SABTU, 23 Maret 1889 adalah hari bersejarah bagi Ahmadiyah ketika Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, Almasih Yang Dijanjikan (Masih Mau’ud) menerima pernyataan baiat dari 40 orang sahabat beliau, dan pada tanggal yang sama ini jugalah beliau mendirikan sebuah jamaah yang disebutnya Jamaah Muslim Ahmadiyah.
Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad mengambil pernyataan baiat ini di rumah guru spiritual Hadhrat Sufi Ahmad Jaan di kota Ludhiana, Punjab, India. Hadhrat Maulana Hakim Nuruddin adalah orang pertama yang mendapat kehormatan mengambil baiat pertama kali. Ini adalah babak baru dalam sejarah Islam.
127 tahun setelah masa tersebut, kini Jamaah Muslim Ahmadiyah telah tersebar ke seluruh dunia dengan sebaran lebih dari 200 negara.
baca juga: [feed url=”http://warta-ahmadiyah.org/tag/hari-masih-mauud/feed/” number=”3″]
Pada tanggal 23 Maret itu, 40 sahabat menyatakan sumpah setianya kepada Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad dan bersedia untuk mentaati 10 syarat Baiat yang hal itu kemudian menjadi syarat bagi setiap orang yang hendak bergabung ke dalam Ahmadiyah sampai saat ini. Pernyataan janji baiat tersebut adalah:
- Di masa yang akan datang hingga masuk kedalam kubur senantiasa akan menjauhi syirik
- Akan senantiasa menghindarkan diri dari segala corak bohong, zina, pandangan birahi terhadap bukan muhrim, perbuatan fasik, kejahatan, aniaya, khianat, mengadakan huru-hara, dan memberontak serta tidak akan dikalahkan oleh hawa nafsunya meskipun bagaimana juga dorongan terhadapnya.
- Akan senantiasa mendirikan shalat lima waktu semata-mata karena mengikuti perintah Allah dan rasul-Nya, Muhammad saw., dan dengan sekuat tenaga akan senantiasa mendirikan Shalat Tahajjud, dan mengirim shalawat kepada Junjungannya Yang Mulia Rasulullah Muhammad saw., dan memohon ampun dari kesalahan dan memohon perlindungan dari dosa; akan ingat setiap saat kepada nikmat-nikmat Allāh, lalu mensyukuri dengan hati tulus, serta memuji dan menjunjung-Nya dengan hati yang penuh kecintaan.
- Tidak akan mendatangkan kesusahan apapun yang tidak pada tempatnya terhadap makhluk Allāh umumnya dan kaum Muslimin khususnya karena dorongan hawa nafsunya, biar dengan lisan atau dengan tangan atau dengan cara apapun juga.
- Akan tetap setia terhadap Allah Ta’ala baik dalam segala keadaan susah atau pun senang, dalam duka atau suka, nikmat atau musibah; pendeknya, akan rela atas keputusan Allah Ta’ala. Dan senatiasa akan bersedia menerima segala kehinaan dan kesusahan di jalan Allah. Tidak akan memalingkan mukanya dari Allah Ta’ala ketika ditimpa suatu musibah, bahkan akan terus melangkah ke muka.
- Akan berhenti dari adat yang buruk dan dari menuruti hawa nafsu, dan benar-benar akan menjunjung tinggi perintah Al-Qur’ān Suci atas dirinya. Firman Allāh dan sabda rasul-Nya, Muhammad s, itu akan menjadi pedoman baginya dalam tiap langkahnya.
- Meninggalkan takabur dan sombong; akan hidup dengan merendahkan diri, beradat lemah lembut, berbudi pekerti halus, dan sopan santun.
- Akan menghargai agama, kehormatan agama dan mencintai Islam lebih daripada jiwanya, hartanya, anak-anaknya, dan dari segala yang dicintainya.
- Akan selamanya menaruh belas kasih terhadap makhluk Allāh umumnya, dan akan sejauh mungkin mendatangkan faedah kepada umat manusia dengan kekuatan dan nikmat yang dianugerahkan Allāh Ta‘ālā.
