Sintang – Jemaat Ahmadiyah di seluruh dunia serentak memperingati Hari Masih Mau’ud setiap tanggal 23 Maret, termasuk di Sintang, Kalimantan Barat. Pada Minggu, 23 Maret 2025, para Muslim Ahmadi berkumpul di Sekretariat Jemaat Ahmadiyah Sintang, Jalan MT. Haryono KM 5, untuk merayakan momen bersejarah ini.
Acara yang dikemas dalam suasana penuh hikmat ini juga dirangkaikan dengan buka puasa bersama (bukber), mengusung tema “Tasyakur 136 Tahun Berdirinya Jemaat Ahmadiyah dan Menyongsong 100 Tahun JAI.”
Napak Tilas Sejarah dan Misi Besar Masih Mau’ud
Dalam tausiyahnya, Mln. Sajid Ahmad Sutikno, Mubaligh Daerah Kalimantan Barat 2, menyampaikan makna penting Hari Masih Mau’ud serta kaitannya dengan ajaran Islam.
Masih Mau’ud, atau Al-Masih yang Dijanjikan, adalah gelar bagi Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad (1835-1908), pendiri Komunitas Muslim Ahmadiyah. Beliau mengumandangkan klaim sebagai Imam Mahdi dan Al-Masih yang kehadirannya dinubuatkan Rasulullah ﷺ sebagai pembaharu Islam di akhir zaman.
Momentum 23 Maret berakar dari peristiwa bai’at pertama yang diterima Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad pada 23 Maret 1889, dari 40 pengikut pertamanya. Inilah titik awal berdirinya Komunitas Muslim Ahmadiyah, yang kini berkembang di lebih dari 200 negara di dunia.
Dalam ajarannya, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad menegaskan bahwa Islam adalah agama kedamaian, kecintaan, dan keadilan. Beliau menolak keras konsep jihad kekerasan dan menyerukan reformasi spiritual melalui ketakwaan, ilmu, dan kasih sayang.
Ramadan, Tanda-Tanda Samawi, dan Kebenaran Imam Mahdi
Dalam ceramahnya, Mln. Sajid Ahmad Sutikno juga mengungkap hubungan erat antara bulan Ramadan dan kedatangan Imam Mahdi serta Masih Mau’ud.
Pada Ramadan tahun 1894, terjadi dua gerhana dalam satu bulan, sebagaimana telah dinubuatkan dalam kitab hadits Ad-Darul Quthni, yang menjadi tanda samawi bagi kebenaran klaim Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad sebagai Imam Mahdi dan Masih Mau’ud.
Menariknya, di bulan Ramadan Maret 2025, kita diingatkan kembali dengan peristiwa dua gerhana yang terjadi dalam satu rangkaian: Gerhana Bulan Total pada 14 Maret dan Gerhana Matahari Parsial pada 29 Maret.
Fenomena ini bukan hanya kejadian astronomi biasa, tetapi juga memiliki makna mendalam bagi mereka yang mencari kebenaran. Sejalan dengan ajaran Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, bulan Ramadan juga merupakan momen refleksi dan penyucian diri, waktu yang tepat untuk memperdalam iman, meningkatkan ketakwaan, serta memperkuat hubungan dengan sesama.
Mengemban Amanah Besar: Menyampaikan Tabligh ke Setiap Orang
Sebagai bagian dari Jemaat Ahmadiyah, setiap Muslim Ahmadi memiliki tanggung jawab besar: menyampaikan pesan kedatangan Imam Mahdi dan Masih Mau’ud kepada setiap orang.
Peringatan Hari Masih Mau’ud bukan hanya tentang mengenang sejarah, tetapi juga tentang menghidupkan kembali semangat dakwah, pembaruan, dan kemurnian Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagaimana Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad adalah cermin kesempurnaan Nabi Muhammad SAW maka tugas para pengikutnya adalah menebarkan cahaya Islam sejati ke seluruh penjuru dunia. (*)
Kontributor: Sajid Ahmad S