Beberapa orang mahasiswa dari STT Abdi Sabda Medan menginisiasi acara dialog dengan tema Pemuda dan Toleransi pada hari Kamis (22/11) dengan menghadirkan dua pembicara yaitu Bhante Dhirrapunno (Buddha Theravada) dan Mln. Muhammad Idris (Ahmadiyah Medan).
Acaranya ini dihadiri oleh puluhan Mahasiswa STT Abdi Sabda sebagai tuan rumah. Turut hadir juga mendampingi jalannya kegiatan dialog ini yaitu Dr. Erick Jhonson Barus selaku Dosen Dialog Antar Agama.
Dalam sambutan singkatnya beliau menyampaikan bahwa dialog semacam ini sangat perlu untuk diadakan mengingat ada mata kuliah tentang Dialog Antar Agama juga dan kegiatan ini sebagai prakteknya secara langsung.
Sifat inklusif dalam beragama memang harus dibangun dengan melakukan banyak dialog seperti orang di Mesir mengatakannya dengan “Al-Hiwar”, ungkap beliau yang memang juga menempuh pendidikannya di Mesir.
Hotdinal selaku moderator membuka acara dialog dengan mengutip pernyataan dari Hadhrat Ali r.a “Dia yang bukan saudara dalam iman adalah saudara dalam kemanusiaan” dan langsung mempersilahkan Bhante Dhirrapunno untuk menyampaikan uraiannya.
BDP demikian inisial yang sering beliau gunakan mengawali penjelasannya dengan menyampaikan bahwa melihat sejarahnya bangsa kita ini tidak asing lagi dengan budaya bertoleransi. Hal ini bisa dilihat dalam kitab-kitab kuno seperti Sutasoma, dll.
Peran pemuda dalam hal ini adalah sebagai penggerak dan bukan sebagai penggertak. Artinya para pemuda harus mampu menjadi motor penggerak perdamaian dan toleransi. Sebagaimana halnya bung Karno pernah mengatakan beliau hanya butuh 10 pemuda saja untuk mengguncang dunia. Inti dari ajaran Buddha adalah kasih sayang, maka jika ayat-ayat agama tidak bisa juga mendamaikan pergunakanlah ayat-ayat cinta.
Kemudian toleransi dikupas dari perspektif Islam oleh pembicara yang kedua. Maulana Idris menyampaikan bahwa toleransi dalam ajaran Islam itu tidaklah hanya berarti membiarkan mereka yang berbeda tapi bermakna lebih dari itu yakni mengenal, lalu menunjukkan kasih sayang kepada mereka yang berbeda.
Contoh toleransi yang ditunjukkan oleh Nabi Muhammad (saw) adalah teladan yang terbaik ketika Beliau (saw) mempersilahkan rombongan Kristen dari Najran untuk beribadah di Masjid Nabawi. Beliau sendiri menyampaikan mengenai jaminan kebebasan dalam beribadah kepada umat Kristen serta menjamin keamanan dan keselematan rumah-rumah ibadah mereka serta para pendetanya.
Salah satu cara bertoleransi adalah dengan melihat persamaan. Bila dari 100 hal terdapat 99 hal perbedaan dan 1 hal persamaan maka tidak ada alasan sama sekali untuk intoleran dan membenci. Dari satu persamaan itu akan dapat dikembangkan sikap saling mengasihi dan menyayangi. Kasih sayang itu sudah menjadi slogan dalam Jama’ah Ahmadiyah yakni ‘Love For All, Hatred For None’.
Moderator kemudian memandu acara diakusi dan tanya jawab yangmana peserta terlihat sangat antusias dalam bertanya dan memberikan statement nya.
Acara berlangsung lebih kurang 3 jam dari jam 19.00 – 22. 00 sehingga moderator memutuskan untuk menutup acara karena waktu sudah larut malam. Dan sesi terakhir yakni foto bersama para pembicara, panitia dan peserta. Salam toleransi!
Kontributor : Mln. Muhammad Idris