TASIKMALAYA – Maraknya konflik agama yang terjadi di wilayah Tasikmalaya terutama di tiga desa: Tenjowaringin, Kersamaju dan Sukapura mengundang keprihatinan sejumlah pihak. Senin (21/12) hingga Selasa (22/12), Lembaga Kajian Pengembangan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama (LAKPESDAM NU) Kota Tasikmalaya menggelar acara pelatihan kader perdamaian yang dihadiri beberapa ormas Islam sewilayah Tasikmalaya di Hotel Padjajaran.
Dalam pelatihan dengan tema Membangun Multikulturalisme dan Penguatan Inklusi Sosial Bagi Masyarakat tersebut tokoh agama, aparatur pemerintah dan perwakilan dari Jamaah Islam Ahmadiyah mencari solusi untuk menghindari konflik serupa di masa mendatang.
Sekretaris LAKPESDAM NU kota Tasikmalaya, Muhammaf Hasan Asyari menjelaskan bahwa sumber konflik diantaranya adanya asumsi atau anggapan salah yang berpotensi menimbulkan dendam. Menurutnya solusi yang tepat atas permasalahan tersebut adalah dengan penguatan budaya daerah. Budaya daerah akan mengingatkan pada warga Tasik bahwa apapun agama dan kepercayaan yang dianut pada intinya mereka merupakan suatu kesatuan sebagai bagian dari masyarakat Jawa Barat.
Hal ini senada diungkapkan salah satu tokoh Agama di Tenjowaringin, Ustaz Ana Mulyana. Menurutnya keamanan dan suasana damai di Desa Tenjowaringin lebih penting dari memperdebatkan soal keyakinan.
“Beda keyakinan tapi kebudayaan kita sama, Sunda,” tegasnya.
Dia mengingkan semua pihak yang terdiri dari tokoh agama, tokoh masyarakat, serta pemerintah bisa berdampingan dan mendorong terciptanya suasana yang kondusif di Desa Tenjowaringin. Asep Muslim selaku ketua GP Ansor Kabupaten Tasikmalaya mengatakan inti demokrasi adalah bagaimana kita bisa menghargai perbedaan di masyarakat.
“Yang jadi masalah di Indonesia adalah adanya suatu paham keagamaan yang dijadikan paham Negara. Kita harus bisa menerima perbedaan. Menganut suatu keyakinan tertentu bukanlah kejahatan,” sambung Asep.
Di tempat terpisah, Gina, salah seorang warga Ahmadi berharap terpenuhi haknya sebagai warga negara dengan mendapatkan pelayanan masyarakat yang adil dan tidak diskriminatif. Dia juga menginginkan dapat melaksanakan ibadah di masjid dengan tenang. Hal ini tidak terlepas dari penyegelan terhadap Masjid Al-Furqan yang terletak di Desa Kersamaju.
“Kita harus saling menghargai keyakinan satu sama lain supaya tercapai hidup rukun,” ujarnya pada Warta Ahmadiyah.
Tujuan pelatihan kader perdamaian ini adalah bagaimana para kader bisa memperkuat desanya dari sektor sosial, ekonomi, dan budaya sebagai resolusi dari konflik. Acara ditutup dengan deklarasi perdamaian dengan membuat “action plan” untuk direalisasikan di desanya masing-masing.
Kontributor dan foto: Usama Ahmad Rizal
Editor: Talhah Lukman Ahmad