Bandung- Lajnah Imaillah Bandung dan Tasikmalaya mengikuti training komunitas perempuan lintas iman.
Adapun training ini dilatarbelakangi maraknya aksi kekerasan berbasis agama, ekstrimisme dengan kekerasan bahkan terorisme.
Dibagi menjadi lima sesi, training ini berlangsung interaktif dan melibatkan semua peserta pelatihan.
Pada sesi satu misalnya, membahas mengenai pemetaan harapan dan kekhawatiran terhadap aksi kekerasan dan ekstrimisme.
Di sesi ini semua peserta menyebutkan satu kata tentang resilensi serta kepempimpinan perempuan dan harus berbeda dengan yang sudah disebutkan peserta lain.
Peserta dari Lajnah Imaillah Bandung dan Tasikmalaya yang diwakili oleh Liana S. Syam, Euis Mujiarsih dan Rahma Chanda menyebutkan bahwa, kepempinan perempuan itu harus cerdas, multitasking dan tauladan bagi keluarga dan masyarakat.
Pada satu sesi lain, didiskusikan pula mengenai peran perempuan dan studi kasus bagaimana perempuan pembangun perdamaian.
“Alhamdulillah, saya mendapat ilmu pengetahuan dan keterampilan tentang resilensi dan kepemimpinan perempuan. Insyaallah akan disosialisasi di komunitas saya,” ungkap salah satu perserta dari Lajnah Imaillah, Liana.
Tujuan dari kegiatan ini peserta mampu mengidentifikasi situasi dan konteks radikalisme dan ekstremisme di wilayah Kota Bandung dan Tasikmalaya.
Termasuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan pencegahan konflik dan radikalisme serta menyiapkan penguatan resiliensi masyarakat dari radikalisme dan ekstremisme kekerasan.
Sebagai fasilitator di training ini yakni, Annisa Noor Fadilah dari Iteung Gugat, Obertina M. Johanis (Sinode GKP) dan An’an Yulianti (Sekolah Perempuan Tasikmalaya).
Peserta training tidak hanya dihadiri oleh Lajnah Imaillah saja, namun juga berbagai organisasi lain di Bandung Raya seperti i Majelis Sinode GKP, KPP GKP (Klasis), BPD Peruati Priangan, WKRI Jawa Barat,
Ada juga dari JAJ Youth, Sekolah Perempuan Tasikmalaya, PWKI, Komisi Perempuan, PGIW Jawa Barat, Puan Hayati dan YIPC.
Kontributor: Liana S Syam
Editor: Talhah Lukman Ahmad