“Kami mencoba untuk menghilangkan berbagai kesalahpahaman yang telah menyebar di kalangan masyarakat luas, yang mengatakan bahwa kami tidak cukup terbuka, cenderung menyembunyikan diri dan pemalu ? padahal tidak sama sekali”
KANADA – Sebanyak 200 wanita dari berbagai keyakinan berkumpul di Masjid Baitur Rahman, Delta, pada minggu siang dalam sebuah kajian tentang wanita dalam Islam.
Acara yang dilaksanakan pada tanggal 20 November tersebut diselenggarakan oleh Organisasi Kaum Wanita Ahmadiyah di British Columbia dalam rangka peringatan 50 tahun berdirinya organisasi tersebut di Kanada. Acara tersebut meliputi presentasi oleh para panelis serta makan siang bersama.
baca juga: [feed url=”http://warta-ahmadiyah.org/tag/kanada/feed/” number=”3″]
Aisha Naveed selaku Ketua acara menjelaskan bahwa acara tersebut bertujuan untuk menunjukkan bagaimana para wanita Ahmadiyah mampu berintegrasi ke tengah masyarakat Kanada dengan tetap memegang teguh kepercayaan dan nilai-nilai spiritual mereka.
“Kami mencoba untuk menghilangkan berbagai kesalahpahaman yang telah menyebar di kalangan masyarakat luas, yang mengatakan bahwa kami tidak cukup terbuka, cenderung menyembunyikan diri dan pemalu? padahal tidak sama sekali” jelasnya.
Jemaat Ahmadiyah adalah sebuah gerakan pembaruan di dalam Islam, yang telah menyelenggarakan sejumlah kampanye nasional di Kanada yang bertujuan untuk meluruskan pemahaman masyarakat.
Tahun lalu, dalam sebuah kampanye bertajuk “Je Suis Hijabi” , organisasi wanita ini mengundang para wanita dari berbagai latar kepercayaan untuk mencoba mengenakan hijab dan mempelajari makna pemakaian hijab.
Pada tahun 2015, mereka juga mengadakan acara “Meet a Muslim Family” dengan tujuan agar masyarakat umum dapat saling mengenal lebih dekat mengenai kehidupan para keluarga muslim.
“ISIS dan kelompok ektrimis yang lain bukanlah wajah dari Islam yang sesungguhnya,” Naveed menjelaskan.
Beberapa panelis yang menyampaikan presentasinya adalah Susan Shamash dari Sinagoga (rumah Ibadah Yahudi – pent) Or Or Shalom di Vancouver dan Tonya Engen dari Gereja Jesus Christ of Latter-day Saints. Engen menekankan bahwa acara lintas iman semacam ini mampu menumbuhkan apresiasi antar umat
“Dengan mengetahui pemahaman orang lain, hal tersebut dapat membantu kita dalam meningkatkan keyakinan atas kepercayaan kita masing-masing” menurutnya. “Saat ini, kita sangat memerlukan pertemanan satu sama lain untuk membantu menguatkan keyakinan atas kepercayaan masing-masing”
Mengutip dari pengalaman pribadinya ketika mengunjungi berbagai pelayanan gereja dan sinagog, Shafquat Malik selaku koordinator media dalam acara tersebut mengatakan bahwa saling berbagi dan membuka rumah peribadatan masing-masing mampu menghilangkan batas-batas yang ada di antara masyarakat.
“Saya dapat memahami [orang dengan kepercayaan lain] secara lebih” menurutnya.
Malik mengatakan bahwa masjid tempat diadakannya acara tersebut dikelola bersama baik oleh kaum pria maupun wanita. Namun pada waktu-waktu tertentu, seperti pada hari minggu ini, pengelolaan suasana acara difokuskan untuk kegiatan yang dikhususkan bagi kaum pria ataupun hanya bagi kaum wanita saja.
“Pelajaran terpenting yang dapat anda pelajari adalah, pada akhirnya agama bukanlah sesuatu hal yang dapat anda paksakan kepada orang lain,” menurutnya. “Tertulis dengan jelas dalam Al-Quran: Untukmu agamamu, dan untukku agamaku. Menurut saya masalah akan timbul ketika anda berusaha untuk memaksakan apa yang anda yakini kepada orang lain”
Malik mengatakan bahwa wanita sering kali berperan sebagai pendidik dalam keluarganya sendiri.
“Anak-anak saya belajar banyak dari saya. Mereka dengan sendirinya mewarisi berbagai hal seperti apa yang saya takutkan atau nilai-nilai yang saya pegang teguh juga ada pada anak-anak saya. Jika kita mengajarkan kepada para wanita, atau mengatakan kepada mereka tentang siapa kami ini sebenarnya, maka secara tidak langsung mereka mampu meluruskan pemahaman yang ada pada keluarga mereka. Meskipun begitu, bukan berarti kami hanya akan menyampaikan pesan-pesan ini kepada para wanita, melainkan juga kepada seluruh anggota keluarganya.”
Penduduk North Delta, Diane Parsons dan Rita Hagman ikut serta dalam kegiatan di masjid tersebut setelah menerima undangan yang disampaikan oleh perwakilan pengelola masjid yang mengunjungi gereja mereka, Trinity Lutheran di River Road, pada acara kebaktian di hari Minggu.
“Fokus pembicaraan yang dilaksanakan pada hari ini ialah pembahasan mengenai wanita dan agama mereka, dan saya sangat terkesan dengan apa yang saya dengar hari ini” menurut Hagman.
Parsons mengatakan bahwa pergi bertemu dengan orang-orang dari berlainan agama membantu memfasilitasi orang-orang untuk dapat saling memahami. “Saya rasa setiap saat dimana kita menjalin hubungan dengan orang atau kelompok lain dapat mengurangi rasa takut yang kita rasakan”
Sumber: North Delta Reporter
Alih Bahasa: Fadhil Ahmad Qamar
Editor: Irfan S. Arditama