“Pemanasan menjelang Puasa?”
Kronologi Jamaah Muslim Ahmadiyah Bukit Duri, 12 Juni 2015
ADA tigabelas warga (anggota) dan pengurus JAI atau ˻Jamaah Muslim Ahmadiyah˺ di Indonesia yang melaksanakan ṣalāt Jumat di jalanan buntu depan rumah kediaman Muballigh Muhammad Diantono di Jalan Bukit Duri Tanjakan Batu Nomor 13, RT 002 RW 08, kelurahan Bukti Duri, kecamatan tebet, kodya Jakarta Selatan, untuk melaksanakan ṣalāt Jumat, kemarin (12/6).
Anggota dan pengurus Jamaah Muslim Ahmadiyah itu melaksanakan ṣalāt di jalanan adalah karena dihalang-halangi oleh belasan orang yang mengaku warga sekitar. Tidak bisa masuk ke dalam rumah.
Tempat tinggal Diantono sering dijadikan sebagai mushalla untuk melaksanakan Ṣalāt Jumat bagi para warga Muslim Ahmadi yang bertebaran di kawasan sekitar Tebet, Setiabudi, maupun Menteng.
Mushalla sudah ada sejak tahun 1970an. Sejak awal tahun 2000an, mushalla dikelola oleh cabang Jamaah Muslim Ahmadiyah Jakarta Timur. Ketua Jamaah Muslim Ahmadiyah Jakarta Timur sekarang adalah Aryudi.
Berikut kronologinya:
Pukul 10.30. Pak Lurah Mardi Youce, Bu RW Azhari, Ustadz Syakir, DPD FPI Jaksel Habib Fadri, dan beberapa warga sudah berumpul di depan pagar Jamaah Muslim Ahmadiyah Bukit Duri.
Pukul 10.35. Mereka mulai memasuki halaman Jamaah Muslim Ahmadiyah Bukit Duri.
Pukul 10.40. DPD FPI menanyakan kepada Diantono apakah benar Jamaah Muslim Ahmadiyah akan melakukan shalat jumat di Bukit Duri. Diantono bersikeras untuk tidak menjawab sebelum ada Ketua Jamaah Muslim Ahmadiyah Jaktim Aryudi. Namun karena dipaksa untuk berbicara, akhirnya Diantono menjawab bahwa telah memberikan pemberitahuan sebelumnya ke Polda.
Habib Fadri menyampaikan bahwa warga “Menolak aktivitas apa pun yang berbentuk agama ataupun ibadah.” Habib Fadri, mewakili warga Bukit Duri, menyampaikan bahwa “Harga mati! Tidak ada ibadah di sini!”
Pukul 10.55. Lurah Mardi, Bu RW Azhari, Ustadz Syakir, Habib Fadri, dan beberapa warga meninggalkan halaman Jamaah Muslim Ahmadiyah Bukit Duri.
Pukul 11.00. Ketua Jamaah Muslim Ahmadiyah Jaktim Aryudi masuk ke dalam rumah Diantono, bertemu dan berbicara dengan beberapa orang perwakilan dari pemerintah—Polda, RT, RW, dan Kelurahan. Mereka menyampaikan agar Jamaah Muslim Ahmadiyah ikut menjaga keamanan Bukit Duri.
Pukul 11.30. Spanduk yang terpasang di dekat tempat JAI Bukit Duri dipindahkan ke depan pagar tempat Jamaah Muslim Ahmadiyah Bukit Duri hingga menutupi pintu masuk.
Pukul 11.35. Ketua Jamaah Muslim Ahmadiyah Jaktim meminta agar spanduk tersebut dilepas namun malah ditanyakan KTP apakah warga Bukit Duri atau bukan. Kemudian datang Muballigh Diantono dan isterinya, kembali meminta untuk melepaskan spanduk yang telah terpasang namun tetap tidak dipedulikan hingga terjadi adu mulut dan tarik-menarik spanduk.
Pukul 11.40. Anggota-anggota Jamaah Muslim Ahmadiyah mulai datang ingin memasuki tempat JAI Bukit Duri namun dihalangi di depan pagar. Hingga beberapa orang pemuda membentuk barisan agar tidak ada Anggota Jamaah Muslim Ahmadiyah yang bisa masuk ke dalam.
Pukul 11.45. Terjadi adu mulut dan saling dorong antara anggota Jamaah Muslim Ahmadiyah dengan orang yang berbaris menghalangi di depan pagar. Anggota berusaha masuk ke dalam namun tetap dihalangi.
