Nabil, Erik, Falah dan Fazal. Mereka bergantian naik ke podium sakral Jalsah. Memberikan informasi, membacakan permohon doa, juga mengatur segala hal yang perlu dilakukan untuk memastikan rangkaian acara Jalsah Salanah DKI Jakarta 2019 berjalan lancar.
Keempat Pemuda Ahmadi ini baru merasakan “podium panas” Jalsah. Tentu mereka tak pernah membayangkan sebelumnya harus menatap ratusan wajah peserta yang hadir dan merasakan kehadiran sebuah kamera besar yang tengah memelototi mereka.
Pemandangan ini tampak baru. Sebab, kebanyakan kita belum bisa menyerahkan tongkat estafet pengkhidmatan kepada mereka yang muda, segar dan penuh inovasi.
Kita tahu bahwa Pendiri Bangsa Ini, Bung Karno, pernah menyampaikan, “Beri aku 10 pemuda maka aku akan guncang dunia”. Tapi, kita tidak benar-benar tahu, apakah generasi muda kita bisa mengguncangkan sesuatu?
Jalsah Salanah DKI Jakarta 2019 telah memberikan kita kepastian tentangnya, bahwa tenaga dan inspirasi anak-anak muda kita benar-benar tak terbatas. Sebab, tak mudah mengumpulkan 1331 orang di Masjid Al-Hidayah Kebayoran Lama, pula tak mudah mengaturnya.
Beberapa orang tampak ragu sebelumnya dengan pengaturan Jalsah. Seberapa pasti panitia menjamin kenyamanannya? Seberapa bisa panitia muda-mudi ini sanggup menjamin Jalsah kali ini berbeda dengan Jalsah-Jalsah lainnya?
Dan generasi muda Ahmadi di Ibukota, yang dikomandoi oleh Wahyudi Prasetya, Khadim dari Kebayoran, menjawab semua keraguan itu. Hingga akhir pelaksanaan Jalsah Salanah, banyak kepingan hati yang tertinggal di berbagai sudut Masjid Al-Hidayah, Kebayoran Lama.
Tim Kreatif Jalsah yang dikepalai Arif Rahman Hakim, Khadim dari Kebayoran, menciptakan inovasi-inovasi baru yang membuat Jalsah DKI kali ini tampak berbeda dengan Jalsah-Jalsah lainnya. Tentu, tanpa mencederai pakem yang telah Hazrat Masih Mau’ud as tetapkan.
Wahyudi Prasetya, dalam sambutannya mengatakan bahwa meski Jalsah ini sifatnya regional, tapi ‘rasa’ internasionalnya ada. Itu dibuktikan dari pemutaran video ucapan “Jalsah Mubarak” untuk Jalsah DKI dari berbagai Negara di dunia. Ghana, Nigeria, Uni Emirat Arab, Pakistan, India, Kamboja, Tuvalu, Belanda, Australia juga Britania Raya.
Dari berbagai daerah di Indonesia pun turut memberikan ucapan “Jalsah Mubarak” untuk Jalsah ini. Video dari Jemaat Aceh, Papua, Kalimantan Barat dan lain-lain menjadi semacam “ice-breaking” di kala kepenatan menyimak ceramah-ceramah Jalsah datang melanda. Dan ini baru soal “acara”.
Adalah seorang Budiman Amiyudin. Khadim dari Kebayoran. Ia adalah komandan tim akomodasi. Yang memastikan ketersediaan sarana-prasarana Jalsah, mulai dari ruang untuk acara, makan, kamar mandi juga wudhu.
Kita semua tahu bahwa untuk menampung di atas seribu orang, Masjid Al-Hidayah Kebayoran Lama tidak akan sanggup. Sebuah skema baru digulirkan. Tembok-tembok yang membagi basement dalam beberapa ruangan dirobohkan. Dibuat satu ruangan “plong” kosong melompong. Disulap menjadi ruangan gah untuk kaum ibu yang mempunyai anak.
Sebuah karpet berwarna hijau toska terbentang menutupi area ini. Aroma yang menyeruak menandakan karpet ini masih baru. Memberikan kenyamanan bagi para balita yang ingin meramaikan Jalsah meski dengan lebih banyak tidur dan berlarian karena suhu ruangan yang dipastikan adem.
Tim Akomodasi Budiman adalah yang terbanyak. Terbagi dalam beberapa divisi. Dekorasi, audio video, sarana prasarana juga air dan listrik. Kebanyakan dari anggota tim ini adalah para Khuddam.
Tim akomodasi secara simultan mengecek AC dalam ruangan dan memastikannya tetap dingin. Jika suhu ruangan mulai terasa panas. Secepat kilat tim bergerak.
Semua titik diisi oleh anak-anak muda. Baru masuk ke pos pendaftaran, pemuda-pemudi yang tergabung dalam AMSA dan AMSAW terlihat berseliweran. Mereka juga bertugas menjaga dan mengatur ketertiban di Gah Utama.
Belum lagi yang bertugas di SD depan Masjid. Dengan karunia Allah Ta’ala, dengan terus dirawatnya hubungan baik dengan pihak sekolah, tempat ini dapat menjadi tempat makan juga parkir untuk para peserta Jalsah.
Satu hal yang paling berkesan dari Jalsah DKI ini adalah makanan yang disajikan sangat melimpah dan enak-enak. Kepala dapur dipimpin langsung oleh Kang Faqih dan Ibu Evi.
Menariknya, tim konsumsi juga menyediakan makanan untuk anak-anak. Sehingga, anak-anak kecil tak perlu ragu untuk menyantapnya. Tanpa harus takut akan pedas.
Satu skema lain dijalankan untuk meng-“ice break” suasana ngantuk yang memang khas dalam Jalsah. Yaitu, “coffee break”. Peserta diberikan waktu sekitar 20 menit untuk ke pelataran SD. Disana sudah tersedia kopi dan teh, juga aneka snack sebagai teman “ngopi”.
Para peserta Jalsah mencari lapak-lapak yang enak untuk ngopi. Mencari teman ngobrol. Saling bercerita satu sama lain. Sehingga 20 menit tadi menjadi ajang silaturahim sekaligus me”refresh” kepenatan yang sedari tadi muncul.
Semua tim dalam kepanitiaan Jalsah ini menunjukkan kesolidan yang luar biasa. Mereka mencurahkan waktu, tenaga, pikiran dan doa untuk suksesnya penyelenggaran Jalsah Salanah ini.
Tidak lagi penting mereka siapa. Dan tidak juga penting mereka dari cabang mana. Yang terpenting dari itu, mereka adalah orang-orang yang merasa terpanggil untuk menyukseskan hajatan akbar Hazrat Masih Mau’ud as.
Sehingga, para peserta merasakan betapa Jalsah Salanah ini telah mempengaruhi kehidupan mereka. Memberikan sesuatu yang lebih berharga dari sekedar bertualang di libur panjang akhir tahun.
Sekali lagi terbukti bahwa untuk mereformasi suatu kaum, reformasi dulu generasi mudanya. Berikan mereka ruang untuk berkontribusi di jalan agama. Berikan mereka kepercayaan yang sebesar-besarnya untuk turut andil dalam jihad ini. Niscaya kita akan melihat betapa dahsyatnya kekuatan pikir dan amal mereka.
Tentunya tiada gading yang tak retak dan tiada pula kegiatan yang tanpa catatan. Dan catatan-catatan itu kan menjadi penyemangat di masa depan menuju penyempurnaan. Sampai berjumpa di Jalsah Salanah tahun depan. Mubarak.
Kontributor : Mln. Muhammad Nurdin