Bangka – Mubalig Muslim Ahmadiyah Maulana Ammar Ahmad Syahid memberikan pandangannya terkait toleransi di momen Hari Toleransi Internasional yang jatuh pada tanggal 16 November 2022 kemarin.
Maulana Ammar mengatakan, toleransi sepenuhnya akan terwujud jika peraturan diskriminatif tidak melekat kepada kelompok minoritas yang kerap kali menjadi rujukan kelompok intoleran untuk melakukan tindakan diskriminasi.
“Alat paling efektif untuk mewujudkan toleransi ialah pemerintah harus menghilangkan peraturan yang diskriminatif dan pasal karet yang menjadi dasar oknum-oknum radikal untuk bertindak semau egonya dengan dalih SKB, Perda dan lain-lain,” ungkapnya saat dihubungi Warta Ahmadiyah, Kamis (17/11/2022).
Mubalig Daerah Bangka Belitung itu menegaskan, sudah seharusnya pemerintah melahirkan peraturan yang mendukung terciptanya nilai-nilai toleransi itu sendiri.
“Dan menyusun peraturan yang sesuai dan mendukung toleransi yang mengikat masyarakat untuk menaatinya,” tegasnya.
Kemudian, Mubalig asal Majalengka tersebut juga menyampaikan pandangan Ahmadiyah terkait Toleransi. Ia membeberkan bahwa dasar serta pegangan Ahmadiyah dalam merawat toleransi bersumber kepada Al-Quran yang kemudian diungkapkan dalam bentuk moto organisasinya.
“Firman Allah dalam Al-Quran bahwa tidak ada paksaan dalam agama, serta kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan kepercayaan masing-masing tersirat dalam ayat “lakum diinukum waliya diin”, dan moto kami: love for all hatred for none, benar-benar menjadi dasar semangat untuk toleran kepada sesama,” tuturnya.
Lebih lanjut, Maulana Ammar menyebutkan bahwa upaya Ahmadiyah dalam merawat toleransi serta kemanusiaan telah berjalan sedemikian rupa. Ahmadiyah rutin mengadakan Peace Symposium tahunan berskala Internasional dengan mengundang tokoh-tokoh dunia.
Selain itu juga setiap tahun memprakasai Ahmadiyya Muslim Prize for the Advancement of Peace sebuah penghargaan tahunan yang diberikan kepada tokoh-tokoh paling berpengaruh dalam kemanusiaan dan toleransi.
“Menginisiasi, terlibat, berdonasi dan berjejaring dengan wadah-wadah, organisasi, pemerintah, forum terkait dalam hal toleransi, keagamaan dan kemanusiaan. Ada juga badan amal Humanity First (HF) yang melayani sesama dan kebutuhan paling mendesak saat bencana,” tambahnya.
Maulana Ammar menyadari bahwa sebagai manusia mau tidak mau harus menerima perbedaan di tengah masyarakat. Oleh karena itu, Maulana Ammar menegaskan setiap manusia bebas memilih iman serta kepercayaan tanpa intervensi siapa pun.
“Jamaah Muslim Ahmadiyah percaya setiap manusia memiliki kebebasan dalam memilih iman dan kepercayaan yang mau dianutnya tanpa intervensi orang lain. Tidak lah benar kita memaksakan suatu keyakinan kepada orang lain untuk diterima,” tegasnya.
Terakhir, ia mengingatkan bahwa pemaksaan untuk menerima ajaran tertentu menandakan telah kehilangan keindahan dari ajarannya.
“Ajaran yang indah tidak perlu paksaan untuk membuat manusia terpesona. Pemaksaan hanya menandakan suatu ajaran telah kehilangan keindahannya sehingga tidak bisa lagi memesona manusia,” tutup Maulana Ammar.
Kontributor: Rafi Assamar
Editor: Mubarak