Pemerintah menetapkan 1 Ramadan 1443 Hijriah jatuh pada Minggu, 3 April 2022. Hal tu menjadi penanda awal puasa Ramadan bagi seluruh umat Islam di Indonesia. Keputusan tersebut ditetapkan Kementerian Agama (Kemenag) setelah menggelar sidang isbat secara hybrid pada Jumat (1/4/2022).
Setiap tahun, Kemenag selalu melaksanakan sidang isbat pada 29 Sya’ban kalender Hijriah dalam menentukan awal puasa Ramadan. Sidang isbat tahun ini diikuti oleh perwakilan dari berbagai lembaga pemerintah, duta besar negara sahabat, pimpinan ormas Islam, para ahli ilmu falak (astronomi), BMKG, dan Tim Unifikasi Kalender Hijriah Kemenag.
Prof. Thomas Djamaluddin, salah satu anggota Tim Unifikasi Kalender Hijriah Kemenag, saat mengawali sidang isbat menyampaikan bila ketinggian hilal di seluruh wilayah Indonesia berdasarkan metode hisab (perhitungan astronomi) berada pada posisi antara 1 derajat 6,78 menit sampai dengan 2 derajat 10,02 menit.
Selanjutnya, berdasarkan hasil konfirmasi lapangan pantauan (rukyatul) hilal dari 101 lokasi di seluruh Indonesia, tim Kemenag menyatakan bahwa tidak ada satupun yang melihat hilal.
“Dengan dua hal tersebut di atas, berdasarkan hisab, posisi hilal seluruh Indonesia sudah di atas ufuk, akan tetapi belum memenuhi kriteria MABIMS baru, yaitu tinggi hilal 3 derajat dan sudut elongasi 6,4 derajat serta laporan rukyatul hilal, secara mufakat bahwa 1 Ramadan 1443 Hijriah jatuh pada hari Ahad, 3 April 2022,” ucap Yaqut.
Dalam melaksanakan sidang isbat, Kemenag selalu menggunakan 2 metode, yaitu: hisab (perhitungan) dan rukyat (melihat langsung). Menurut Menag, kedua metode digunakan untuk saling melengkapi dalam menentukan posisi keberadaan hilal.
Dalam kesempatan yang sama, Menag Yaqut berharap agar dengan hasil sidang isbat, seluruh umat Islam di Indonesia dapat menjalankan ibadah puasa secara bersama-sama. Lebih jauh lagi, menurutnya hal tersebut akan menjadi simbol sekaligus cerminan kebersamaan umat Islam Indonesia dan akan menghasilkan wujud kebersamaan semua sebagai sesama anak bangsa untuk menatap masa depan Bangsa Indonesia menjadi jauh lebih baik.
Berkenaan dengan penetapan awal puasa Ramadan 1443 Hijriah, Juru Bicara JAI, Yendra Budiana menyatakan bila Komunitas Muslim Ahmadiyah selalu mengikuti ketetapan pemerintah Republik Indonesia tentang awal puasa Ramadan.
“Seluruh Muslim Ahmadiyah di Indonesia akan memulai puasa Ramadan pada Minggu, 3 April 2022 sebagaimana yang sudah ditetapkan oleh pemerintah dalam sidang isbat yang dilakukan Jum’at malam,” ujar Yendra.
Ia lantas menjelaskan alasan awal puasa Ramadan Muslim Ahmadiyah mengikuti ketetapan dari pemerintah adalah berdasarkan pada pemahaman yang terdapat dalam Al-Qur’an surat An Nisa: “Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah, dan taatlah kepada Rasul-Nya, dan orang-orang yang memegang kekuasaan di antaramu. Dan jika kamu berselisih mengenai sesuatu maka kembalikanlah hal itu kepada Allah dan Rasul-Nya, jika kamu beriman kepada Allah dan Hari Kemudian. Itu paling baik dan paling bagus akibatnya.”
“Muslim Ahmadiyah meyakini bahwa pemerintah adalah Ulil Amri yang memegang kekuasaan dan berhak menentukan penetapan awal puasa Ramadan, maka sejauh tidak bertentangan dengan Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah Muhammad saw, keputusan pemerintah tersebut wajib untuk diikuti sebagai sebuah bentuk ketaatan kepada pemimpin yang sah di Indonesia,” tegas Yendra.
Selanjutnya Jubir Ahmadiyah, Yendra Budiana menyampaikan ucapan selamat kepada seluruh umat Islam yang menjalankan ibadah puasa Ramadan. Lewat puasa Ramadan, ia berharap adanya peningkatan kerohanian yang akan berdampak pada perubahan sikap dan perilaku yang memberikan manfaat bagi seluruh makhluk Tuhan.
“Jemaat Ahmadiyah Indonesia mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa Ramadan bagi yang menjalankannya. Semoga puasa Ramadan ini menghaluskan rohani kita, meningkatkan spiritualitas manusia untuk semakin dekat pada Allah swt yang akan terlihat dalam perubahan akhlak, sikap dan perilaku yang selalu membuat damai lingkungan sekitar serta memiliki kepedulian yang tinggi untuk memberi manfaat pada seluruh makhluk Tuhan tanpa kecuali dalam jalan yang Allah ridhoi.” tutur Yendra.