Jamaah Muslim Ahmadiyah Indonesia menolak tentang manifesto pemurnian agama oleh Partai Gerindra yang mengusung calon Prabowo Subianto.
TEMPO.CO, Jakarta – Ketua Umum Pengurus Besar atau kerap disebut Amir Nasional Jamaah Ahmadiyah Indonesia Abdul Basit menolak tentang manifesto pemurnian agama oleh Partai Gerindra yang mengusung calon Prabowo Subianto. Dia menilai manifesto itu akan membuat negara bertambah kacau. Alasannya, Indonesia memiliki banyak golongan minoritas yang termarginalkan.
“Misalnya Ahmadiyah diberangus, kemudian nanti akan merembet ke yang lain,” katanya Selasa 27 Mei 2014. Hal ini, kata dia, merupakan sikap tak menghargai dan tak mengapresiasi apa yang sudah dijadikan dasar negara para pendiri bangsa. (Baca juga: Kata Prabowo Soal Subsidi BBM Sampai KPK)
Manifesto Gerindra menyebutkan bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama/kepercayaan. Namun, pemerintah/negara wajib mengatur kebebasan di dalam menjalankan agama atau kepercayaan. Negara juga dituntut untuk menjamin kemurnian ajaran agama yang diakui oleh negara dari segala bentuk penistaan dan penyelewengan dari ajaran agama.
Abdul mempertanyakan apa dasar penilaian murni tersebut. Meski demikian, ia mengatakan manifesto itu merupakan hak setiap kubu calon.
Dasar itulah yang dijadikan pedoman Ahmadiyah dalam menentukan pilihan soal capres. Namun, dia tidak mau menyebut nama. “Kami akan memilih capres yang mendukung Bhineka Tunggal Ika, Pancasila, yang berusaha melindungi golongan minoritas,” katanya.
Dia menyakini suara jamaahnya tak akan terpecah untuk memilih calon lainnya. “Kalau saya bilang A semua mesti A,” ujarnya. Jamaah Ahmadiyah, kata dia, diperintahkan untuk tak golput dalam pemilihan nanti. (Baca juga: Visi Energi Prabowo: Cabut Subsidi BBM Orang Kaya)
NUR ALFIYAH
Sumber :