GORONTALO-Senin (19/2), Sebuah garasi yang biasanya diperuntukkan bagi kendaraan sepeda motor atau mobil, dialihfungsikan menjadi kedai yang cukup nyaman untuk bincang santai sambil menikmati secangkir kopi hangat.
Garasi Kata, itulah sebutan yang diberikan oleh rekan-rekan AJI (Aliansi Jurnalis Independen) Gorontalo untuk kedai kopi tersebut. Kedai itu adalah bagian dari sebuah bangunan yang dijadikan sekretariat AJI Gorontalo dalam beraktifitas.
Malam itu terlihat cukup ramai, lebih dari 15 buah sepeda motor parkir berjejer di depan Garasi Kata. Defri Hamid, alumni SEJUK dan Djemy Radji, Koordinator Gusdurian Gorontalo menjadi pemantik pada malam itu. Mereka menjelaskan, bahwa saat itu AJI bersama Gusdurian sedang mengadakan kegiatan “Pekan Kata”. Yakni beragam kegiatan dan tema yang dilakukan secara berturut-turut dalam satu pekan. Tema pada hari Senin malam itu adalah Jurnalisme dan Keberagaman. Kegiatan diawali dengan pemutaran film dokumenter dan dilanjutkan diskusi.
Sekitar 50 orang hadir di Garasi Kata malam itu. Mereka berasal dari berbagai perwakilan komunitas yang ada di Gorontalo dan sekitarnya, seperti BPG (Binthe Pelangi Gorontalo), Komunitas Sastra, Jaringan Advokasi Sumber Daya Alam (Japesda), Penggerak Gusdurian Gorontalo, LMND Gorontalo, Yayasan Dian Rakyat (YDRI) Gorontalo, Pers Mahasiswa UNG (Universitas Negeri Gorontalo), Pers Mahasiswa IAIN Sultan Amai Gorontalo, Jemaat Ahmadiyah Gorontalo, GP Ansor Kota Gorontalo dan Paguyuban Mahasiswa Papua di Gorontalo.
Provokator Damai, judul film dokumenter produksi Eagle Institute ditayangkan menjadi pembuka acara. Film ini menceritakan tentang pertukaran kegiatan live in antara pemeluk agama Islam tinggal di rumah satu keluarga beragama Kristen, juga sebaliknya yaitu seorang Kristen merasakan tinggal selama beberapa hari di rumah keluarga Muslim. Terinspirasi dari konflik yang berkepanjangan di daerah Maluku dan Ambon, yang mengisahkan terpisahnya antara komunitas Muslim dan Kristen disana, film ini digarap sangat apik dan baik sekali untuk memupuk rasa persatuan di dalam kebhinekaan.
Setelah pemutaran Film Provokator Damai, Defri Hamid memaparkan pengalamannya sebagai seorang jurnalis juga menceritakan fakta-fakta terkini di berbagai daerah di Indonesia terkait dengan isu keberagaman. Kemudian dilanjutkan Djemy Radji menyampaikan informasi hasil pengamatannya dengan komunitas Gusdurian, bahwa isu keberagaman di Gorontalo harus tetap dijaga agar selalu kondusif. Terutama dalam menghadapi isu-isu keberagaman yang ada di daerah lain yang selalu bergejolak.
Pada sesi diskusi, perwakilan dari masing-masing komunitas mendapat kesempatan untuk memberikan tanggapan dan ide untuk selalu menjaga indahnya keberagaman di Gorontalo, dan menuangkannya dalam karya jurnalis yang dapat disebarluaskan untuk masyarakat. Dikki Shadiq dan Mln. Ridwan Ahmad, perwakilan dari Jemaat Ahmadiyah Gorontalo, memanfaatkan kesempatan itu untuk memperkenalkan diri.
Dikki menjelaskan bahwa kehadiran mereka atas undangan dari Djemy Radji selaku Koordinator Gusdurian Gorontalo. Ia menambahkan, sangat senang mendapat kesempatan untuk bertemu dengan berbagai komunitas di Gorontalo dalam semangat persatuan dan keberagaman. Dijelaskan pula bahwa di Jemaat Ahmadiyah, program live in seperti pada film tersebut telah dilakukan di berbagai kota, terutama di Jemaat Ahmadiyah Manislor, Kuningan, Jawa Barat. Hal ini untuk menjelaskan kepada masyarakat luas bahwa Jemaat Ahmadiyah terbuka bagi siapapun yang ingin mengetahui kegiatan dalam kehidupan sosial masyarakatnya sehari-hari.
Setelah Live In, Dosen IAIN Salatiga: Ahmadiyah Membumikan Ajaran Islam
Selain live in, beragam kegiatan sosial dan kemanusiaan yang rutin dilakukan oleh Jemaat Ahmadiyah, seperti GDDN (Gerakan Donor Darah Nasional) yang rutin dilakukan setiap 3 bulan, CTC (Clean The City) yaitu membersihkan lokasi tempat berlangsungnya perayaan Tahun Baru Masehi di berbagai kota besar di Indonesia, juga gerakan sosialisasi Calon Donor Kornea Mata bekerja sama dengan Bank Mata di berbagai kota.
Di akhir paparannya, Dikki mengajak semua komunitas yang hadir malam itu untuk bekerja sama dalam kegiatan sosial yang bisa dilakukan bersama, seperti Donor Darah dan Clean The City di Tahun 2019 mendatang. Jemaat Ahmadiyah Gorontalo pun akan berusaha untuk terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh komunitas lainnya.
Malam semakin larut, namun diskusi semakin seru, akhirnya pembawa acara terpaksa memutuskan untuk mengakhiri acara malam itu pada pukul 22.30 WITA. Setelah ucapan terima kasih dan kata penutup dari pembawa acara, semua peserta yang hadir saling jabat erat, bersalaman penuh rasa persaudaraan.
Kontributor : Dikki Shadiq Anshari
Editor : Talhah Lukman Ahmad