MANISLOR – Masjid Nurul Islam milik Jemaat Ahmadiyah cabang Manislor didatangi beberapa mahasiswa. Kehadiran mereka bukan untuk berdemonstarasi melainkan untuk Live In. Live in merupakan kegiatan yang dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan individu untuk berinteraksi dengan masyarakat yang berbeda (status sosial ekonomi budaya) dalam kehidupan nyata. Tema yang diangkat dalam Live Ini adalah Ahmadiyah di Tengah Cita – Cita Toleransi Keberagamaan di Indonesia.
Kegiatan ini dimulai Kamis (22/10) hingga Minggu (25/10). Jumlah mahasisawa yang mengikuti kegiatan ini sebanyak dua puluh dua orang. Mereka adalah para peneliti muda Islam yg diwadahi oleh ISAIs [Islamic Southeast Asian Islam] yang berada UIN Sunan Kalijaga. Mereka tidak hanya dari UIN Sunan Kalijaga saja tetapi dari berbagai Universitas seperti UGM, UIN Syarif Hidayatullah, Universitas Muhamadiyah Purwokerto, juga dari UIN Sunan Kalijaga itu sendiri. Kedatangan mereka didampingi oleh satu orang pembimbing, DR. Muchamad Sodik, S.Sos, M.Si yang merupakan dosen UIN Sunan Kalijaga .
Selain mengunjugi Masjid dan mengamati keberadaan para Ahmadi. Disana para peserta juga mewawancarai Mubaligh, pengurus, simpatisan, dan warga non-Ahmadi yang berasal dari desa seberang.
Dalam Live in ini para peserta dibagi ke dalam beberapa kelempok dan setiap kelompok melakukan obeservasi yang berkaitan dengan administrasi, sejarah Jemaat Ahmadiyah cabang Manislor serta pengrusakan yang terjadi pada Masjid setempat.
“Saya senang sekali mengikuti kegiatan ini. Sebelumnya saya dilarang oleh teman teman agar tidak ikut. Mereka bilang orang Ahmadiyah tidak toleransi,” ujar Atik Wartini peserta Live in kepada Warta Ahmadiyah.
Wanita bergelar Sarjana Pendidikan ini menambahkan bahwa tekad dan rasa penasaran untuk mengetahui Ahmadiyah lebih jauh membuatnya mengikuti Live in tersebut,
“Ternyata omongan semua orang yang benci Ahmadiyah itu fitnah belaka. Saya pengen sekali bisa ikut lagi” tandasnya.
Reporter : Basyar