami harus dekat dan dan berdialog penuh keterbukaan dan atas dasar cinta dan kasih sayang.
Ternyata setelah kami dekat, mengamati, dialog, melihat langsung, tidak curiga dan terbuka, maka FKUB Jawa Tengah menyatakan bahwa saudara-saudara kami muslim Ahmadiyah adalah muslim yang taat, tidak sesat, apalagi murtad.
Berapa total jumlah peserta kunjungan? dan dari elemen apa saja rombongan FKUB yang ikut hadir?
Total rombongan kami sebanyak 33 orang. Terdiri dari unsur Pengurus FKUB Provinsi Jawa Tengah, FKUB Kabupaten Demak , FKUB Kabupaten Kudus, Akademisi/peneliti, Generasi Muda FKUB, media dan tokoh tokoh masyarakat dari Yayasan Panembahan Senopati Semarang (YPSS) serta tokoh tokoh perempuan lintas agama.
Fakta apa saja yang didapatkan oleh peserta selama kunjungan ke komunitas Ahmadiyah?
Fakta yang kami temukan melaui observasi, dialog dan pengalaman mengikuti rangkaian ibadah shalat dan kegiatan lainya. Pertama, tentang “Tuduhan” kebanyakan orang tentang Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi setelah nabi Muhammad saw dan Syahadat Muslim Ahmadiyah.
Kedua, kitab suci al-Qur’an yang digunakan sebagai landasan utama amaliyah Ahmadiyah juga sama dengan muslim pada umumnya. Tidak ada kitab suci lain selain Al-Qur’an.
Ketiga, Shalat yang dilaksanakan tidak ada yang menyimpang dengan shalat yang dilakukan oleh umat Islam pada umumnya.
Keempat, ibadah haji yang ditunaikan oleh jemaat Ahmadiyah juga ke Makkah. Bukan ke tempat lain. Selebihnya hal-hal menyangkut akhlak sungguh luar biasa. Misalnya soal memuliakan tamu, keterbukaan dan keramahan dalam setiap menjelaskan apa yang kami butuhkan penjelasan. Semuanya terbuka dan apa adanya.
Bagaimana kesan secara umum Komunitas Ahmadiyah dalam hubungan sosial kemasyarakatan dan kebangsaan?
Dalam soal relasi Jemaat Ahmadiyah luar biasa. Terbuka, tidak eksklusif. Dalam khidmat mengelola potensi umat untuk kemanfaatan bagi lingkungan sosial melebihi ekspektasi layanan kemasyarakatan pada umumnya. Kesejahteraan menyangkut hajat umat manusia menjadi konsern luar biasa. Misalnya, kami menemukan komitmen kemanusiaan melalui donor darah, sedekah, dan lain-lain. Bahkan saya melihat sendiri salah seorang jemaat mendonorkan matanya saat meninggal dunia.
Apa saran/ rekomendasi/ rencana lanjutan yang ingin disampaikan sebagai hasil kunjungan FKUB ke komunitas Ahmadiyah?
Pertama, kuatkan silaturrahim dengan semua pihak. Tidak perlu ragu menjelaskan soal-soal terkait aqidah, ubudiyah, mualamah, dan lain-lain.
Kedua, bangun kerjasama – kerjasama dengan ormas-ormas Islam dalam bentuk kegiatan kegiatan sosial, kemanusiaan dan peradaban pada umumnya. Dengan demikian saya yakin cepat atau lambat stigma negaif selama ini akan hilng dengan sendirinya.
Pertanyaan terakhir, apa yang paling unik yang membedakan dan menjadi kekuatan Ahmadiyah dibanding komunitas muslim lainnya?
Saya menemukan keunikan luar biasa yang belum saya temukan di tempat lain. Pertama, soal managemen mengelola potensi umat. Mekanisme registrasi umat dengan sistem yang canggih berbasis IT.
Kedua, managemen keuangan umat yang luar biasa. Transparan, akuntabilitasnya 24 karat, tidak ada uang 1 rupiah pun yang tidak tercatat dan semuanya berbasis IT terkini.
Ketiga, akhlak dalam menghormati tamu. Baik tamu jemaat sendiri maupun tamu dari luar jemaat. Kami merasakan mendapat penghormatan kuar biasa. Keramahan setiap jemaat begitu sangat membekas dalam diri kami.
Keempat, ada moto yang paling saya rasakan luar biasa. ‘Love for all Hatred For None’. Mencintai semua tanpa batas dan tiada kebencian untuk siapapun. Kami merasakan, melihat dan mengalami berintetaksi dengan Jemaat Ahmadiyah bahwa ini tidak sekedar moto, jargon. Tapi amalan yang nyata.
Lalu apa yang ditakutkan. Apa yang dicurigai?. Saya kira aneh kalau hari ini masih ada yang “mencurigai” saudara muslim Ahmadiyah.
Kontributor: Yendra Budiana
MasyaAllah….Alhamdulillah….
Alhmdulillah mubarak
https://bewaramulia.wordpress.com/
Khair Mubarak Maulana