Makassar– Berjiawa pancasialis, dua perwakilan dari Lajnah Imaillah Sulawesi Selatan Andi Nurabidah Siddiqah dan Rara jadi peserta Pelatihan Kepemimpinan Pemuda Lintas Agama (PKLPA).
Diadakan oleh Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP), berlangsung selama lima hari, dari tanggal 11 hingga 15 Oktober 2023, di Wisata Pantai Galesong Takalar, Sulawesi Selatan.
PKLPA kali ini mengambil tema yang inspiratif, yaitu “Menyiapkan Pemimpin Muda lintas Agama Yang Inklusif, Pluralis, dan Pancasilais.”
Tujuan utamanya adalah membekali generasi muda dengan karakter inklusif-pluralis, semangat Pancasila, serta kesadaran akan isu-isu lingkungan.
Selain itu, kegiatan ini bertujuan untuk memberdayakan komunitas lintas agama agar dapat bersatu dalam upaya mengatasi krisis iklim, dengan merujuk kepada ajaran-ajaran masing-masing agama.
Dalam upaya mencapai Indonesia yang maju, damai, dan sejahtera, PKLPA mengangkat pentingnya peran pemimpin muda yang memiliki karakter inklusif-pluralis, berjiwa Pancasila, dan mampu menggalang sinergi antar umat beragama dalam mencapai tujuan bersama, yakni penyelamatan lingkungan.
Salah satu fasilitator Pdt. Adrie, menekankan bahwa pemimpin dengan semangat Pancasilais harus memiliki empat atribut utama: integritas, kredibilitas, akuntabilitas, dan spiritualitas.
Selain mendapatkan materi berharga ini, para peserta PKLPA juga berkesempatan untuk mengunjungi berbagai rumah ibadah dan objek wisata alam.
Termasuk mengunjungi Vihara Girinaga, Gereja Toraja Bawakaraeng, Masjid 99 Kubah Makassar, dan menjelajahi keindahan alam di Kebun Mangrove.
Andi Nurabidah berbagi kesan dan kekagumannya atas sambutan hangat yang mereka terima di berbagai rumah ibadah, meskipun memiliki latar belakang agama yang berbeda.
“Kali pertama saya mengunjungi rumah ibadah Agama Budha dan Agama Kristen, saya sangat senang dan terharu atas sambutan dari mereka. Meskipun kami dari latar belakang yang berbeda, tetapi mereka menyambut kami dengan hangat,” ungkapnya.
Rara, peserta lainnya, yang awalnya ragu untuk mengikuti kegiatan lintas agama ini karena sifat pemalu, menyatakan bagaimana kegiatan ini membantu meningkatkan rasa percaya diri dan keterampilan berbicara di depan publik.
Selain itu, ia merasa bersyukur karena bisa berkenalan dan berteman dengan individu dari berbagai latar belakang.
Diketahui ini adalah pengalaman pertama keduanya dalam kegiatan lintas agama, dan berharap untuk terlibat dalam kegiatan serupa di masa depan.
“Awalnya saya ragu untuk ikut karena saya orangnya pemalu dan saya tidak bisa berinteraksi dengan banyak orang tetapi dengan kegiatan ini saya bisa banyak belajar untuk berani tampil di depan publik,” kata Rara.
Editor: Amatul Noor