Jakarta – 26/08/2022, Pengurus Pusat Lajnah Imaillah yang diwakili Humas, Sarah Fitriani dan Qiqi Saleh, telah memenuhi undangan WKRI (Wanita Katholik Republik Indonesia) di kantor pusat mereka.
Dihadiri sekitar 40 orang, Acara diskusi ini dihadiri juga dari teman wkri lain, yaitu dari organisasi Budhis, Fatayat NU, Aisyiyah, PEKKA, Infid dan Perkhin.
Telah hadir juga, Ketua Wanita katolik sedunia (WUCWO), Maria Lia zervino didampingi oleh ketua Wanita katolik korea selatan, Isabella Park dan Rossa. Dan juga pengurus daerah WKRI dari lampung, jawa timur, sulawesi selatan, dan lain sebagainya.
Dalam pertemuan tersebut, WKRI pusat menjelaskan beberapa kegiatan yang telah diselenggarakan, salah satunya dalam mengatasi masalah yg dihadapi saat covid terutama ke pelosok dan daerah. Dilakukan bersama sama dengan semua pihak WKRI melalui program Ibu untuk Indonesia, tidak saja mengenai covid, tetapi juga gagal panen di beberapa bagian di indonesia, dan juga mental health (PTSD). WKRI pusat membuat modul community support untuk mental health, mengumpulkan sumbangan dan 1.148 orang telah terbantu dengan program mental health terutama Alor dan Kupang.
WKRI juga mengambil peran psikososial yang memang peran ini tidak diambil oleh Pemerintah Daerah. dimana mereka membuat grup untuk “sharing, listening dan supporting each other”. Dan menurut pengalaman mereka, tidak ada yang dapat menggantikan kontak komunikasi secara langsung. Hadir dan mendukung secara langsung (tidak online) adalah cara terbaik dalam penyembuhan mental health”. Ujar Lies pranowo.
Nani Zulminarni (PEKKA NGO) ASHOKA south east Asia. Perempuan perkumpulan kepala keluarga. Menyampaikan pendapatnya dalam bahasa inggris,
“how vulnerable and fragile our family heist. family hv to be in the same place in the same time along the time with a small space. limited resources, access..
theres little effort to building a family, and how to make a stronger family with this kind of situation.
we try to promoting a change making in a level of family. but the mindset in Indonesia, family is private thing. social protection programme, organize the woman in pandemic era. woman support women.”
“Betapa rentan dan rapuhnya keluarga kita. Keluarga harus berada di tempat yang sama pada waktu yang sama sepanjang waktu dengan ruang kecil, sumber daya terbatas, akses. Ada sedikit upaya untuk membangun keluarga, dan bagaimana membuat keluarga yang lebih kuat dengan situasi seperti ini. Kami mencoba untuk mempromosikan pembuatan perubahan di tingkat keluarga. tapi pola pikir di indonesia, keluarga adalah hal yang pribadi. program perlindungan sosial, mengatur perempuan di era pandemi. Yakni wanita mendukung wanita.”
“Menghadiri acara WKRI membawa kesan mendalam tersendiri. Kelembutan kepala Katolik perempuan se Dunia yang rendah hati, Ibu Maria Lia zervino dan cerita beliau tentang sepak terjang perempuan WUCWO (World Union Catholic World Organization) di kancah International. Membuka mata pada kenyataan bahwa dunia tidak selebar daun kelor. bahwa Banyak hal diluar sana yang menjadi permasalahan dunia, yang tidak dapat diselesaikan hanya oleh beberapa pihak saja. Bumi ini milik bersama, kedamaian dunia milik bersama, harus kita rawat, harus kita jaga, harus kita usahakan bersama sama, bergandengan tangan.” Ujar Sarah Fitriani
Kontributor : Sarah Fitriani