Yogyakarta – Jemaat Ahmadiyah Indonesia Piyungan pada Rabu 10 Juli 2024 menerima kunjungan 5 suster Carolus Borromeus peserta Kursus Persiapan Kaul Kekal Tahap 1 yang tengah live in di Masjid Fadhli Umar, Yogyakarta.
Dari Jemaat Piyungan hadir perwakilan pengurus daerah, beberapa pengurus lokal LI, seperti ketua LI Piyungan yaitu Syantiastuti, Seketaris Talim Lajnah Imaillah , dan masih banyak lagi.
Tidak ketinggalan Muballigh Piyungan juga menyambut dan terlibat dalam obrolan setelah mengimami shalat ashar. Para Suster tersebut ialah Sr. Bertine asal Paroki Salib Suci, Nias Barat, Keuskupan [kepemimpinan wilayah] Sibolga; Sr. Claudia asal St. Yohanes Penginjil, Pinang Sori, Tapanuli Tengah, Keuskupan Sibolga; Sr. Marcella asal Salib Suci, Nias Barat, Keuskupan Sibolga; Sr. Wilfrida asal Salib Suci, Nias Barat, Keuskupan Sibolga dan Sr. Angeline asal Stella Maris Atapupu, Atambua, NTT, Keuskupan Atambua.
Sesi ramah-tamah dilakukan di teras masjid dan berdasarkan dialog ringan dengan mereka didapati bahwa ada beberapa kelompok berbeda dari mereka yang mengunjungi tempat pengikut kepercayaan lainnya seperti mengunjungi pura Hindu, vihara Buddha dan sebagainya.
Kaul kekal ialah istilah dalam lembaga Katolik yang mana otoritasnya menerima kaul (pernyataan janji) untuk secara kekal (seumur hidup) hidup sebagai biarawan atau biarawati.
Kebalikan dari kaul kekal ada kaul sementara yang bisa dijalani antara 3 sampai 9 tahun. Mereka yang menjadi biarawati berarti siap melaksanakan program-program gereja Katolik dan tidak menikah serta tinggal di tempat-tempat yang sudah disediakan gereja Katolik.
Sebagai biarawati yang sering dipanggil suster, mereka berpakaian khusus, menjalani kaul kemiskinan (tidak boleh bermewah-mewah), kaul ketaatan (selalu siap menerima tugas dari pemimpin), dan berbagai kaul lainnya.
Dalam perbincangan antara Muballigh Piyungan dengan beberapa biarawati (suster) disebutkan oleh mereka bahwa ada juga kalangan suster yang bertugas di bidang pendidikan sebagai guru BK (bimbingan dan kepenyuluhan) di sekolah-sekolah Katolik atau menjadi perawat rumah sakit Katolik.
Muballigh Piyungan menanggapi, “Sepertinya istilah kaul kekal ada beberapa persamaan dengan istilah dalam Jemaat Ahmadiyah, waqf zindegi. Hanya saja di kalangan kami menjalani pernikahan.” Mereka juga mengunjungi rumah dinas Muballigh di Piyungan yang terletak sekitar perjalanan sebuah jalan naik sembari masih terlibat obrolan dengan beberapa pengurus.
Sesi berfoto-foto dilakukan di depan rumah limasan tempat tinggal muballigh Piyungan dan keluarga lalu mereka berkunjung ke sebuah tempat wisata sight seeing (menikmati pemandangan) dari ketinggian bukit Pangol mengarah ke kota Jogja, yaitu Raya Natural Sight. Sesi berakhir dengan berpamitan di tempat semula, yaitu teras Masjid. Sebelumnya, tidak lupa, Muballigh Piyungan menghadiahkan sebuah buku karya Hadhrat Khalifatul Masih V (atba) kepada salah seorang Suster. Suster menerima dengan baik sembari mengatakan, “Terima kasih. Akan saya baca setelah sampai pulang.” Mereka harus cepat pulang jangan sampai kemalaman karena ada aturan jam 5 sore sudah di tempat tinggal mereka.
Kontributor : Dildaar Ahmad Dartono