Halalbihalal Bulan Syawal sendiri ini bermula dari situasi chaos pasca proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Para tokoh politik berbeda pendapat berkepanjangan. Presiden Soekarno merasa prihatin atas situasi ini dan berkonsultasi kepada seirang Kyai Nahdatul Ulama.
YOGYAKARTA – Halalbihalal di bulan Syawal telah menjadi tradisi diberbagai daerah dan kota di Indonesia. Jamaah Ahmadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bergerak cepat merespon instruksi Amir Nasional yang memerintahkan untuk rabtah atau silaturahmi dengan para pejabat darah dan tokoh-tokoh agama serta masyarakat. Bertajuk Syawalan dan Pengajian, Jamaah Ahmadiyah DIY mengundang para ketua RT dan RW, dan Lurah Kotabaru. Undangan juga ditujukan kepada Camat dan Kapolsek Gondokusuman.
baca juga: [feed url=”http://warta-ahmadiyah.org/tag/yogyakarta/feed/” number=”3″]
Acara diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. H.Suhadi yang dipercaya sebagai dirigen menceritakan profil singkat sang pencipta lagu, WR Supratman yang sempat belajar mengenai Ahmadiyah. Dalam sambutannya, H. Ahmad Saifudin yang mewakili Amir Daerah JAI Yogyakarta berharap agar segala amal ibadah selama Bulan Ramadan dicatat oleh Allah SWT dan ditinggikan derajatnya. Ia juga mengungkapkan keberhasilan Ahmadiyah berkembang di 209 negara.
“Kuncinya taat Allah, taat Rasulullah, dan taat pemimpin negara” tuturnya, Minggu (24/7).
Ia menekankan kepada para anggota JAI Yogyakarta yang hadir, Jamaah Ahmadiyah akan semangkin subur dan berkembang pesat karena keikhlasan pengorbanan anggotanya serta ridha Allah SWT. Pada kesempatan sama, alumni Universitas Islam Indonesia yang juga seorang polisi, Eko merasa senang dapat mengamankan segala bentuk kegiatan keagamaan dan diskusi publik.
“Tugas kepolisian yang melayani dan melindungi seluruh warga dengan adil,” kata dia dihadapan sekitar 100 lebih hadirin.
Sementara itu Mubaligh Wilayah Jamaah Ahmadiyah DIY, Mln. Yayan Mulyana menekankan pentingnya silaturahmi dan manfaatnya. “Silaturahmi dapat membangun ketaqwaan kepada Allah dan menjalin persaudaraan kepada sesama manusia. Prinsip love for all hatred for none menjadi landasan untuk membangunan peradaban manusia yang sejahtera dan berkeadaban,” tutur mubaligh yang baru dilantik sebagai Mubwil DIY tersebut. Acara yang juga dihadiri beberapa simpatisan seperti KH. Abdul Muhaimin, DR.Mohammad Sodik, Hairus Salim, Subkhi Ridho, Anis Farikhatin, serta beberapa peneliti dari UIN, UGM, dan UNY ini diselingi dengan serah terima jabatan pengurus baru JAI DIY.
Halalbihalal Bulan Syawal ini sendiri bermula dari situasi chaos pasca proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Para tokoh politik berbeda pendapat berkepanjangan. Presiden Soekarno merasa prihatin atas situasi ini dan berkonsultasi kepada seirang Kyai Nahdatul Ulama. Saran Pak Kyai tersebut memanfaatkan Hari Raya Idul Fitri untuk melakukan rekonsiliasi dengan silaturahmi.
Kontributor : Ahmad Saifudin Mutaqi
Editor : Talhah Lukman Ahmad