- Akan mengikat tali persaudaraan dengan hamba ini “Imam Mahdi dan al-Masih Mau‘ud”, semata-mata karena Allāh dengan pengakuan taat dalam hal ma’ruf (segala hal yang baik) dan akan berdiri di atas perjanjian ini hingga mautnya, dan menjunjung tinggi ikatan perjanjian ini melebihi ikatan duniawi, baik ikatan keluarga, ikatan persahabatan, atau pun ikatan kerja.
Berkaitan dengan tujuan pendirian Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad menulis:
“Mengapa golongan ini diberi nama Ahmadiyah?
“Sebabnya, karena Nabi Besar Muhammad saw., memiliki dua nama, yaitu Muhammad dan Ahmad. Nama ‘Muhammad’ adalah nama yang bersifat jalali (gagah) yang didalamnya mengandung nubuwatan bahwa beliau saw. akan menghukum para musuh dengan pedang karena mereka telah menyerang Islam dengan pedang pula dan telah membunuh banyak sekali orang Islam.
“Akan tetapi, nama ‘Ahmad’ adalah nama yang bersifat jamali (lemah-lembut) yang memiliki maksud bahwa Yang Mulia saw. akan menyebarkan kedamaian dan keindahan [Islam] ke seluruh dunia.
“Singkatnya, Allāh Ta‘ālā telah memberikan dua nama tersebut dengan tujuan:
“Pertama, Yang Mulia Rasulullah-Muhammad saw. menzahirkan nama Ahmad-nya pada masa awal kehidupan Islam di Makkah, yang mengajarkan keteguhan dan kesabaran.
“Kedua, kemudian beliau saw. menzahirkan nama Muhammad-nya dalam masa kehidupan di Madinah; dan disana, berdasarkan kebijakan Allāh Ta‘ālā sesuai kondisinya, terpaksa harus membalas, menghukum, dan menghancurkan para penentang Islam.
“Akan tetapi sudah dinubuwatkan bahwa nanti pada Akhir Zaman, nama Ahmad akan dizahirkan kembali melalui seseorang yang dengan perantaraannya sifat Ahmad (lemah-lembut) dari Rasulullah-Muhammad saw. akan dizahirkan kembali. Dan, beliau akan menghabiskan/menghilangkan semua peperangan. Maka, berdasarkan hal inilah nama golongan ini sangat tepat diberi nama Jemaat Ahmadiyah supaya setiap orang begitu mendengar nama ini dapat memahami bahwa golongan ini datang ke dunia untuk menyebarkan perdamaian dan persaudaraan serta golongan ini sedikit pun tidak ada hubungannya dengan peperangan, perkelahian, dan tindakan anarki.”
“Maka, wahai Saudara-saudara! Nama ini penuh berkah bagi Anda dan bagi setiap orang yang mencari aman dan kedamaian. Nama golongan ini memberikan khabar suka tentang keamanan dan kedamaian. Golongan yang penuh berkah ini sudah banyak ditulis dan disebut dalam kitab para Nabi terdahulu serta banyak sekali isyarat atau tanda-tanda akan kemunculannya. Tuhan telah memberkahi nama ini.”
“Wahai Tuhan! Masukanlah orang-orang Islam di seluruh belahan bumi kedalam golongan yang berberkah ini supaya racun pertumpahan darah manusia hilang sirna secara total dari hati mereka dan mereka menjadi abdi-abdi Engkau. Wahai Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana! Jadikanlah demikian.”
Menegaskan misi damai ini, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad menulis, “…Telah ditetapkan bahwa dua jenis perdamaian dibawa melalui diriku: yang pertama adalah perdamaian internal dengan cara menghilangkan rasa kebencian dan kejahatan dalam internal Islam; dan yang kedua adalah perdamaian eksternal, yaitu mengakhiri semua penyebab permusuhan eksternal serta akan mewujudkan keunggulan dan keagungan Islam, dan akan menarik minat dari agama lain ke arah itu.”
Misi inilah yang secara konsisten yang diperjuangkan oleh Ahmadiyah di seluruh dunia, melalui mottonya Love For All Hatred For None, Ahmadiyah menyebarkan dakwah ke seluruh penjuru dunia dengan mengenalkan keindahan dan kedamaian Islam. Jauh dari kekerasan dan pemaksaan.