Bone- Mubaligh JAI Bone berpartisipasi dalam kegiatan FGD (Forum Group Discussion) Kebudayaan yang diadakan oleh Project Budaya Bone.
Bertajuk “Menguatkan Moderasi, Meneguhkan Kebudayaan untuk Indonesia Maju,” acara ini berlangsung pada tanggal 5 September 2023 di salah satu Hotel di Bone, Sulawesi Selatan.
Sebagai perwakilan dari JAI Bone, Mubaligh Bone Maulana Muhammad Taufik, menekankan bahwa Indonesia, sebagai negara majemuk, harus mampu hidup dalam harmoni.
Dia mengingatkan bahwa masyarakat Indonesia, yang memiliki latar belakang beragam dalam budaya, agama, kepercayaan, dan suku, harus hidup harmoni tanpa diskriminasi.
Maulana Muhammad Taufik juga menyoroti pentingnya hidup harmoni dalam keberagaman, dengan mengutamakan toleransi dan tanpa diskriminasi terhadap budaya, suku, agama, atau kepercayaan yang ada di Indonesia.
Hal ini mencerminkan konsep kebinekaan yang memperkuat moderasi untuk kemajuan Indonesia.
“ Masyarakat Indonesia yang berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda, baik dari segi budaya, Agama, kepercayaan dan suku, kita wajib untuk hidup harmoni tanpa adanya diskrimansi,” katanya.
Dalam budaya masyarakat Bugis, ada tiga prinsip hidup yang menjadi pedoman: Sipakainge’ (saling menghargai), Sipakatau (saling memahami), dan Sipakalebbi (saling membantu). Nilai-nilai ini berkontribusi positif dalam membentuk kepribadian individu.
Untuk memastikan Indonesia yang berlandaskan Bhinneka Tunggal Ika terus bersinar, penting untuk memahami perbedaan sebagai keberagaman yang memperkuat negara majemuk ini.
Hal ini sesuai dengan nilai-nilai dasar budi luhur Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Maka dari itu, mari menjaga satu sama lain dengan menerapkan sipakatau, sipakainge, sipakalebbi,” pungkasnya.
Project Budaya Bone sendiri merupakan inisiatif dari sekelompok pemuda yang berusaha memahami dan meneruskan semangat moderasi beragama.
Mereka berfokus pada penguatan nilai-nilai kearifan lokal yang telah tumbuh dalam sejarah dan budaya masyarakat.
Diketahui, Project Budaya Bone kali ini bekerjasama dengan Kementerian Agama Republik Indonesia melalui Subdit Bina Paham Keagamaan Islam dan Penangan Konflik (BPKI-PK), Jaringan Gusdurian Bone, serta Sekolah Literasi Anak Rakyat (SULEKKA).
Tujuan utama kegiatan ini adalah mempromosikan harmoni sosial, membangun kepercayaan dan toleransi antarwarga melalui dialog lintas-budaya.
Project Budaya Bone menerapkan prinsip Assimellereng, yang berarti saling memahami dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Bugis.
Salah satu pemateri, H. Dedi Slamet Riyadi, Kasubdit BPKI-PK dari Kementerian Agama Republik Indonesia, membahas beragam isu, termasuk situasi warga Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) di daerah Transito (NTB).
Ia berjanji untuk menindaklanjuti masalah tempat tinggal yang layak bagi warga JAI yang sedang menghadapi diskriminasi.
“InsyaAllah ini akan menjadi projek besar pemerintah untuk memberikan kelayakan dan kenyamanan bagi kelompok minoritas terkhususnya bagi warga JAI yang sedang mengalami diskriminasi,” kata H. Dedi Slamet Riyadi.
Editor: Amatul Noor