Beberapa permasalahan lain yang dikupas selama lima jam pertemuan ini antara lain tentang Al-Quran sebagai pedoman para anggota Jamaah Ahmadiyah serta kekhalifahan.
KEDIRI –Tiga mahasiswi semester 3 Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) program studi Psikologi Islam mengunjungi Sekretariat Jemaat Ahmadiyah Kota Kediri do Masjid At-Taqwa, Selasa (22/11).
baca juga: [feed url=”http://warta-ahmadiyah.org/tag/kediri/feed/” number=”3″]
Dalam rangka memenuhi tugas perkuliahan, ketiganya mengadakan riset dan evaluasi masalah sosial serta melihat dari dekat komunitas Jamaah Ahmadiyah. Tiga mahasiswi tersebut, Wulan, Ovi, dan Dea ditemui sejumlah pengurus dan mubaligh, antara lain Ketua Cabang JAI Kediri, Hariyono Sekertaris Tabligh, Nurcahyono, Ketua Lajnah Imaillah JAI Kediri, Maimunah, Ketua Daerah Lajnah Imaillah Jatim 2, Erna Novi, serta Mubaligh JAI Kediri, Mln. Aminullah Yusuf.
Para tamu menyampaikan maksud kedatangannya dan beragam persoalan dilontarkan, diantaranya perihal eksistensi dan perkembangan Ahmadiyah di dunia, di Indonesia dan Kediri, kiprahnya, tantangan yang dihadapi, tata cara ibadah, seputar akidah dan sebagainya. Sebelum disampaikan jawaban atas beberapa pertanyaan itu, terlebih dahulu disampaikan presentasi seputar Ahmadiyah oleh Mln. Sajid Ahmad Sutikno dengan bertema “Apa Perbedaan Muslim Ahmadi Dengan Muslim Lainnya”.
Diawal presentasinya, Mln. Sajid Ahmad Sutikno menyampaikan bahwa Ahmadiyah adalah organisasi Islam dibidang kerohanian, tidak berpolitik praktis. “Ahmadiyah bertujuan memperbaharui Islam dalam arti mengembalikan ruh Islam yang hanif, lahir batin kepada bentuknya yang asli,” ujarnya
Di hadapan ketiga mahasiswi tersebut, diterangkan pula persamaan Ahmadiyah dengan organisasi Islam lainnya serta mengimani Masih Maud sebagai Imam Mahdi dalam diri Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, as.
“Secara mendasar Ahmadiyah beribadah sesuai lima rukun Islam, dan beriman sesuai dengan enam rukun iman. Muslim ahmadi bersyahadat sama dengan muslim lainnya, yaitu asyhadu an laa ilaaha illaLLAHu wa asyhadu anna Muhammadan rasulullah, berkitab-sucikan Al-Quran, beribadah haji ke Mekkah. Kami juga sejak lama mengimani sepenuhnya bahwa Nabi Muhammad SAW adalah khatamunnabiyyin. Kita tidak menolak kata khatamunnabiyyin diartikan sebagai akhir, penutup, selain paling afdhol, cincin, stempel, paling mulia, dan sebagainya,” tambah narasumber yang juga dipanggil Gus Tikno.
Beberapa permasalahan lain yang dikupas selama lima jam pertemuan ini antara lain tentang Al-Quran sebagai pedoman para anggota Jamaah Ahmadiyah serta kekhalifahan. Di akhir, ketiga mahasiswi STAIN Kediri ini diberi cendramata oleh Ketua Lajnah Imaillah Jatim 2. JAI Kediri berharap kunjungan ini dapat memperet hubungan dengan civitas STAIN Kediri.
Kontributor : Mln. Sajid Ahmad Sutikno
Editor : Talhah Lukman Ahmad