Depok – Rabu (17/8) pagi tepat pada Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, halaman Masjid Al-Hidayah nampak ramai. Sejumlah orang dari berbagai latar belakang hadir untuk melaksanakan upacara bendera peringatan hari kemerdekaan.
Tahun ini merupakan kali pertamanya upacara bendera digelar di halaman Masjid yang dikelola oleh Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) tersebut. Meskipun plang segel Pemerintah Kota Depok masih terpampang di sana, namun tidak mengurangi sedikit pun kecintaan para jamaahnya terhadap negeri ini, bahkan kota Depok sendiri.
“11 tahun JAI Depok dipersekusi tak boleh memakai masjid untuk beribadah, tak pernah menjadikan (para anggota JAI) lelah untuk selalu mencintai Kota Depok dan Indonesia,” ujar Juru Bicara JAI, Yendra Budiana.
Momentum kemerdekaan tahun ini dimanfaatkan oleh pengelola Masjid Al-Hidayah Depok untuk menyampaikan pesan persatuan dan perdamaian. Terbukti dari para peserta upacara yang datang dari berbagai latar belakang, mulai dari para tokoh agama Depok, FKUB kota Depok, Yayasan Satu Keadilan (YSK), Setara Institute, Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI), Peace Leader Indonesia, Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu), komunitas Inklusi, Marjinal, Taring Babi, dan sebagainya. Selepas upacara bendera, mereka juga menggelar acara deklarasi “Kota Depok Menuju Toleran”.
“Kita kumpul hari ini untuk merayakan kegembiraan. Tema yang mau kita angkat adalah Kota Depok Menuju Toleran, satu spirit yang mau kita bantukan kepada pemerintah kota Depok dan Indonesia, bahwa persaudaraan sebangsa, persahabatan erat sebangsa yang walaupun berbeda-beda kita dapat berjalan bersama-sama,” ujar Ketua YSK, Sugeng Teguh Santoso, Rabu (17/8).
Lebih lanjut pria yang juga menjabat sebagai Ketua Indonesia Police Watch (IPW) tersebut berharap pemerintah kota Depok dapat mendukung agar Depok menjadi kota toleran.
“Karena memang di belakang hari ini dan juga ke depan masih tersisa kebijakan-kebijakan yang menjauhkan rekat kebangsaan kita yang berbeda-beda ini. Karena perbedaan prasangka agama, prasangka-prasangka yang tidak tuntas tentang keberagamaan, (menimbulkan) efek-efek terhadap kelompok minoritas. Jadi kita dukung kota Depok ini menjadi kota yang toleran. Merdeka!” tegasnya.
Peneliti Setara Institute Ikhsan menilai bahwa kegiatan upacara bendera yang dilaksanakan di Masjid Al-Hidayah dapat menjadi hal positif untuk kota Depok.
“Apa yang dilakukan hari ini sebenarnya bukti bahwa elemen toleransi di kota Depok berasal dari teman-teman jaringan masyarakat sipil. Sehingga untuk penguatan toleransi ke depan di kota Depok terlihat masyarakat sipil memegang peranan penting dan harusnya disambut baik oleh Pemerintah Kota Depok,” ujarnya.
Selanjutnya Mubalig JAI cabang Depok, Maulana Hafidz Bahansubu, menyampaikan bahwa kegiatan tersebut merupakan sebuah hadiah kemerdekaan dari JAI Depok bersama teman-teman berbagai agama, keyakinan dan komunitas perdamaian.
“Kemerdekaan tidak hanya sekedar perayaan, namun memerlukan aksi nyata. Depok Menuju Kota Toleran adalah sebuah persembahan deklarasi yang juga menjadi aksi sekaligus harapan untuk Depok menjadi kota toleran,” tegasnya.
Terakhir, perwakilan Peace Leader Indonesia berharap acara semacam ini dapat terus berkembang di kota Depok.
“Semoga kegiatan ini terus berkembang di kota Depok, terus menjamur, dan paham-paham keberagaman terus ada di hati kita semua,” pungkasnya.
Serangkaian acara perayaan hari kemerdekaan tidak berhenti di deklarasi. Acara dilanjutkan dengan performa hiburan dari band Marjinal dan berbagai kegiatan perlombaan, seperti perlombaan nasi tumpeng serta perlombaan anak-anak khas agustusan. Para hadirin saling menyapa berinteraksi satu sama lain memperkokoh persahabatan dan persatuan.
Kontributor: Mutia Siddiqa Muhsin