Jakarta- Founder Generasi Literat Kagumi Sosok Pendiri Ahmadiyah, karakter Ahmad yang sederhana, jujur, dan rendah hati.
Hal ini diungkapnya dalam bedah buku berjudul Ahmad The Guided One karya Iain Adamson digelar di Masjid Al Hidayah, Jakarta Selatan pada Sabtu, 9 September 2023.
“Sehari-hari dia gunakan untuk beribadah, berdoa, berzikir, tahajud. Membaca banyak sekali kitab, bukan hanya Al-Quran, tapi juga kitab-kitab dari berbagai agama. Berdialog dengan orang-orang yang non-islam dan menulis banyak buku,” kata Mila Muzakkar.
Buku setebal 382 halaman, Mila Muzakkar memaparkan bersama dengan penerjemah buku Ahmad The Guided One Arya Suryawan, juru bicara Ahmadiyah Maulana Dili Sadili.
Lebih lanjut, ia membagikan pemahamannya tentang buku ini dan mengungkapkan betapa terkesannya oleh pemikiran Mirza Ghulam Ahmad.
Mila Muzakkar mencatat bahwa buku ini membantu memahami pengaruh pemikirannya dalam filsafat Islam, dan konsep jihad yang ditekankan dalam arti melindungi keyakinan tanpa memaksa orang lain.
“Jadi, dia seorang penulis dan pembelajar. Nah, yang lain adalah pemikirannya dalam hal filsafat Islam,” ungkap Mila Muzakkar.
Penulis buku ini Iain Adamson, seorang penulis biografi asal Inggris, bukan anggota Ahmadiyah, sehingga memberikan sudut pandang yang berbeda.
Buku ini menggali lebih dalam klaim-klaim yang dibuat oleh Ahmad lebih dari seratus tahun yang lalu, bahwa Mirza Ghulam Ahmad diutus oleh Tuhan untuk menyatukan dunia di bawah Islam selama 200 tahun ke depan.
Telah menjadi biografi pertama dalam bahasa Inggris yang menggambarkan Ahmad sebagai sosok yang datang sebagai Isa Al Masih yang dijanjikan.
Mila Muzakkar menyajikan tiga poin penting yang diambilnya dari buku Ahmad The Guided One.
Pertama, karakter luar biasa Mirza Ghulam Ahmad yang mencakup kualitas seperti pembela kebenaran, rendah hati, dan kesetiaannya dalam beribadah.
Kedua, pemikiran Ahmad tentang Islam, termasuk pemahaman yang luas tentang jihad sebagai perlindungan keyakinan.
“Nah, ini sebuah fondasi pemikiran yang penting sekali. Bagaimana memperlakukan manusia ya, khusnya perempuan. Nah, ini penting sekali,” katanya.
“Lalu, kemudian yang ketiga adalah soal pengalaman spiritual. Nah, di buku ini juga diceritakan bagaimana Mirza Ghulam Ahmad menerima wahyu, Menerima nubuwat gitu ya. Yang meyakinkan dirinya bahwa dia adalah seorang nabi dan al-mahdi yang dijanjikan,” pungkasnya.
Bedah buku ini memberikan wawasan yang mendalam tentang ajaran dan pemikiran Hazrat Mirza Ghulam Ahmad serta mempromosikan pemahaman lintas agama yang lebih baik di antara peserta.
Diketahui inisiatif ini berasal dari Ahmadiyah cabang Kebayoran dan mengundang beragam peserta, termasuk mahasiswa dari UIN Jakarta serta tamu dari berbagai latar belakang agama.