Yogyakarta – Kesetiaan para Ahmadi (sebutan untuk anggota Muslim Ahmadiyah) kepada negara tak perlu diragukan lagi. Bahkan sudah mendarah daging.
Hal tersebut dikatakan Ketua Ahmadiyah Muslim Students Association (AMSA) Daerah Istimewa Yogyakarta, Shakeel.
“Cinta terhadap tanah air sudah mendarah daging dalam diri kami sebagai orang Ahmadiyah,” katanya, Rabu, 16 November 2022.
Shakeel ungkapan selepas mendapat pertanyaan tentang posisi warga Ahmadiyah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Menurut Shakeel, mencintai tanah air merupakan bagian dari ajaran Islam.
“Kami, warga Ahmadiyah, sangat memegang prinsip taat kepada pimpinan, yaitu Khalifah, Hz. Mirza Masroor Ahmad, “ujarnya.
“Ketika Khalifah berbicara mengenai cinta tanah air yang merupakan bagian dari ajaran Rasulullah Saw, maka kami pun mentaati,” sambung Shakeel.
Kedatangan kedua mahasiswa Universitas Sanata Dharma ke Masjid Fadhli Umar milik Jemaat Ahmadiyah Yogyakarta dalam rangka memenuhi mata kuliah studi agama-agama diluar agama Katholik.
Pertemuan tersebut diwarnai ragam pertanyaan mulai dari bagaimana Ahmadiyah menanggapi isu keberagaman antar agama dan keyakinan yang ada di Indonesia hingga soal presekusi terhadap warga Ahmadyah.
Shakeel menekankan bahwa Jemaat Ahmadiyah pun begitu sangat menegakkan nilai-nilai kemanusiaan.
“Yang penting juga adalah kami menegakkan nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri,” tegasnya.
Di akhir pertemuan kedua mahasiswa diajak untuk berkesempatan mengelilingi kompleks Masjid Fadhli Umar yang terdiri dari empat lantai tersebut.
Shakeel menurutkan kedua mahasiswa tersebut merasa berkesan usai diajak berkeliling.
“Mereka sangat terkesan dengan konsep inklusivitas yang dimiliki Jemaat Ahmadiyah sebagai wadah diskusi, dialog dan silaturahmi,” tutupnya.
Pertemuan yang bertepatan dengan hari toleransi Internasional itu, Shakeel menanggapinya dengan memaknai hari toleransi dengan saling mengenal batas masing-masing dengan berdialog dan menjalin komunikasi.
“Memaknai hari toleransi adalah perlunya mengetahui batas masing-masing pihak dengan aksi nyata yang lebih dari sekedar mengetahui informasi saja, namun perlu nya ruang temu seperti dialog,” ujarnya.
“Hubungan komunikasi dan emosional dari dialog itu akan berdampak besar pada apa yang dicita-citakan,” pungkas Shakeel.
Kontributor: Umar Farooq Zafrullah
Editor: Rafi Assamar, Talhah Lukman Ahmad