Jamaat Ahmadiyah Medan menggelar acara Dialog Ramadhan dan Buka Puasa Bersama pada hari Minggu (26/05) di Masjid Mubarak, Medan.
Acara dialog kali ini menghadirkan tiga pembicara dari NU, Katolik, dan Ahmadiyah. Pembicara dari NU adalah Purjatian Azhar, M.Hum yang juga merupakan akademisi di Medan. Mewakili Katolik adalah Pastor Emmanuel Sonny Wibisono, O.Carm dan Mln. Muhammad Idris sebagai perwakilan dari Ahmadiyah.
Ketiga pembicara menyampaikan mengenai Kepemimpinan Umat dalam perspektif NU, Katolik, dan Ahmadiyah. Hadir kurang lebih 200 orang dari komunitas interfaith, NU, Katolik, dan Ahmadiyah.
Hasmar Siregar selaku Ketua Panitia menyampaikan bahwa dialog ini digelar untuk mempererat silaturahmi dan mengenal lebih jauh lagi mengenai model kepemimpinan masing-masing. Tak kenal maka tak sayang, diharapkan acara seperti ini dapat dilanjutkan dengan acara-acara serupa yang lain untuk memperkuat kerukunan dan persatuan antar sesama anak bangsa.
Gunawan, S.Pd sebagai moderator membuka acara dialog dengan menyampaikan pengantar bahwa dialog ini tidak bertujuan untuk mendebat mana kepemimpinan yang paling baik dan ideal. Namun dialog ini dimaksudkan untuk mendengar langsung dari narasumber tentang model kepemimpinan umat menurut mereka kemudian menggali lagi lebih dalam pemahaman kita lewat diskusi nanti untuk menambah pemahaman kita.
Purjatian Azhar sebagai pembicara pertama menyampaikan bahwa acara dialog ini menggambarkan keragaman di Indonesia yang patut untuk dijaga persatuan dan kerukunannya. Kepemimpinan yang terbaik adalah yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. Di dalam Islam ada perintah untuk mentaati Allah dan Rasul-Nya serta Ulil Amri.
Ulil Amri adalah pemimpin kita di masyarakat siapapun orangnya dan latar belakang agamanya baik di tingkat RT sampai Presiden. Mereka harus ditaati dan dihormati sebab pemimpin membawa otoritas kebenaran. Menjadi pemimpin harus amanah dan memiliki tanggung jawab yang berat. Maka mengherankan apabila ada orang yang ingin sekali menjadi pemimpin karena niatnya yang salah yaitu bukan untuk mengayomi masyarakat.
Pastor Sonny menyampaikan bahwa bergaul dengan Muslim bukan hal yang baru baginya. Neneknya pun seorang Muslim ketika meninggal keluarga Pastor Sonny yang menyelenggarakan tahlilannya. Ketika belajar di Italia, beliau juga banyak belajar tentang Islam dari para Ulama dari Mesir, Jordania, dan lain-lain.
Kepimpinan Gereja Katolik sudah berusia sangat tua yakni 2 ribu tahunan. Sehingga Paus menyatakan sekarang bukan saatnya lagi menyebarkan agama Katolik namun saatnya bergandengan tangan bersama yang bukan Katolik. Beliau juga menyampaikan hierarki kepemimpinan dalam Gereja Katolik dengan Paus sebagai pemimpin tertingginya.
Mln. Muhammad Idris menyampaikan bahwa Khilafat Ahmadiyah sudah berusia 111 tahun di tahun 2019 ini. Kepemimpinan dalam Jamaat Ahmadiyah yakni Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad yan mendakwakan diri sebagai Imam Mahdi dan Al-Masihil Mau’ud digantikan oleh para Khalifah beliau sesuai dengan nubuatan dari Rasulullah saw bahwa Khilafat ‘ala minhajin nubuwwat akan tegak kembali di akhir zaman.
Mln. Idris mrnjelaskan bahwa Khilafat Ahmadiyah hanyalah kepemimpinan ruhani dengan Pemimpin Ruhani nya yang tidak membutuhkan wilayah teritorial untuk menegakkan Khilafatnya. Yang dibutuhkan bukan wilayah teritorial namun wilayah hati dan pikiran untuk dapat menunjukkan keitaatan kepada Khalifahnya. Beliau juga menjekaskan komitmen para Ahmadi terhadap NKRI sebagaimana sabda Rasulullah saw bahwa cinta tanah air adalah bagian dari iman.
Acara dialog dilanjutkan dengan tanya jawab. Para peserta begitu antusias ingin mengajukan pertanyaan, namun karena azan maghrib sudah dekat sehingga hanya tiga penanya yang kebagian waktu untuk bertanya. Acara ditutup menjelang azan dan peserta langsung dipersilahkan untuk bersiap berbuka puasa bagi yang berpuasa.
Kontributor : Gunawan