Pukul 12.00. Memasuki waktu Ṣalāt Jumat, Anggota-anggota kembali untuk tetap berusaha bisa melakukan Ṣalāt Jumat di dalam namun tetap terus dihalangi, hingga akhirnya memutuskan untuk ṣalāt di jalan depan tempat Jamaah Muslim Ahmadiyah Bukti Duri. Mereka tetap menghalangi dan berniat untuk memarkir mobilnya di depan tempat Jamaah Muslim Ahmadiyah Bukit Duri agar anggota tidak dapat melakukan shalat jumat.
Pukul 12.05. Jamaah Muslim Ahmadiyah mengumandangkan adzan. 12 jamaah dipimpin oleh Muballigh Diantono memulai melakukan Ṣalāt Jumat di jalan depan tempat Jamaah Muslim Ahmadiyah Bukit Duri.
Pukul 12.10. Muballigh Diantono mulai menyampaikan khotbah.
Pukul 12.20. Khotbah selesai kemudian melakukan Ṣalāt Jumat.
Pukul 12.28. Jamaah Muslim Ahmadiyah telah menyelesaikan Ṣalāt Jumat.
Pukul 12.30. Masjid Al-Islah selesai melakukan Ṣalāt Jumat.
Pukul 12.33. Beberapa Anggota Jamaah Muslim Ahmadiyah langsung meninggalkan lokasi dan Pak Dian serta beberapa anggota lainnya kembali ke dalam Tempat Jamaah Muslim Ahmadiyah Bukit Duri. Pemuda yang berbaris didepan pagar sudah tidak menghalangi hanya berdiri saja.
Pukul 12.35. Spanduk yang terpasang di pagar tempat JAI Bukit Duri dilepas. Ketua JAI Jaktim melakukan wawancara dengan beberapa reporter stasiun TV di jalan depan tempat JAI Bukit Duri.
Jalanan di sekitar tempat Jamaah Muslim Ahmadiyah Bukit Duri bertambah ramai, Ustadz Syakir datang dan terjadi adu mulut serta aksi dorong-mendorong dengan massa. Hingga akhirnya, Ketua Jamaah Muslim Ahmadiyah Jaktim kembali ke dalam tempat Jamaah Muslim Ahmadiyah Jaktim.
Beberapa orang memasuki halaman tempat JAI Bukit Duri hingga pagar tempat Jamaah Muslim Ahmadiyah Bukit Duri roboh. Polisi menyuruh Anggota Jamaah Muslim Ahmadiyah Bukit Duri yang bukan warga setempat untuk meninggalkan lokasi.
Pukul 12.38. Wira dari KontraS meninggalkan lokasi. Anggota Jamaah Muslim Ahmadiyah yang bukan warga Bukit Duri meninggalkan lokasi. Massa mengerubungi Anggota-anggota yang ingin meninggalkan lokasi. Ada satu Anggota Jamaah Muslim Ahmadiyah yang terkena sundutan rokok oleh massa.
Pukul 12.50. Polisi membubarkan massa. Spanduk dipasang kembali ke jalan dekat tempat Jamaah Muslim Ahmadiyah Bukit Duri, tempat semula spanduk terpasang.
#MediaCenterJAI#
“Ara aitalladzî yanhâ, ‘abdan idzâ șallâ”
Pernahkah engkau melihat orang yg melarang hamba-Nya ketika ia hendak shalat?
(QS. Al-‘Alaq: 10-11)
Sedih bacanya yaAllah, smg Allah selalu melindungi Ahmadiyya
Bener2 pemanasan sebelum puasa…. hahaa..
Turut prihatin kalau faktanya demikian. Ada beberapa hal yang aneh. Apakah warga yg menghalangi tidak sholat jumat? Cerita itu terkesan hanya sebelah yaitu dari pihak yg dihalangi. Bagaimana berita dari sumber yg menghalangi? Perlu tabayun sebelum dipublish. Hanya memecah belah.
ya benar, perlu tabayyun dahulu, harusnya coverboth stories, saya baca dimedia masa, masa sekitar hanya ingin Jemaat Ahmadiyah Indonesia AKA Ahmadiya Qadiyan agar mereka shalat jumat dimesjid setempat yang letaknya tidak jauh dari TKP, didaerah ada mesjid kok malah eksklusive berjamaah sendiri?. Yang menghereankan kenapa JAI kok tidak mau shalat dibelakang ghair Ahmadi? ini yang jadi pertanyaan besar. JAI tidak mau shalat dibelakang golongan mereka, karena JAI memandang umat Islam yang sudah bersyahadat namun tidak mengakui nabi mereka adalah kafir dan diluar Islam, jadinya dimata JAI umat Islam diluar golongannya sama persis kedudukannya dengan umat Ahli kitab yang tidak mengimani Nabi Muhammad saw.
Jadinya gak usahlah playing victim segala dengan berita2x melo seperti ini