Bogor – Guna memotret perilaku interaksi sosial yang dipraktikkan warga Ahmadiyah dengan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari di Indonesia, Setara Institute melakukan sebuah riset kolaboratif dengan Yayasan Satu Keadilan yang juga melibatkan secara langsung Jemaat Ahmadiyah Indonesia. Mereka menggarap riset kualitatif ini selama 1 tahun.
Hasil riset itu kemudian disusun dan dicetak menjadi sebuah buku yang berjudul “Inklusi Jemaat Ahmadiyah Indonesia Dalam Keindonesiaan”. Peluncuran buku dilaksanakan di Guest House Pusdik Mubarak Kemang Bogor pada Sabtu (9/4/2022).
Direktur Eksekutif Setara Institute, Ismail Hasani menyatakan bahwa buku tersebut layak disebut sebagai kitab sejarah tentang Ahmadiyah di Indonesia, sehingga sangat penting untuk dibaca dan dipedomani oleh semua kalangan. Selanjutnya, ia mengungkapkan isi buku yang memuat praktik inklusivitas yang menurutnya sudah menjadi kebiasaan bagi Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI). Namun, ia lantas menjelaskan bila buku itu pun memperagakan kembali kekerasan yang terjadi terhadap Ahmadiyah.
“Buku Inklusi Jemaat Ahmadiyah dalam keindonesiaan pertama merekam praktik-praktik inklusi Jemaat Ahmadiyah dalam tubuh keindonesiaan. Mereka adalah sesama anak bangsa yang setara dengan anak bangsa lainnya,” ujar Ismail.
“Buku ini juga merekam intoleransi, diskriminasi yang dialami oleh JAI, penting dicatat, satu sebagai dokumentasi agar menjadi pengetahuan bersama untuk dihindari keberulangannya,” lanjut Ismail.
Berkenaan dengan hal tersebut, Amir Nasional Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) Maulana H. Abdul Basit, Shd., mengatakan jika hal itu merupakan satu fakta yang tengah dihadapi oleh Ahmadiyah sampai saat ini di Indonesia.
“Ini satu fakta yang JAI hadapi. Sudah 2 dekade Ahmadiyah mengalami persekusi di berbagai daerah dengan berbagai bentuk,” kata Maulana Basit.
Ia pun melihat kondisi tersebut sebagai satu PR besar bagi JAI untuk bagaimana caranya menjauhkan stigma dan fitnah yang begitu gencar serta melekat sehingga menyebabkan terjadinya persekusi terhadap Ahmadiyah.
Maulana Basit menuturkan, tidak semua orang yang melakukan kekerasan terhadap JAI itu paham tentang Ahmadiyah. Menurutnya masih ada orang-orang yang hanya ikut-ikutan saja.
“Itu menjadi bagian kami untuk menerangkan lebih lanjut apa sebenarnya jemaat (Ahmadiyah.red),” ucap Maulana Basit.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan membentuk tim rabtah (menjalin relasi dengan berbagai pihak.red) baik di tingkat pusat maupun daerah. Kebijakan itu sejalan dengan motto Ahmadiyah “Love For All Hatred For None” yang harus diimplementasikan oleh semua anggota JAI.
Lebih jauh, Maulana Basit mengungkapkan jika sejak dulu warga JAI ikut ambil bagian di dalam memperjuangkan dan merebut kemerdekaan Indonesia. Bahkan, Khalifah Ahmadiyah yang kedua, Hz. Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad ra menyerukan kepada seluruh warga jemaat di dunia untuk berdo’a mendukung berdirinya negara Indonesia ketika baru merdeka.
Oleh karena itu, di dalam situasi yang sedang terjadi sekarang, JAI tetap berusaha untuk menyampaikan kebaikan dan menyebarkan informasi yang benar terhadap seluruh warga masyarakat di Indonesia.
Menurutnya ketika ingin maju maka harus ada toleransi secara utuh apapun bentuknya sehingga kita bisa mengakui keberadaan orang lain, mengakui perbedaan yang lain dan bisa hidup bersama-sama.
“Dan ini memang tidak mudah,” tutur Maulana Basit.
“Untuk menciptakan situasi dan kondisi yang demikian itu diperlukan edukasi yang benar kepada masyarakat,” tegasnya.
Lewat sayap Humanity First (HF) yang didirikan oleh Khalifah Ahmadiyah keempat, Hz. Mirza Tahir Ahmad rh ketika terjadi genosida di Bosnia, sampai sekarang Ahmadiyah melalui HF terus bergerak melakukan gerakan sosial tanpa melihat latar belakang, termasuk HF Indonesia, sehingga dimanapun terjadi bencana di Indonesia, JAI akan mengupayakan agar HF Indonesia bergerak turun ke lokasi bencana.
Maulana Basit menyatakan bahwa mulai terjadi tsunami di Aceh pada 2004, Yogya, Nias, Serang dan di berbagai tempat dimanapun juga sesuai dengan kemampuannya HF Indonesia akan terus bergerak membantu masyarakat yang memerlukan.
“Ini salah satu bukti inklusivitas JAI dan menyertakan masyarakat dengan kegiatan kita sebagai bagian dari Bangsa Indonesia, menjadi bagian dari pada kebhinekaan itu,” ujar Maulana Basit.
Upaya lain yang dilakukan untuk mengikutsertakan berbagai kalangan masyarakat di dalam kegiatan JAI adalah seperti melalui layanan kesehatan, donor darah, hingga rumah belajar. Menurut Maulana Basit, hal tersebut terbukti cukup ampuh di dalam membendung gerakan-gerakan anti Ahmadiyah.
“Daerah yang rabtahnya, relasinya dengan masyarakat bagus, ini menjadi penangkal menjauhkan tindakan-tindakan diskriminatif terhadap jemaat,” ungkap Maulana Basit.
“Hal itu tentu saja perlu dukungan semua pihak,” imbuhnya.
Selain itu, ia berharap agar pemerintah benar-benar dapat menjamin kemerdekaan setiap warga negara untuk melaksanakan agama dan kepercayaannya sesuai dengan yang diamanatkan konstitusi.
“Kami tidak banyak menuntut kepada pemerintah, tetapi kami hanya meminta supaya biarkanlah kami bebas bergerak, bebas membantu masyarakat, bebas menjalankan keimanan keyakinan kami tanpa merugikan orang lain,” harap Maulana Basit.
“Kami tidak pernah menuntut dana dari pemerintah,’ lanjutnya.
Sementara itu, Sekretaris Umur Kharijiah PB JAI, H. Kandali Ahmad Lubis menjelaskan jika peluncuran buku Inklusi Jemaat Ahmadiyah Indonesia dalam keindonesiaan tersebut akan disusul dengan diseminasi di beberapa kota dan tempat lain termasuk di beberapa lembaga negara dan kedutaan negara-negara sahabat yang ada di Indonesia.
Dalam waktu dekat, pada minggu ini diseminasi dengan para awak media akan diselenggarakan di Wisma Rahmat Ali Jakarta Pusat pada Kamis, 21 April 2022.
Menurutnya hal itu penting dilakukan guna menjawab situasi dan kondisi terkini Ahmadiyah di Indonesia dan memberikan gambaran bahwa Ahmadiyah tidak eksklusif.
“Kami, PB JAI melihat ada salah tanggap mengenai posisi JAI selama ini. Jadi, mungkin dikarenakan kondisi represi yang sudah sekian lama sehingga sepertinya kita terkesan eksklusif, padahal kita tidak begitu,” jelas Kandali.