“Konsep, dalil dan pemahaman akan datangnya Al-Mahdi dan Al-Masih pada hakikatnya sama antara Islam Ahmadiyah dan Islam lainnya. Yang menjadi titik pembeda adalah personifikasi Al-Mahdi dan Al-Masih serta waktu kedatangannya,” jelas Mln. Basuki Ahmad.
SURABAYA – Gencarnya gagasan Active Tolerance (Toleransi Aktif) yang diserukan kepada tokoh lintas agama dalam beberapa pertemuan dan diskusi mendapat respon positif dari Young Interfaith Peacemaker Community (YIPC). Active Tolarence merupakan gagasan yang menawarkan upaya membangun toleransi antara umat beragama maupun antar kelompok dalam satu agama untuk bersedia saling membuka diri akan keyakinan dan pemahamannya untuk dikaji pihak lain, dan sebaliknya mau mengkaji dan menggali informasi atas keyakinan dan pemahaman pihak lain sehingga tercipta toleransi atas dasar saling memahami adanya kesamaan maupun perbedaan.
Puluhan anggota YIPC yang berasal dari berbagai kampus tersebut disambut oleh Mubaligh Wilayah Jawa Timur, Mln. Basuki Ahmad di kantor sekertariat Jamaah Ahmadiyah Surabaya yang berada di Jalan Bubutan, Minggu (10/4).
baca juga: [feed url=”http://warta-ahmadiyah.org/tag/surabaya/feed/” number=”3″]
Dibuka dengan doa bersama dan sambutan Ketua Jamaah Ahmadiyah Surabaya, Hengki Bambang Siaga Yuda. Dalam sambutannya, ia menyampaikan apresiasi yang tinggi atas kesediaan YIPC Surabaya berkunjung. Hengki juga mempersilakan para anggota YIPC untuk mengenal lebih dekat apa itu Ahmadiyah.
“Ini supaya mereka tahu langsung dari sumbernya dan bisa dibagikan kepada kawan-kawan yang lain,” ujarnya.
Mln. Basuki Ahmad pada kesempatan ini menayangkan video Ahmadiyah Selayang Pandang dan True Islamic Caliphate – Caliph Mirza Masroor Ahmad yang menjadi pengenalan Ahmadiyah secara mendasar dan disaksikan dengan penuh perhatian oleh seluruh audiens. Materi inti untuk menjelaskan teologi Ahmadiyah dipresentasikan dalam bentuk slide dengan judul Al-Mahdi & Al-Masih dalam Islam. Dengan merujuk beberapa ayat Al-Quran dan hadis-hadis sahih, Mln. Basuki Ahmad memaparkan bahwa Al-Mahdi & Al-Masih itu satu orangnya dan sudah datang dalam wujud Pendiri Jamaah Islam Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s..
“Konsep, dalil dan pemahaman akan datangnya Al-Mahdi dan Al-Masih pada hakikatnya sama antara Islam Ahmadiyah dan Islam lainnya. Yang menjadi titik pembeda adalah personifikasi Al-Mahdi dan Al-Masih serta waktu kedatangannya,” jelas Mln. Basuki Ahmad.
Selepas shalat magrib berjamaah, pertemuan ini dilanjut dengan tanya jawab. Salah satu peserta, Aprilia Dirgantini mengaku awalnya canggung saat diajak berkunjung ke sekertariat Jamaah Ahmadiyah Surabaya. Mahasiswi Pandeglang, Banten ini berujar jika kampungnya dekat dengan lokasi Tragedi Cikeusik beberapa tahun lalu.
“Nanti kalau pulang ke Pandeglang, terangkan kepada masyarakat sana apa itu Ahmadiyah yang sebenarnya,” pesan Mln. Basuki Ahmad kepada Mahasiswi UIN Sunan Ampel tersebut.
Sesi terakhir acara dialog ini adalah pembahasan teknis rencana live-in di sebuah perkampungan warga Ahmadiyah. Obrolan serius tapi santai begitu cair dengan ditemani hidangan makan malam dengan menu roti canai, nasi kebuli dan Cae.
Pembina YIPC Surabaya, Iman Purba mendukung gagasan active tolerance yang digagas oleh Mln. Basuki Ahmad.
“Kalau soal hospitality, semua agama dan semua kelompok keagamaan harus belajar dari Ahmadiyah,” aku dosen Universitas Negeri Surabaya tersebut.
Pukul 10 malam acara selesai dengan dilepas oleh sambutan Ketua Jamaah Ahmadiyah Surabaya dan doa bersama yang dipimpin oleh Mln. Basuki Ahmad serta pemberian cendera mata berupa beberapa CD terbitan Jamaah Ahmadiyah Indonesia dengan berbagai judul.
Kontributor : Maulabas
Editor : Talhah Lukman Ahmad